#14 Shana

130 23 0
                                    

Tiga tahun kemudian

Nada dan Sam sudah siap menjadi orang tua, hanya dalam hitungan hari mereka akan bertemu putri kecil mereka. Di awal pernikahan pernikahan Nada berkata kepada Sam kalau dirinya belum siap untuk menjadi seorang ibu, Sam mengerti. Sore ini Nada dan Sam sedang asyik bersantai di sofa, di depan mereka terdapat selembar kertas yang berisi coretan.

Sam menuliskan namanya dan Nada di kertas tersebut. Mereka sedang memikirkan nama yang cocok untuk putri mereka. Setelah berpikir cukup lama, Sam menggaris bawahi masing-masing dua huruf pertama nama mereka kemudian menggabungkannya dan menuliskan Sana di bawah nama mereka. Nada mengambil pulpen yang dipegang Sam kemudian menambahkan huruf h setelah s, Shana. Sam mengangguk setuju dan tersenyum.

Tiba-tiba perut Nada terasa keram dan sakit. Sam segera membawa Nada ke Rumah Sakit. Di tengah perjalanan Nada pingsan, Sam menancap gas dan meningkatkan kecepatannya. Setibanya di Rumah Sakit Nada langsung dibawa ke IGD. Sesaat kemudian Nada dipindahkan ke ICU. Dokter keluar dari ICU dan meminta bertemu Sam di ruangannya.

"Istri saya baik-baik saja kan Dok?" tanya Sam panik.

"Pak Samudera, maaf anda berada di pilihan sulit," ucap dokter mengawali penjelasannya.

"Bu Nada memiliki emboli cairan ketuban, kondisi dimana cairan kandungan mengalir pada sirkulasi sarah Ibu. Hal ini dapat membahayakan keduanya jika tidak segera ditangani," lanjutnya.

"Maksud dokter?" tanya Sam tidak mengerti.

"Bapak dan Ibu harus memilih menyelamatkan Ibu Nada atau bayinya. Jika dilakukan operasi menggunakan anastesi makan bayi tidak akan selamat, namun jika memilih operasi dengan kesadaran penuh maka kemungkinan besar ibunya yang tidak selamat," jelas dokter.

"Engga saya ga mungkin milih. Dok saya mohon selamatkan istri dan anak saya, saya akan bayar berapapun dok, saya mohon," mohon Sam.

"Maaf Pak, dalam kondisi ini kami tidak mungkin menyelamatkan keduanya. Operasi juga harus segera dilaksanakan, jika tidak keduanya tidak akan selamat," ucap dokter.

Dokter kemudian menyerahkan lembar persetujuan kepada Sam.

"Namun saya harus mendapat persetujuan Bapak dan Ibu terlebih dahulu sebelum operasi dilakukan. Operasi paling lama dilakukan pukul 8 malam"

Sam mengambil kertas tersebut lalu keluar dengan lemas. Kakinya seolah tak kuat menopang tubuhnya sendiri setelah mendengar kabar mengejutkan ini. Sam terduduk di lantai di samping ruangan dokter tadi, kertas yang ia pegang terlepas, perlahan air mata Sam turun. Ponsel Sam berdering beberapa menit kemudian dan Sam mengangkatnya.

"Ma...Nada," ucap Sam sambil terisak.

"Nada kenapa Sam? Kalian dimana sekarang, mama di depan rumah"

"Medika"

Mama dan papa langsung menuju Medika. Mama tidak mau berpikiran negatif, tetapi feeling nya mengatakan sesuatu telah terjadi pada Nada, mama menyuruh papa ngebut. Sesampainya di RS Medika, mama segera mencari keberadaan Sam setengah berlari. Ia menemukan Sam terduduk di lantai dan masih menangis lalu menghampirinya.

"Sam," panggil mama sambil menyentuh pundak Sam.

Sam menegakkan kepalanya menghadap mama. Mama kemudian tak sengaja melihat selembar kertas di samping Sam. Mama mengambil kertas tersebut dan membacanya. Mama tampak sangat terkejut lalu memeluk Sam. Papa yang tertinggal akhirnya menemukan mereka berdua. Papa mendekati mereka dan meraih kertas tersebut, akhirnya papa paham.

Tak lama suster mendatangi ruangan dokter untuk memberitahu bahwa Nada sudah sadar. Sam yang mendengar percakapan itu segera berdiri. Ia, mama dan papa mengikuti dokter menuju ICU. Di dalam ruangan dokter menjelaskan semuanya kepada Nada. Setelah dokter keluar, dokter mempersilakan Sam masuk.

Sam berjalan pelan mendekati Nada yang terbaring lemah. Melihat Nada begitu saja membuat Sam sedih. Sam tidak mungkin bisa melepas salah satu dari mereka. Nada yang melihat kedatangan Sam tersenyum, senyum yang dipaksakan. Sam menggenggam tangan Nada erat. Sebelum masuk Sam menghapus air matanya, namun air mata tersebut lolos kembali seraya Sam menggenggam Nada. Nada mengusap pipi Sam lembut dengan tangannya yang bebas.

"Selamatin Shana ya," ucap Nada.

"Aku gamau kehilangan kamu Nad, aku gabisa milih," ucap Sam frustasi.

"Hey...hey... look at me," ucap Nada melihat Sam menunduk dan menangis semakin hebat.
"Sam," panggil Nada lagi.

Sam kemudian memeluk Nada erat, tidak mau melepaskannya. Sam tidak sanggup kehilangan Nada.

"I love you," ucap Nada.
"Jagain Shana ya," lanjutnya.

Setengah jam Sam hanya menggenggam tangan Nada, tidak mau melepaskannya. Sam ingin berada di samping Nada hingga saat terakhirnya. Sesaat kemudian dokter pun masuk dan menyerahkan kembali lembar persetujuan tersebut. Melihat Sam hanya mengamati, Nada mengambil pulpen dan menandatangi lembar tersebut, Sam berusaha menahan Nada tapi Nada terus meyakinkan Sam hingga akhirnya Sam juga bersedia menandatanganinya. Dokter meminta Sam meninggalkan ruangan untuk melakukan persiapan operasi Nada.

Sam keluar dengan gontai dan mencari kursi terdekat lalu duduk, menatap nanar ruang ICU tempat Nada berada. Izzan, Gege serta keluarga mereka mulai berdatangan setelah mendapat telfon dari mama. Tak lama Nada dipindahkan ke ruang operasi. Sam menahan kasur Nada di depan pintu operasi. Sam kembali menggenggam tangan Nada erat, memegang wajahnya dan terakhir mencium keningnya.

"I love you," ucap Sam.

Setelah Nada masuk ke ruang operasi Sam mencari kursi terjauh dari ruang tersebut. Sam mengeluarkan coretan yang baru saja tadi sore ia dan Nada buat. Coretan bertuliskan Shana, nama putri mereka. Sam meremas kertas tersebut dan menunduk, Sam sudah tidak sanggup menangis lagi, Sam terlalu sedih. Izzan dan Gege hanya menatap Sam dari jauh, ikut merasakan kesedihan yang ia rasakan. Mengingat keduanya sudah pernah menemani istri masing-masing melahirkan, namun dengan akhir bahagia, berbeda dengan Sam.

Hampir satu jam lamanya waktu yang dibutuhkan untuk operasi Nada. Saat dokter keluar dari ruangan operasi, mama, papa dan yang lain berdiri menuju dokter.

"Operasinya berjalan lancar," ucap dokter.

Sam yang duduk dari kejauhan masih dapat mendengar suara dokter. Hati Sam benar-benar hancur. Ia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Rumah Sakit. Sam berjalan tak tentu arah, tak berusaha melindungi dirinya dari rintik-rintik hujan. Hujan yang mengguyur bumi seolah-olah menangis, memahami perasaan Sam saat ini.

Langkah Sam kembali terhenti di rumah sakit setelah berkeliling tak tentu arah. Izzan yang daritadi mencari Sam dan memutuskan menunggu di rumah sakit saat hujan bertambah deras, menghampiri Sam. Melihat Sam yang basah kuyup Izzan menyuruh Sam berganti baju terlebih dahulu. Sam menuruti Izzan tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Setelahnya Sam bertanya dimana Nada saat itu. Sam masuk ke ruangan yang ditunjuk Izzan, tubuhnya lemas seketika melihat Nada yang sudah terbaring kaku di kasur. Sam akan jatuh jika Izzan tidak sigap menopangnya. Sam mendekati Nada dan menggenggam jari-jemari Nada yang mulai dingin.

"Aku akan jagain Shana, buat kamu Nad," ucap Izzan menahan sesak di dadanya.

Kemudian Izzan membawa Sam ke ruang inkubator bayi. Sam masuk perlahan dan berhenti di depan papan nama bertuliskan Pak Samudera dan Ibu Nada. Di bawah nama mereka tertulis berat dan panjang bayi mereka. Sam menatap lama putrinya yang tertidur pulas. Sam mendekatkan telunjuknya di tangan mungil Shana yang seketika di genggam Shana erat. Satu tetes air mata pun jatuh di atas telunjuk Sam yang sedang digenggam Shana. Sam dengan cepat menghapusnya.

"Ayah akan jagain kamu terus, kamu juga ga boleh tinggalin ayah ya," ucap Sam lembut.

Seolah mendengar ucapan ayahnya, genggaman Shana semakin erat.

SHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang