Sudah hampir 2 tahun Bintang menetap di Amerika. Ia merasa semua yang telah ia rencanakan berjalan mulus hingga sekarang. Menjadi salah satu mahasiswa yang lulus tercepat, melanjutkan pendidikan di Amerika dengan beasiswa penuh, kuliah sambil bekerja di salah satu perusahaan impiannya. Hanya satu dari banyaknya list rencana Bintang yang belum tau apakah akan semulus rencana sebelum-sebelumnya. Dan sekarang saatnya Bintang melaksanakan rencana tersebut, yang hanya bisa ia lakukan setelah kembali ke Indonesia.
Bintang sedang menunggu panggilan untuk boarding. Ia kembali mengamati satu halaman pada jurnalnya yang berisi rencana masa depannya, yang telah ia susun sejak SMA, tepatnya sejak ia bertemu Shana. Bintang rupanya tidak terlalu optimis dengan rencana terakhirnya ini. Selama perjalanan pulang ke Indonesia tak jarang ia gelisah. Memikirkan beberapa skenario cadangan apabila rencananya ternyata gagal.
Setibanya di Jakarta, Bintang langsung pulang sebentar hanya untuk meletakkan koper dan barang bawaannya yang lain. Bintang melajukan mobilnya menuju rumah Izzan. Ia memarkir mobilnya lalu turun dan memencet bel dengan gugup. Isyraf membuka pintu tak lama kemudian.
"Bintang?" sapanya kaget.
"Lo ga salah alamat kan?" tanyanya lagi bingung karena semasa SMA mereka tidak begitu dekat.
"Engga kok," jawab Bintang setelah tertawa singkat.
"Bokap nyokap lo ada di rumah?" lanjutnya.
"Ada, kenapa emang?"
"Adek lo?"
"Ada juga. Wait, lo kenapa deh?"
"Gue pengen ngobrol sama kalian semua"Isyraf terdiam sejenak, bingung dengan kedatangan tiba-tiba Bintang dan permintaan anehnya. Ia kemudian mempersilahkan Bintang masuk dan menyuruhnya menunggu di ruang tamu sembari ia memanggil anggota keluarganya yang lain. Tak lama Isyraf kembali dengan abi, umi dan Ikram yang menyusul.
"Bi, mi kenalin ini Bintang temen SMA Isyraf," ucap Isyraf memperkenalkan Bintang.
"Oh halo Bintang, duduk duduk," ucap Izzan menyuruh Bintang kembali duduk.
"Kata Isyraf kamu mau ngobrol sama kita semua?" tanya Izzan lagi.
"Iya om, tante. Jadi begini, saya mau melamar Shana" ucap Bintang to the point.
Ikram yang baru tiba di ruang tamu sambil menyesap minuman kalengnya langsung terbatuk dan menumpahkan minumannya. Ikram langsung menempati kursi di samping kiri Bintang.
"Gue ga salah denger kan?" tanya Ikram.
"Lo suka sama Shana?" tanya Isyraf.
"Saya sudah menyukai Shana semenjak SMA," ujar Bintang menjawab kebingungan 4 pasang mata di depannya.
"Kenapa dulu ga pernah deketin Shana?" tanya Isyraf lagi.
"Dari mana saya tau kamu serius dan bagaimana saya bisa percaya?" tanya Izzan akhirnya.
"Lo punya apa?" sela Ikram masih tak percaya.
Bintang menghela napasnya sebentar, dia lumayan gugup dicecar banyak pertanyaan sekaligus. Suara lembut Chayra menenangkan Bintang.
"Satu-satu dong nanyanya, Bintang jadi bingung tuh mau jawab yang mana dulu," ucap Chayra memecah ketegangan suasana.
"Saya memang sudah lama menyukai Shana namun saya tidak pernah mendekatinya semasa SMA maupun kuliah karena dari awal saya melihat Shana, saya yakin dan ingin menjalani hubungan yang serius dengannya. Saya baru saja menyelesaikan S2 saya di MIT dan selama kuliah saya juga bekerja di Amazon dengan gaji yang lumayan. Sebab itulah saya yakin untuk melamar Shana sekarang, sebelum saya juga keduluan dengan yang lain," jelas Bintang panjang lebar.
Semuanya terdiam mendengar jawaban Bintang.
"Gue setuju," ucap Ikram di tengah keheningan.
"Umi gimana mi?" tanya Ikram yang dijawab anggukan uminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA
DiversosKisah gadis 20 tahun yang kembali harus merasakan pahitnya kehilangan orang yang ia cintai, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Sejak kejadian itu Nada pun mulai berubah. Nada turut kehilangan rasa percaya nya terhadap orang lain. Nada menj...