Chapter 22-Pergi

35 5 0
                                    

Seminggu berlalu, dan sekarang Manda telah berada dirumahnya. Duduk di balkon dan melihat pemandangan langit, mungkin akan menjadi hobi baru bagi gadis cantik yang sedang memejamkan matanya diatas ayunan modern yang ada dibalkonnya itu, yaitu Mutiara Alamanda Handini.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu yang membuat Manda terbangun dari tidurnya. Dengan cepat Manda bangkit dari ayunan dan membuka pintu kamarnya. Ketika membuka pintu kamar sudah ada wanita paruh baya yang terlihat sangat panik.

"loh bibi, kenapa bi?" tanya Manda yang dipenuhi rasa bingung.

"anu non emm, nyonya non" ucap Bi Irah yang terbata-bata karena ketakutan.

"mamah kenapa bi? bibi tenang dulu jangan bikin Manda bingung" ucap Manda seraya menenangkan bi irah.

"nyonya kecelakaan non" ujar BI irah hati-hati. Manda terpaku mendengarnya kakinya terasa sangat lemas, mulutnya membungkam, matanya terasa panas dan cairan bening itu menetes ke pipi mulus Manda.

"sekarang mamah dimana bi?" tanya Manda dengan tatapan kosong namun masih setia air matanya berjatuhan.

"mari non bibi anter ke rumah sakit" ucap Bi Irah dan Manda langsung mengikuti bi irah.

***

Disinilah Manda berada di gedung besar, yang memiliki lantai banyak, dengan bau khasnya yaitu bau obat-obatan. Rumah sakit.

Manda berlari menyusuri koridor rumah sakit yang panjang, mencari ruangan yang terdapat wanita satu-satunya yang ia miliki saat ini.
Manda terpaku ditempat setelah melihat dari luar ruangan, Manda melihat wanita yang sangat berharga untuk dirinya sedang memejamkan matanya, disertai dengan alat-alat bantu rumah sakit, dan jangan lupa terdapat mesin EKG yang sedang mendeteksi kerja jantung.

"bi aku mau ketemu dokter" ucap Manda yang masih terisak karena melihat mamahnya.

"iya non, mari bibi anter ke ruangan dokter" BI irah pun melangkahkan kakinya ke ruangan dokter dan diikuti oleh Manda.

R.Dokter

"permisi dok, saya anak dari ibu Wulandari" ucap Manda.

"ohh kamu keluarga pasien, silahkan duduk" Manda mengangguk dan segera duduk.

"gimana keadaan mamah saya dok?"

Dokter menghela nafas panjang setelah itu berbicara "mamah kamu sekarang koma, benturan yang ada di kepala mamah kamu cukup keras sehingga itu yang menyebabkan mamah kamu koma saat ini saya juga tidak bisa memprediksikan kapan mamah kamu akan sadar. Cuman ada 2 kemungkinan yaitu amnesia dan kematian, saya hanya membantu keselamatan mamah kamu namun untuk kesembuhan hanya Tuhan yang tahu, kamu berdoa saja semoga mamah kamu baik-baik saja" ujar dokter menjelaskan. Cobaan apa lagi ini, kenapa dia harus merasakan cobaan yang bertubi-tubi. Manda lemas, benar-benar lemas mendengar ucapan dokter, kenapa harus orang tuanya kenapa tidak Manda saja.

"apa saya boleh melihat keadaan mamah saya dok?" tanya Manda

"iya silahkan" ucap dokter. Manda keluar dari ruangan dokter dan berjalan untuk melihat keadaan mamahnya.

Sekarang Manda berada disamping brankar tempat mamahnya itu tertidur.

"hai mah, Manda Dateng loh. Manda kangen banget sama mamah, mamah ga kangen sama Manda? bangun dong mah" ujar Manda menahan tangisnya.
"Manda bakalan jagain mamah disini, sampe mamah sadar. mamah ga boleh tinggalin Manda ya" tak sadar cairan bening yang sudah tertahan akhirnya jatuh juga.

it's youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang