[7] Program Kerja

2.2K 429 62
                                    

       "BEM buka GOR terakhir, Sa."

       Aksa tengah menyelesaikan rubrik di tangannya saat Rifaldy, wakil ketua senat, masuk ke ruang PKM dan melapor informasi terkait BEM kepadanya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari rubrik, Aksa merespons dengan anggukan samar dan bergumam kecil. Ia tak terlalu menghiraukan keberadaan Rifaldy karena fokus dengan rubriknya yang masih berantakan.

       "Woi, Aksa!" Rifaldy berdecak karena diabaikan oleh kawan bicaranya. Ia mengambil remot AC lalu menghidupkan AC di ruangan, heran kenapa temannya tahan diam di ruangan sempit tanpa AC menyala. "Terserah, deh, Sa. Awas aja minta ngulangin infonya."

       Setelahnya hening. Hanya suara AC yang terdengar, berbanding terbalik dengan ruang PKM organisasi lain yang berada di sekitar ruang PKM senat, sangat berisik oleh mahasiswa yang mengobrol atau berdiskusi. Setiap organisasi di Fakultas Psikologi—BEM, senat, dan UKMF (unit kegiatan mahasiswa fakultas)—memang diberikan fasilitas ruang PKM yang berguna untuk rapat, kumpul, dan sebagainya. Ruang PKM senat biasanya ramai saat sore hari, di jam-jam perkuliahan selesai. Namun karena ini masih siang hari, ruang PKM senat masih sepi, hanya ada ketua dan wakil senat yang datang.

       "Lah, Fal, Frame udah mulai pendaftaran kepanitiaan?" Aksa yang sudah bosan dengan rubriknya yang tetap berantakan, mengangkat alisnya saat melihat kiriman di Instagram BEM Fakultas Psikologi terkait pembukaan panitia untuk acara Frame. Frame merupakan program kerja terakhir dari BEM Fakultas Psikologi bidang minat dan bakat (Mikat) di tahun ini. Karena Proker terakhir, otomatis pendaftaran untuk panitia Frame menjadi yang paling terakhir jika dibandingkan dengan proker BEM lainnya.

       Tak mendapatkan respons, Aksa menoleh ke arah Rifaldy yang tengah tidur dengan menjadikan tas sebagai bantalnya. Aksa mendengus. "Bangun, woi!" ujarnya sembari memukul lutut Rifaldy. "Ini Frame dari kapan sampai kapan buka daftar kepanitiaannya?"

       Rifaldy mengulum bibirnya, kesal karena dibangunkan paksa hanya untuk mengulang informasi yang tadi sudah disampaikannya. "Tadikan udah bilang."

       "Bilang apa?"

       "BEM buka GOR terakhir."

       "Sejak kapan univ kita punya gor?"

       "Grand opening recruitment, Aksa Aji Kandala. Proker BEM Humas buat publikasi semua acara kepanitiaan BEM," kata Rifaldy gemas. "Emang rada-rada nih orang," lanjutnya pelan.

       "Oh, iya," kata Aksa sambil memijit keningnya. Bingung kenapa akhir-akhir ini otaknya sulit mencerna informasi. "Bagus, deh. Siapa yang ngawas?"

       "Komisi satu, lah, Aksa. Kan pengawasan BEM yang megang komisi satu." Kesabaran Rifaldy semakin menipis. "Asli, lagi kenapa, sih, Sa? Bisa-bisanya lupa sama tugas pengawasan. Jangan-jangan kalau disuruh sebutin visi dan misi SM Fakultas Psikologi lupa juga?!"

       Aksa berdecak. "Namanya manusia, Fal. Wajar lupa."

       "Halah." Rifaldy ikut berdecak. "Btw, penasaran, deh, bakal gimana acara Frame. Secara ini proker baru anak BEM Mikat."

       "Doain sukses, lah, Bro."

       "Ya, siapa juga yang nyumpahin acaranya gagal, Sa?" Rifaldy mulai kesal. "Dah, ah, mau balik aja. Jangan lupa cek otak ke dokter, Sa. Siapa tahu emang lagi geser otaknya."

       "Sialan."

       Setelah Rifaldy keluar dari ruang PKM senat, ruangan kembali sunyi. Aksa menguap, suhu dingin AC membuatnya mengantuk. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang ke indekos. Sejak tadi ia sedang mengulur waktu karena ada janji dengan ketua senat Fisip. Awalnya, Aksa enggan untuk pulang ke indekos karena satu jam terlalu sebentar untuk bermalas-malasan di kamar. Ternyata, sendirian di ruang PKM senat membosankan juga. Jadi, ia memutuskan untuk pulang.

Magnet [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang