Ada satu alasan besar yang membuat Aksa selalu yakin untuk menjadi senator fakultas: ia tertarik dengan jurusan hukum.
Di hari terakhir pendaftaran SBMPTN tiga tahun silam, Aksa sudah berniat untuk memilih hukum sebagai jurusan kuliahnya, namun urung karena ia enggan membuat Ibunya bahagia. Ego mendominasi dirinya, mencerca bagaimana Ibu selalu melampiaskan kebencian padanya namun juga masih tetap menaruh harapan padanya untuk menjadi jaksa.
Lalu, ia mengorbankan mimpinya untuk membuktikan bahwa ia punya hak besar dalam pilihan hidupnya, juga membuktikan bahwa ia sangat membenci Ibunya. Ia benci karena Ibu sudah menetapkan pilihan hidupnya sejak ia lahir hingga menyelipkan doa dalam namanya untuk penentuan masa depannya; sembari menitipkan luka untuknya.
Karena itu, Aksa selalu suka saat Senat melaksanakan sidang. Rasanya seperti euforia jurusan hukum dapat sedikit dirasakannya. Seperti hari ini.
"Kegiatan pertama BEM yang sudah berjalan, yaitu 'Obrol Santai'. Kegiatan ini bersifat non-formal dengan tujuan untuk saling bertukar pikiran dan keluh kesah selama menjabat menjadi anggota BEM. Kegiatan ini dilaksanakan satu bulan sekali karena mempertimbangkan jadwal antarmahasiswa yang sering berbenturan. Indikator keberhasilannya 100%," kata Faiz menjelaskan kegiatan BEM yang pertama.
"Setelahnya, ada BEM Visit. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi BEM lain, di dalam/luar kampus, untuk saling bertukar pendapat mengenai progres BEM antar fakultas/universitas. Indikator keberhasilan 40% karena di periode setengah tahun ini baru berlangsung selama tiga kali dari target yang sudah ditentukan."
Pemaparan dari BEM dalam Sidang Pertanggungjawaban Tengah Tahun (SPJTT) berjalan lancar dan tenang. Setelah Faiz selesai menjelaskan progres kerja BEM selama setengah tahun, tiga anggota Senat mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan pada BEM. Aksa yang bertugas menjadi presidium I pada sidang hari ini mempersilakan salah satu dari mereka untuk bertanya.
"Izin bertanya kepada ketua BEM. Saya Fala, Senator 2018," katanya. "Tadi disebutkan bahwa indikator keberhasilan BEM Visit hanya 40%, ya? Apakah komisi I menggarisbawahi hal ini selama masa pengawasan?"
Tara, ketua komisi I bagian pengawasan BEM, mengangkat tangannya. "Izin masuk, Presidium. Evaluasi BEM sudah dimasukkan terkait BEM Visit ini sejak dua bulan yang lalu, hanya saja belum ada perubahan."
"Menurut saya, karena ini sudah di pertengah tahunan masa jabatan, sulit untuk mengejar agar kegiatan tersebut dapat terlaksanakan 100%. Terlebih lagi, semester depan banyak proker BEM yang dilaksanakan dalam waktu berdekatan. Kira-kira, bagaimana solusi yang Mas Faiz tawarkan agar kegiatan tersebut tetap terlaksanakan 100%?" tanya Fala.
Jam berdetak seperti nyanyian pengantar rasa kantuk di aula. Sudah jam satu siang, namun masih banyak lembaga kemahasiswaan (LK) yang masih belum memaparkan progres mereka selama setengah tahun. Bagi beberapa orang, sidang Senat selalu membosankan. Namun untuk seseorang yang sudah menghapus mimpinya di atas kertas ego, Aksa selalu menikmati setiap kegiatan Senat.
Senat; satu-satunya ruang sebagai tempatnya berpulang.
*
"Sidang hari ini dicukupkan."
Nyaris semua mahasiswa yang berada di aula menghela napas lega. Duduk selama sembilan jam terasa sangat melelahkan dan pegal. Sidang pertanggungjawaban memang selalu lama karena setiap LK menjabarkan semua kegiatan dan pencapaian yang sudah dilalui selama periode kepengurusan.
"Pulang duluan, ya!"
"Iya, hati-hati!"
"Besok jangan pada telat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnet [Selesai]
Romantizm[Trigger / content warning: self injury, toxic family, negative vibes] Ara tidak pernah menjadikan 'mahasiswa berprestasi' sebagai tujuan utamanya di dunia perkuliahan. Cukup dengan IPK yang memuaskan agar dapat membuktikan pada mamanya bahwa ia...