[18] Proker Senat

1.4K 314 16
                                    

       "Halo. Halo."

       Aksa menepuk tangannya untuk menarik perhatian orang-orang di dalam ruang PKM. Siang ini, panas Semarang benar-benar menakjubkan. Aksa tidak tahu pasti berapa suhu sekarang, tapi panasnya mampu membuat ruang PKM terasa sesak—terlebih lagi banyak orang di ruangan ini. Kalau bukan karena janji rapat sudah disepakati sejak seminggu yang lalu, ia pasti sudah pulang ke indekosnya.

       "Astaghfirullah, Aksa masa mau rapat tanpa aku?!"

       Semua pasang mata melirik Rifaldy yang baru saja masuk ke ruang PKM. Laki-laki itu memegang dadanya dengan mata sayu. Ekspresi sedihnya terlihat sangat dibuat-buat.

       "Telat," tukas Aksa sambil melipat tangannya di depan dada. "Jangan dicontoh, ya, Teman-teman. Nggak tepat waktu."

       Mengabaikan sindirian Aksa, Rifaldy menutup pintu lalu berdiri di samping Aksa. Tangannya menunjuk Aksa lalu geleng-geleng. "Jangan dicontoh, ya, Teman-teman. Nggak setia kawan," katanya sambil geleng-geleng prihatin.

       "Kenapa terlambat?" tanya Aksa.

       "Kuliah. Aku anak rajin, jadi tadi pas selesai rapat diskusi dulu di kelas."

       "Alasan aja."

       "Hei, kamu itu kuliah buat apa, Sa? Belajar!"

       "Organisasi, ah," ujar Aksa. "Organisasi nomor satu, nomor duanya baru kuliah," lanjutnya diiringi tawa kecil. Perkataannya mengundang sorak dari anak senat lainnya.

       "Di atas organisasi masih ada Delsa, Ara, dan—"

       "Dandan," potong Aksa sambil merangkul lengan Rifaldy, memberi cubitan keras di lengannya agar laki-laki itu diam.

       "Ara siapa, tuh?" Tiara yang duduk di karpet bersama anak senat lainnya masuk ke dalam obrolan. Bibirnya mengulas senyum licik. "Ada kabar terbaru apa, Fal?"

       "Oke. Yuk, kita mulai rapatnya!" kata Aksa cepat sambil mendorong Rifaldy untuk duduk di sebelahnya. "Sebelum rapat, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."

       Meski sebagian besar anggota senat mendesah kecewa karena tidak dapat mendengar gosip terbaru, mereka akhirnya diam dan mulai berdoa dalam hati. Setelah doa selesai, Aksa membuka rapat untuk pembahasan menuju pelaksanaan sidang pertanggungjawaban tengah tahun (SPJTT). Hanya beberapa perwakilan dari tiap komisi yang ikut rapat siang ini.

       "Gimana perkembangan SPJTT?" tanya Aksa membuka pembahasan inti. "Kemarin aku udah lihat time line-nya. Udah pada tahu time line SPJTT?"

       "Beluuummmmm."

        Rifaldy berdecak. "Tentang gosip aja kalian pada update, ini tentang proker sendiri kagak ada update-update-nya," katanya sambil membuka ponselnya untuk melihat time line SPJTT. "Oke, jadi SPJTT bakal diadain satu minggu setelah UAS selesai, artinya bulan depan. Tandanya apa coba?"

        "Tandanya tiap komisi udah harus gerak cepat, Mas," sahut Tara, ketua komisi satu.

       "Salah. Tandanya, kita semua nggak bisa langsung pulang setelah UAS selesai. HAHAHAHA kasihan, deh, dua minggu libur UAS kalian kepotong karena harus terjebak di Tembalang." Rifaldy tertawa keras sambil memukul bahu Aksa yang menatapnya datar. "Sama, sih, aku juga. Kita senasib, Guys," lanjutnya dengan ekspresi serius.

       "Garing."

       "Apa, sih, Mas Rifaldy."

       "Ha."

Magnet [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang