Bagian 12

2.5K 397 37
                                    

Happy Reading

Kantung mata Sasuke semakin lama semakin menghitam. Ia bagai tubuh tanpa nyawa dengan aura suram yang menghiasi membuat orang lain takut untuk mendekatinya.

Efek patah hati sebelum jadian.

Tiap kali teman-temannya bertanya ia pasti akan bergumam, "sudah terlambat". Satu kalimat yang awalnya membingungkan, tapi akhirnya tercerahkan saat Naruto tak sengaja melihat isi pesan centang satu untuk si Cherry.

Begini jadinya, kalau diberi kesempatan tapi malah menyia-nyiakan. Menyesal di belakang. Yang lainnya pun turut berdukacita atas hal yang menimpa Sasuke. Kecuali Shikamaru yang dari awal hingga akhir selalu tak peduli. Bukannya tak setia kawan, hanya saja hal sepele dan terlalu kekanak-kanakan seperti ini tidak memenuhi syarat untuk menarik perhatiannya.

Menurutnya, kalau cinta ya bilang saja. Tidak perlu pusing untuk memikirkan cara pendekatan yang rumit.

Hemmm.... Mungkin, ini juga yang membuatnya sudah laku terlebih dahulu daripada yang lain. Patut dicontoh!

Sasuke masih saja galau bahkan disaat ujian semester. Tapi, tetap saja ia mendapat nilai terbaik kedua setelah Shikamaru Nara si jenius tak terkalahkan.

Biasanya, Naruto akan merecokinya untuk minta contekan terpaksa mengandalkan Kiba yang otaknya sama-sama pas-pasan. Berakhir dengan remedial liburan kali ini.

Padahal diluar dingin sekali dengan salju putih yang mulai menutupi jalan. Enaknya, minum coklat hangat atau tidur seperti beruang seharian penuh.

Bukannya berurusan dengan kertas maha sial se-planet bumi. Malang sekali dirimu Naruto.

Mau minta bantuan Sasuke, percuma saja. Dia bicara saja selalu diacuhkan karena masa galau berkepanjangan. Malahan kini ber-social distancing dan mengurung diri di kamar karena virus broken heart yang menyerangnya.

Minta bantuan Neji....

Hiiiiiiiiiiiiii

Mata itu selalu membuatnya ngeri. Ia tak akan berani berurusan yang menyangkut penurunan harga diri di depan... ekhem!

Jangan menyarankan Shikamaru! Dia hanya akan memberi kata-kata setajam pisau yang menyakiti tepat di ulu hati. Tidak! Dia bukan masokis.

Alhasil, hanya ada Kiba yang akan menjadi partner setia dalam menghabiskan liburan penyiksaan kali ini. Sedihnya~


Sudah satu bulan berlalu sejak insiden pesan tak terkirim. Sasuke masih tetap seperti raga tanpa jiwa yang memutar semua video Cherry. Karena, hingga saat inipun belum ada tanda-tanda Cherry selesai hiatus. Membuat hati si pangeran bungsu makin muram.

Bunda Mikoto sampai kalang kabut dan tiap hari mendamprat Itachi yang notabenenya tidak tahu menahu. Tapi, malah divonis telah menistakan adiknya. Berakhir dengan uang jajan yang terpotong. Mau protes pun tak bisa. Meminta kesaksian dari korban yang berubah menjadi patung es berjalan juga tak akan berhasil.

Nasib jadi anak pertama.

Tring... Tring... Tring...

Ponsel Sasuke terus berdering dari sekitar 10 menit yang lalu. Si empunya terlalu malas untuk melihat dan masih asik melamun di depan jendela.

Tapi, kalau terus dibiarkan ia sendiri juga yang terganggu.

Akhirnya, ia beranjak untuk mengambil ponselnya di atas nakas dan melihat siapa pengganggu disaat begini.

Baka Dobe

Cih!

"Oi! Lama sekali. Aku sudah lelah menunggu."

Kelebihan omong seperti biasa.

"Hn."

"Aiiihhh... Sudahlah. Aku hanya ingin memberitahumu, nanti sepupuku dan temannya akan mengantarkan buku-buku laknatmu. Aku tidak bisa kesana. Tiba-tiba saja ibuku cerewet menyuruhku menemaninya belanja. Jadi, mumpung sepupuku berbaik hati mengantarkannya aku bersenang hati menurutinya. Lagi pula, aku tidak sanggup melihat tumpukan buku di kamarku. Rasanya, mencekam sekali."

"Hn."

"Kalau begitu, sudah ya. Ibuku sudah berisik sejak tadi. Bye!"

Tuuutttt

Percakapan berakhir begitu saja.

Sasuke meletakkan ponselnya sembarangan di atas ranjang dan ia sibuk mengurut dahinya. Suara Naruto memang dapat merusak kesehatan.

Ia memilih turun untuk mengambil air di dapur. Saat membuka kulkas mendapati buah merah cerah merekah membuatnya berhasrat mengambil satu.

Rumahnya sepi sekali saat ini. Ayahnya pasti masih bekerja melihat sekarang masih tengah hari. Bunda tadi pamit ingin pergi arisan dan menyuruh Itachi mengantar sekaligus menemaninya. Tinggal ia sendiri di rumah.

Tak apa! Ia bisa kembali melamun dan menatap salju yang turun dari jendela kamarnya. Meratapi nasib kisah asmaranya yang menyedihkan.

Baru saja akan menggigit tomat kesukaannya, ia mendengar bel rumah.

Mungkinkah, sepupunya Naruto?

Dengan tak rela Sasuke meletakkan buah kesukaannya dan pergi untuk membuka pintu. Sebenarnya, malas sekali. Tapi, tak ada makhluk lain selain dirinya dirumah ini. Masa bodoh dengan tampangnya yang masih acak-acakan. Toh, dia tetap keren.

Narsisme yang terlalu mendarah daging.

Cklek

Pintu terbuka, dan tampaklah dua orang perempuan berdiri berbalut syal tebal.

Dan Sasuke terperangah kaget saat melihatnya.

Bukan! Bukan perempuan berambut merah itu!

Tapi, yang satunya!

Yang pakai topi Beanie biru dongker dan syal merah yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Tapi, ia masih bisa mengenalinya dalam sekali pandang. Dia yang paling dikenalnya berdiri di belakang perempuan berambut merah dan sesekali menatap malu.

"Che-cherri!"

To be continue


Ohayou Minna!

Selamat menjalankan ibadah puasa ya, bagi temen-temen muslim.

Gimana? Lama banget ya baru up lagi 🤣
Emang tega saya ini hehe...

Padahal, aku mau up lagi abis lebaran ceritanya. Tapi, udah banyak komen yang intinya "KAK, KAPAN NEXT?"

Kadang, aku buka Wattpad dan baca komen. Agak meradang juga rasanya hahaaa

Jujur aja, aku hampir lupa buat nerusin cerita ini. Saking jarangnya buka ni apk hehehe

Moga aja Juni mendatang Corona udah ilang bersih.

Pssstttt.... Kalau update nya lama, maklum ya! Aku masih author newbie. Masih suka kesasar sana-sini, susah pake diksi, dan akhirnya, ngelamun nyari ide nggak pasti hahaha

Salam hangat dari semuanya..

Terima kasih sudah mau mampir baca karya saya 😊🤗

See you later💕

YOUtubeR LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang