Bagian 15

2.3K 423 62
                                    


Happy Reading



Sesaat setelah Sakura datang.

Sasuke berjalan agak tergesa menghindari wajah yang selama ini ia rindukan. Aneh

Ia langsung bergegas mengambil handuk dan mandi.

Mandi bebek maksudnya.

Karena, ia tak mau membuat Cherry nya menunggu lama. Kasihan kan~

Okey, abaikan si rambut merah.

Perasaannya tak karuan tiba-tiba diapeli calon pacar. Ah, jantungnya berdetak tak terkendali sejak ia menatap mata emerald yang membius kesadarannya.

Bajunya sampai terjatuh saat hendak membalut tubuh sixpack nya karena tangannya yang terus gemetar. Ingin sekali teriak, namun ia hanya mendesah berat dan merapikan rambutnya yang memang sudah rapi. Sayang juga kalau diacak-acak.

Sasuke memandang cermin dengan bangga. Memang, manfaat tampan sejak lahir itu luar biasa. Sedikit senyum saja sudah bisa membuat banyak wanita menggelepar ingin dinikahi.

Saat hendak memutar hendel pintu kamarnya, ia terdiam sejenak.

Apa yang harus ku suguhkan untuk Cherry?

Tak jadi keluar kamar ia malah mondar-mandir. Menggigit jarinya cemas!

Bagaimana ini?!

Matanya menangkap ponsel yang teronggok diatas nakas. Dan dengan sigap ia mengambilnya dan men-dial satu nomor keramat yang paling ia hindari untuk dihubungi.

Bunda bawel

"Halo Sasuke-Kun, ada apa? Apa kau sudah merindukan Bunda? Tidak biasanya menelfon seperti ini." Suara cekikikan menyeramkan bisa terdengar di telinga Sasuke.

Tuh kan, bawel.

"Hn."

Sasuke bingung ingin bicara bagaimana.

"Ada apa, sayangku?"

"Aku punya tamu."

“Hah? Apa nak?" Bunda Mikoto bertanya kebingungan. Apa iya, anaknya ini datang bulan? Tapi, itu jelas tidak mungkin kan.

"Cherry."

Telepon sunyi untuk beberapa detik.

"MAKSUDMU, CHERRY DATANG KE RUMAH? ASTAGA! BENARKAH INI?!"

Sasuke menjauhkan ponselnya dari telinga.

Cempreng sekali. Dan, kenapa bisa langsung tahu? Apa ini efek dari hubungan ibu dan anak?

Hanya sekali ini, Sasuke bersyukur Bunda nya begitu cerewet dan peka stadium 12.

"Hn."

"Kalau begitu, kau diam dulu. Tunggu Bunda pulang. Aku akan menyuruh Itachi menjadi pembalap nanti. Tenang di situ okey!"

"Hn."

Itachi menghela nafas mendengar pembicaraan Bunda nya. Matanya menatap nanar pada puding yang bahkan belum sempat ia nikmati kelezatannya.

Kenapa selalu ia yang terkena imbasnya?! Tidak adil sekali menjadi anak sulung.

Dengan cepat tanpa babibu Nyonya Uchiha menggeret Itachi tanpa memperdulikan yang lain. Bahkan, muka memelas milik anak sulungnya.

Sabarkanlah Itachi ya Kami-Sama.

Mereka berdua telah sampai di depan gerbang Mansion dalam 15 menit. Padahal, perjalanan seharusnya memakan waktu tempuh setengah jam.

YOUtubeR LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang