Seorang gadis kecil berada tepat dibawah pohon besar yang kini menyandarkan tubuh mungilnya disana, perlahan ia menutup mata membiarkan cairan bening itu membasahi pipi gembulnya.
"Mama.. Hiks.. Mamaa .. Hiks... Mama dimana? Kenapa tinggalin aku sendirian, Aline takut mama," gadis kecil itu terus menangis memeluk dirinya sendiri ditemani terpaian angin malam yang menusuk kulit.
Gadis kecil itu terus memandangi danau dihadapannya dimana bulan terpantul dengan sangat terang, ia tak berani melangkah dari tempatnya sekarang bahkan untuk menengok kiri kanan saja ia tak bisa. Nafasnya sudah tersendat karena terus menangis sejak sore, yahh ia dan keluarganya tengah camping di hutan ini.
"Aline tungguin mama disini yah, mama pengen balik ke papa dulu buat ambil keranjang.. Ingat! Jangan kemana mana!" .
"Iya ma" gadis kecil itu mengurai senyum lebarnya hingga pipinya kini menggembul besar.
Aline terus berlari mengelilingi tempat yang mama tunjukkan padanya, kebun bunga tengah hutan. Ada banyak bunga disini, mama mengajak Aline untuk mengambil bibit bunga agar koleksi bunga dirumah bertambah.
"Wahh ada kelinci," Aline mengejar kelinci putih yang berlari lebih dulu darinya, cukup jauh Aline mengejar hingga ia benar-benar tak dapat melihat kelinci tadi.
"Yah kelincinya lari," Ia menekuk wajahnya. Gadis kecil itu kini menyadari tempatnya sekarang, ia masuk jauh kedalam hutan.
"Mama... Mama... Aline takut maa.. Hiks.. Hiks.." gadis kecil itu terus menyusuri hutan berharap ia kembali ketempat semula. Namun, justru membawanya tersesat lebih dalam.
***
"Ayaah ayaah ada mayat!!" teriak anak laki-laki yang sebaya dengan gadis dihadapannya. Ia tak berani mendekati gadis lusuh yang terbaring pucat itu.
Gunawan Hildrick yang tengah memfokuskan senjatanya pada burung di ranting pohon, seketika terkaget bukan main saat mendengar teriakan putranya. Tak pikir panjang ia pun berlari menuju asal suara.
"Ayaah cepat yahh.. Mayatnya goyang goyang, Arther takut!!" teriak anak laki-laki itu lagi yang mendapati ayahnya tengah berlari ke arahnya.
Perlahan Aline membuka matanya yang sudah membengkak setelah menangis semalaman, suara cempreng itu telah mengganggu tidurnya. Matanya kini telah terbuka sempurna, ia mendapati anak laki-laki dan seorang pria dewasa di sampingnya tepat berada dihadapannya.
"Hay.. Kamu kok bangun lagi? Aku kira udah mati tadi. Soalnya, muka kamu putih banget udah kayak hantu.. Hihihi tapi kamu cantik yah," anak laki-laki itu cekikikan sendiri, lelaki disampingnya hanya menggeleng lalu menepuk pelan pundak anaknya.
"Nak, kenapa tidur disini?, orang tua kamu mana?" tanya Gunawan sambil berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu.
"Gak tau om" mata Aline kembali berkaca-kaca
"Terus, kenapa bisa ada disini?"
"Kemarin keluarga aku camping disini om, terus aku liat kelinci imut jadi aku kejar sampai jauh banget. Sekarang aku gak tau jalan pulang.. Hikss," air mata Aline kembali meluncur.
"Yaudahh.. Nanti om bantuin kamu temuin orang tua kamu yah," Gunawan tersenyum mencoba memberhentikan tangis gadis kecil dihadapannya.
"Beneran om??" Aline menatap dengan penuh pengharapan
"Iyaa, sini bangun dulu.. Kamu pasti lapar kan, mending ikut om pulang dulu" Gunawan bangkit lalu membantu Aline untuk berdiri .
"Etsss... Tapi sebelum itu kita main kenal kenalan dulu, oh yaa nama kamu siapa bidadari cantik?" kini giliran anak laki-laki itu yang bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
VenArthery X - (On Going)
Teen FictionIni bukan kisah cinta remaja yang berstatus most wanted di sekolahnya, bukan kisah cinta si badboy dan si goodgirl, ataupun perjodohan dengan seorang Ceo tampan dan kaya raya yang menjadi impian para halu-ers :v Namun ini adalah kisah seorang Arth...