Artheryx sudah berada di mobilnya, ia meraih handphone nya dari saku celana depan lalu mencari kontak Kaysha. Beberapa kali Artheryx menghubungi nomor itu, namun tetap tak ada jawaban. Artheryx beralih ke nomor handphone mama Anna, namun juga tak ada jawaban. Apa Artheryx harus ke rumah Kaysha dulu untuk memastikan? Tapi cuaca sedang tak berpihak padanya, sebentar lagi sepertinya akan hujan. Terlebih ini sudah malam, dan tubuhnya juga butuh istirahat sekarang.
Artheryx mulai menyalakan mobilnya, berpikir sejenak. Tidak mungkin ia pulang dengan keadaan bonyok begini, Artheryx tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi mamanya nanti. Jadi Artheryx putuskan menginap di apartemen Vena saja, masalahnya dengan Kaysha bisa ia selesaikan besok.
Dengan tenaga yang tersisa, Artheryx membelah dinginnya malam dengan mobilnya. Sesekali cowok itu memijit kepalanya mengingat masalahnya yang tak kunjung selesai, belum lagi tentang Vena yang hamil anaknya. Bagaimana jika orang-orang akan tahu? Artheryx tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepan.
Dengan langkah terpogoh, Artheryx menuju apartemen Vena. Artheryx ragu untuk mengetuk pintu kayu itu, mengingat Vena yang mungkin masih belum sepenuhnya memaafkan dirinya. Dengan satu hentakan nafas, Artheryx mulai mengetuk pintu.
*Ceklek
Perlahan pintu terbuka, menampakkan Vena yang berdiri disana dengan setelan piyama berwarna hijau. Gadis itu menerawang mulai dari wajah hingga kaki Artheryx sambil menutup mulutnya kaget.
"Mu- muka lo bonyok, Ther." Vena masih kaget melihat kondisi Artheryx, ia dengan cepat membawa tubuh Artheryx menuju sofa ruang tengah. Artheryx duduk disofa itu, Vena hanya mengikut, masih dengan ekspresi kagetnya.
Saking kagetnya dengan kondisi Artheryx, ia sampai melupakan niat awalnya untuk mendiami Artheryx sampai anaknya lahir, lalu ia akan pergi dari sisi cowok itu dengan berlinang air mata sambil hujan deras disertai kilat, tak lupa backsong acara 'Suara hati istri'. Terdengar sangat dramatis sekali pemirsahh. Padahal Vena sudah banyak belajar dari drama korea yang ia tonton, namun tetap saja gagal. Sehari tanpa berbicara dengan Artheryx rasanya sulit sekali bagi Vena.
"Lo kenapa, sih, bisa kayak gini?" tanya Vena lagi, ia menyentuh pelan bibir Artheryx membuat cowok itu mengerang.
"Aww, jangan sentuh!" seru Artheryx, Vena menunjukkan cengirannya.
"Lo pasti abis berantem, kan? Wah wahh, gue gak nyangka ternyata lo pinter berantem juga. Kirain gak bisa berantem," ucap Vena yang kini kagum dengan Artheryx, seolah bonyok diwajah cowok itu adalah pencapaian pertamanya untuk menjadi cowok sejati. Lagian, wajah Artheryx terlampau mulus ngalahin cewek, Vena saja sampai iri dengan itu. Jadi gak apa-apa, lah, sesekali wajah Artheryx lecet biar keliatan tampang laki-nya.
"Lo kira gue apaan gak bisa berantem?" sewot Artheryx.
"Haddeuuhh, udah udah. Coba cerita ke gue, siapa orang yang udah buat lo bonyok kayak gini?" tanya Vena serius.
"Gak usah, Ven. Lo gak usah cari orangnya, gue bisa selesein masalah ini sendiri, lo gak usah turun tangan."
"Siapa yang mau bantuin lo, sih? Justru gue mau kasih empat jempol ke orang itu, karena udah buat lo keliatan laki dikit. Muka laki kok glowing, jatuhnya pasti dikira oplas, haha." Vena tertawa, Artheryx memicingkan matanya lalu mendaratkan telapak tangannya di jidat jenong milik Vena.
"Takdir gue terlahir ganteng. Justru lo harus bersyukur dapat benih gue, benih gue itu udah terjamin dan terpercaya. Liat aja nanti, si dedek bayi pasti cakepnya ngikut ke gue," ucap Artheryx menunjuk ke arah perut Vena.
"Hillihh, kalau cewek yah Alhamdulillah bisa glowing sejak lahir, lahh kalau cowok? Gimana jadinya modelan anak gue, mirip bencong kesasar dahh kayak bapaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
VenArthery X - (On Going)
Fiksi RemajaIni bukan kisah cinta remaja yang berstatus most wanted di sekolahnya, bukan kisah cinta si badboy dan si goodgirl, ataupun perjodohan dengan seorang Ceo tampan dan kaya raya yang menjadi impian para halu-ers :v Namun ini adalah kisah seorang Arth...