20 || Curiga

38 7 2
                                    

Mereka berdua sudah berada di apartemen, tepatnya menyandarkan tubuh di atas sofa. Vena sudah berhenti menangis, gadis itu hanya menunduk diam sambil menatap kosong ke arah lantai. Didepannya sudah ada Artheryx yang sama-sama membisu. Diam, senyap, itulah suasana ruangan itu sekarang.

"Gue gak habis pikir, secepat ini gue dikasih kepercayaan sama Tuhan," gumam Vena pelan, Artheryx melihat ke arah gadis itu.

"Gue nggak tau, Ther. Harus sedih atau senang dengan kehamilan ini, disisi lain gue sedih karena hamil diwaktu yang gak tepat. Disisi lain juga, gue seneng karena artinya gak lama lagi bakal ada yang nemenin gue ngelanjutin hidup," lanjut Vena seraya tertawa pelan lalu kembali menangis, entah itu tangis haru atau rasa sesal. Artheryx tak dapat menerjemahkannya.

"Arther, gue tau apa yang ada didalam pikiran lo sejak tadi. Tenang, gue gak bakal minta lo buat nikahin gue," ucap Vena lalu mengangkat kepalanya menatap Artheryx yang berada tepat dihadapan gadis itu.

"Ven,"

Rasanya, atmosfer didalam ruangan itu kian menipis.

"Gue gak seegois itu, Ther. Lagipula ini semua terjadi bukan karena kemauan kita berdua, ini hanya ketidaksengajaan. Gue gak mau ngehancurin mimpi yang udah lo bangun, gue ngerti kok, Ther." ucap Vena lagi, ia menghapus jejak air matanya yang menetes lalu mencoba tersenyum ke arah Artheryx.

Artheryx tak tau harus berkata apa, Vena memang benar, Artheryx masih memiliki mimpi yang harus ia raih, juga memiliki cinta yang harus tetap ia jaga. Namun di hati kecilnya, ia tak tega dengan Vena. Bagaimana mungkin gadis itu harus hamil dalam keadaan tak memiliki suami, bagaimana nasib anaknya nanti? Bagaimana pun, janin didalam perut Vena adalah darah dagingnya.

"Ven, maafin gue."

"Lo gak perlu minta maaf, Ther."

"Gue udah pikir mateng-mateng.." Vena memejamkan matanya seraya menelan ludahnya kasar.

"Gue bakal gugurin anak ini," putus Vena, Artheryx membelalakkan matanya tak percaya dengan keputusan gadis itu.

"Ven, janin yang ada di perut lo itu gak bersalah. Lo dengan tega pengen ngebunuh dia? Bagaimana pun, itu anak Lo..." jeda Artheryx.

"Juga anak gue, dan gue gak bakal ngebiarin lo ngebunuh anak gue." lanjutnya.

"Tapi, Ther--"

"Gue bakal tetap tanggung jawab, walau.. Dengan cara gak nikahin lo, gue harap lo ngerti, Ven." Artheryx memegang tangan Vena, gadis itu kembali tertunduk diam.

"Maafin gue, Ven."

"Gak ada yang perlu dimaafin, justru gue yang harus ucapin makasih sama lo, Ther. Lo udah terlalu baik sama gue, lo masih mau ngurusin gue yang udah jelas bukan siapa-siapa lo," balas Vena.

"Lo salah, Ven. Gue itu orang jahat! Paling jahat!"

Vena sudah merasa lebih tenang, ketakutannya hanya satu. Bagaimana jika nanti anaknya lahir dan Artheryx tidak menganggapnya? Bagaimana jika kedepannya Artheryx akan memiliki keluarga sendiri dan membuang Vena serta anaknya? Vena tak masalah jika harus mengandung tanpa cinta dari pasangan. Tapi bagaimana dengan nasib anaknya nanti?.

"Makasih, Ven. Udah mau ngertiin posisi gue,"

Vena membalasnya dengan senyum singkat lalu berjalan meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya. Ia lelah, ia butuh istirahat. Artheryx mengekori Vena menuju kamar.

"Lo sehat-sehat yah, Ven. Jangan kecapean, gue balik lagi besok," ucap Artheryx sambil mengelus pelan rambut Vena yang dimana gadis itu sudah membaringkan tubuhnya di atas springbad.

VenArthery X - (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang