"Baik, ini adalah latihan terakhir kita. Ibu harap Vena dan Artheryx jaga kesehatan. Terutama Vena, jangan makan gorengan ataupun minum es dulu. Kamu harus jaga agar suara kamu bisa stabil. Kalau buat kamu Artheryx hmm apa yahh?? Nahh jaga baik-baik tangan kamu jangan sampai copot, kalau copot siapa yang bakal main gitar. Yekaannnn??" tutur bu Arnis panjang kali lebar. Vena mengangguk paham sementara Artheryx tak merespon.
Ngomong apa sih? Iyain aja!
"Baiklah ibu tutup pertemuan kali ini dengan ucapan Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Vena antusias,lalu bu Arnis keluar meninggalkan Mereka.
Sepeninggal bu Arnis, wajah Vena berubah seolah memiliki beban. Artheryx sempat melirik sekilas. Artheryx bangkit dari duduknya dan berniat meninggalkan ruangan, namun ia kembali melirik gadis di sampingnya. Merasa tak enak hati bila meninggalkan gadis ini sendirian, Artheryx mencoba bertanya.
"Kenapa lo?" Vena yang mendengar, sedikit kaget dari lamunannya.
"Ehh gak apa-apa kok, kalau mau keluar, duluan aja, gue masih mau disini. Masih ada yang harus gue lakuin," Artheryx mengangkat satu alisnya tak paham.
"Ehh anu, gue mau rapihin kardus yang ada disana. Lo duluan aja," lanjut gadis itu. Artheryx memilih tak merespon, ia beranjak pergi meninggalkan aula .
"Kalau gue jual kardus ini, pun, gak bakal cukup buat tambahan beli dress. Duh gimana yah, mau minta sama nenek juga kasihan. Uang makan aja susah," ujar Vena pelan namun masih sempat Artheryx dengar. Seketika pikiran cowo itu tertuju pada Vena, ia baru menyadari Vena adalah siswi jalur beasiswa yang kurang mampu.
Kenapa dia harus perduli?
Tapi tunggu, tidak biasa hati Artheryx terketuk untuk menolong seseorang. Ia kembali ingat ucapan mamanya yang berharap dirinya dapat bermanfaat bagi orang lain.
"Ini demi mama, Artheryx bakal coba ngebantuin gadis itu"
*kring
*kring
*kring
Bel sekolah telah berbunyi, seluruh siswa dan siswi Sma Bhayangkara berbondong bondong masuk ke kelas masing-masing. Vena pun demikian, ia berlari kecil meninggalkan aula, yang sebelumnya ia telah mengumpulkan kardus bekas air minum agar dapat ia jual saat pulang sekolah.
Pikirannya terus saja berputar pada dress yang akan ia kenakan saat pentas nanti. Ia tak ingin guru-guru kecewa karena gadis itu tampil dengan pakaian lusuh, lagipula Vena memang tak pernah memiliki dress. Uang dari mana buat beli baju mewah kayak gitu, uang makan sehari-hari aja susah.
*Bughh
Vena terjatuh ke lantai akibat menabrak sesuatu yang amat keras, gadis itu meringis kecil. Seketika ada tangan yang terulur padanya, Vena mengangkat kepala guna melihat siapa manusia itu.
"Ohh Artheryx, gue gak sengaja. Buru-buru soalnya," ucap Vena cengingisan lalu berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan cowok dihadapannya. Artheryx mengulum kembali tangannya, niat baiknya tak terbalas. Cowok itu berlalu tanpa suara.
Vena mengikat beberapa tumpukan kardus pada sepedanya, ia tak memperdulikan tatapan menjijikan dari siswa yang lain. Di parkiran itu berisi ratusan mobil dan motor mewah berjejer rapi, hanya Vena yang dengan entengnya memarkirkan sepeda bututnya di parkiran itu.
ingat, hanya Vena!!
Vena berpikir, untuk apa malu pada dirinya yang memang telah ditakdirkan hidup susah. Malu itu ketika pura-pura kaya padahal hidup susah. Justru, gadis itu masih bersyukur memiliki sarana menuju sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VenArthery X - (On Going)
Teen FictionIni bukan kisah cinta remaja yang berstatus most wanted di sekolahnya, bukan kisah cinta si badboy dan si goodgirl, ataupun perjodohan dengan seorang Ceo tampan dan kaya raya yang menjadi impian para halu-ers :v Namun ini adalah kisah seorang Arth...