10 || Peduli

79 13 3
                                    

Vena pingsan cukup lama, hingga Artheryx melewatkan satu mata pelajaran hanya untuk menjaga gadis itu. Artheryx tak memperdulikan soal Ayla ataupun para anggota Pmr yang sedari tadi melihatnya menggenggam tangan Vena, rasa bersalahnya lebih besar sekarang.

"Arther, gue izin balik ke kelas. Lo bisa jagain Vena, kan?" ucap Ayla, Artheryx hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Sedangkan para anggota Pmr sudah hilang entah kemana, menyisakan hanya mereka berdua di ruangan itu.

"Lo gak capek apa tidur kayak gini? Iya, gue tau kalau gue yang salah disini. Tapi jangan nyiksa gue dengan cara ini juga, Ven. Gue pengen belajar, hari ini ulangan kimia." curhat Artheryx yang tak mendapat respon apapun, Artheryx membuang nafasnya pelan. Berada diruangan sepengap ini membuatnya gerah, tapi apa boleh buat?

"Vena," ucap Artheryx saat mendapati mata Vena yang mulai bergerak, sepertinya gadis itu telah sadar. Hal ini membuat Artheryx heboh sendiri, pasalnya ia akan keluar dari tempat yang menyiksa dirinya ini.

Mata Vena telah terbuka lebar, sontak gadis itu menatap Artheryx yang duduk di samping brankarnya. Vena masih lemah hingga tak kuat walau hanya bertanya, ini dimana? Aku kenapa? Kamu siapa?
Ingat, ini bukan sinetron yang sering kamu nonton.

"Ini di Uks, tadi lo pingsan jadi di bawa kesini. Kalau masalah gue yang jagain lo, karena gue anggota osis yang juga harus turun tangan masalah kayak gini," Artheryx mewakili semua pertanyaan dibenak Vena, syukurlah cowok itu sering melihat siaran yang disuguhkan channel ikan terbang. Dirinya jadi bisa tau, kalimat apa yang akan dikeluarkan Vena.

"Lo istirahat dulu, kalau udah agak enakan. Nanti gue anterin pulang," Artheryx menahan tubuh Vena yang ingin bangkit dari posisi rebahannya.

"Hm, gue gak apa-apa"

"Jangan sok kuat, gue tau lo masih lemes. Mending rebahan, santai kayak dipantai, selow kayak di pulau. Ya gak?"

Eitsss Artheryx menyesal mengatakan itu, syukurlah tak ada orang selain Vena. Itu bukan sekali dirinya, selain keluarganya, tak ada yang boleh mengetahui sifat seorang Artheryx yang lucu dan comel ini. Ia harus tetap terlihat dingin didepan para masyarakat dunia orange.

"Gue nganter lo pulang," ketus Artheryx, ia menarik lengan Vena hingga gadis itu berdiri. Vena yang masih merasakan pening di kepalanya, tak dapat menstabilkan posisinya saat ini. Tanpa pikir panjang, Artheryx menggendong tubuh Vena ala bridal style. Vena kaget, ia berusaha melepaskan diri dari gendongan Artheryx dengan cara menggeliat seperti ulat di iklan, pucuk pucuk pucuk.

"Bisa diem gak sih? Gue gak niat nyulik, gue cuman nolongin biar lo cepet pulang. Biar gue gak repot lagi jagain lo!" Artheryx terus melangkah menuju parkiran, untung saja sekolah sepi, berhubung jam pelajaran masih berlangsung, Artheryx harus cepat-cepat membawa Vena pulang. Bisa gawat jika dirinya harus bertemu para ulat bulu sementara posisi Artheryx sedang menggendong Vena, lagi.

"Turunin, gue bisa jalan sendiri." Vena terus menggeliat. Artheryx tak menghiraukan, hingga mereka telah sampai di parkiran sekolah. Artheryx memasukkan Vena kedalam mobilnya lalu, lalu mengambil alih kemudi.

Pak satpam yang menjaga gerbang tak akan membiarkan siswa keluar sekolah begitu saja, ia telah siap dengan pertanyaan yang akan ia lontarkan.

"Mau kemana?" tanya pak satpam setelah mobil Artheryx sampai di depan pintu gerbang.

"Saya disuruh kepala sekolah untuk bawa pulang siswi yang sakit," bohong Artheryx, masa bodo. Ia harus membawa gadis itu pulang.

"Ohh nama lengkap?" tanya pak satpam lagi, kini dengan notebook lengkap dengan pena ditangannya.

"Irbagas Hamzah dan Maemunah"

"Ok," ucap pak satpam lalu membukakan pintu gerbang untuk Artheryx, seketika Artheryx melajukan mobilnya meninggalkan kawasan sekolah.

VenArthery X - (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang