"Wahh, ini cara pakai nya gimana?" Monolog Vena sambil terus memperhatikan shower di kamar mandi, sesekali gadis itu menjadikannya handphone lalu cekikikan sendiri.
"Ini mandinya harus masuk ke bak?" Vena kembali dibuat bingung dengan bathtub di hadapannya, gadis itu memutar pandangan, menyusuri setiap ruangan, guna mencari sesuatu.
"Kamar mandi orang kaya kayak gini, yah. Gak ada gayungnya,"
Vena memutar keran, mengisi air kedalam bathtub. Ada dua keran yang berdampingan, Vena memutar keran yang satu, membuat air di shower menyembur ke wajahnya.
"Oh, ini buat semprot-semprot toh. Keren!"
"Ribet juga kalau mandinya kayak gini, kalau dirumah tinggal pake gayung, serr, serr, udah deh."
Cukup lama Vena menghabiskan waktu dikamar mandi hanya untuk berkenalan dengan para penghuninya, seperti bathtub, shower, westafel, bahkan Vena tak bisa membedakan antar sabun cair dan shampoo yang memiliki kemasan yang sama, gadis itu hanya memakainya asal. Intinya sama-sama berbusa, iya kan?
Vena keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk putih selutut, gadis itu berjalan menuju tas ranselnya yang ia simpan di atas springbad.
Vena melirik ke kiri dan ke kanan, aman. Gadis itu membuka handuknya menampakkan tubuhnya yang polos. Dengan sedikit senandung kecil, Vena memilih pakaiannya yang masih berada didalam ransel.
*Ceklek
"Gue bawa_, astagfirullah!!!" Artheryx terkejut, ia spontan berbalik setelah melihat pemandangan yang menodai mata sucinya. Vena yang menyadari hanya dapat berteriak histeris lalu kembali memakai handuknya, pipi gadis itu merah padam, ia malu bukan main. Jika boleh, Vena tak ingin menampakkan wajahnya dihadapan Artheryx selamanya.
"Lo.. Lo ma, mau apa kesini?" tanya Vena gugup, ia meremas ujung handuknya.
"Gue cuman mau bawain lo perlengkapan sekolah," balas Artheryx, mereka masih saling membelakangi. Artheryx melempar asal seragam itu kebelakang, lalu berniat cepat-cepat keluar dari ruangan itu.
"Lain kali, kunci pintunya." ucap Artheryx kemudian keluar menuju sofa ruang tengah untuk menstabilkan nafasnya. Sementara Vena perlahan memutar kepalanya, memastikan Artheryx benar-benar telah keluar. Gadis itu berlari kemudian mengunci kamar, merah diwajahnya tak kunjung hilang, Vena merasa pasokan oksigen diruangan itu kian menipis dibarengi detakan jantungnya yang semakin menjadi-jadi.
Kini mereka berdua telah berada didalam mobil menuju ke sekolah. Sejak kejadian tadi, tak ada yang berani berbicara, terlebih Vena yang sedari tadi hanya menunduk, gadis itu terlalu malu walau hanya untuk melihat ke arah Artheryx. Begitu pula Artheryx, bayangan itu tak kunjung hilang. Arghh, kenapa ia lupa mengetuk pintu tadi.
Setelah Artheryx memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah, Vena terburu-buru keluar lalu berlari meninggalkan cowok itu. Vena bisa gila jika harus lebih lama bersama Artheryx, Artheryx tak acuh. Ia turun dari mobilnya lalu berjalan menuju kelas, entah muncul dari mana, Bagas dan Ilham telah berada di samping Artheryx.
"Wahh wahh, kok lo bisa yah datang bareng si Vena. Gue jadi curiga, jiwa fakboy lo mulai tumbuh juga." ucap Bagas dengan nada mengintimidasi.
"Si Kaysha yang buat lo jatuh cinta setengah mati lo kemanain?" Ilham memecah hening, tawanya menggelegar membuat banyak tatapan tajam yang memandangnya.
"Diem lo!"
"Ulalaaaa, si Arther merajuk guys. Haruskah aku yang cantik dan membahana cetar badai angin topan beliung banjir longsor membujukmu wahai kakanda?" Bagas mencoleh dagu Artheryx, tak lupa dengan wajahnya yang dibuat seimut mungkin, Ilham yang memang memiliki jiwa lucknut tingkat akut hanya bisa tertawa ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
VenArthery X - (On Going)
Fiksi RemajaIni bukan kisah cinta remaja yang berstatus most wanted di sekolahnya, bukan kisah cinta si badboy dan si goodgirl, ataupun perjodohan dengan seorang Ceo tampan dan kaya raya yang menjadi impian para halu-ers :v Namun ini adalah kisah seorang Arth...