Hooaaaammm
"Mimpi gue aneh banget semalam, masa iya gue perkosa si Vena," Artheryx mengucek-ucek matanya, lalu melirik ke arah jendela dimana cahaya matahari sudah nampak jelas.
"Busett, gue telat." cowok itu terduduk, ia kalang kabut. Tapi perasaannya menafsirkan ada yang salah dengan dirinya.
"Ehh tunggu, bukannya ini apartemen si Vena?"
Deg
Artheryx menyadari, cowok itu mulai keringatan. Perlahan Artheryx melihat ke arah tubuhnya yang hanya terbungkus selimut.
"Haha, nggak mungkin." Artheryx terkekeh sebentar lalu memeriksa tubuhnya dibalik selimut, seketika ia melemas. Pikirannya kembali pada hal yang ia anggap mimpi.
"Anjirrr, apa yang udah gue lakuin semalam. Arghhhhhhh," teriak Artheryx histeris sambil menjambak rambutnya. Matanya memutari kamar yang cukup luas itu, ia mendapati pakaiannya yang berhamburan dilantai, pipi Artheryx memanas.
"Buset dahh, nih sempak harus gini juga modelnya. Sembunyi kek dibelakang baju, main nongol didepan aja, dimana harga diri gue Njirr." cepat-cepat Artheryx memakai pakaiannya, tanpa ke kamar mandi, cowok itu langsung berlari keluar dari apartemen.
***
*Kringg kringg
Bunyi bel istirahat yang paling di nanti para siswa dan siswi, seluruh penghuni kelas XII Ipa 3 mulai berhamburan keluar kelas, ada yang ke kantin, lapangan, taman, atau bahkan hanya sekedar jalan-jalan keluar kelas. Menyisakan hanya ada Vena dan Ayla diruangan itu.
"Ven, Venaaa..." panggil Ayla yang dari tadi memperhatikan Vena, ada yang aneh dengan gadis itu, dari tadi Vena hanya melamun dibangkunya, wajahnya pucat.
"Eh, iyaa. Kenapa?" Vena yang menyadari panggilan Ayla, langsung berbalik ke arah gadis di belakangnya. Sementara Ayla memperhatikan raut wajah Vena yang tak biasanya.
"Lo kenapa, kayaknya gue liat dari tadi, ada yang beda dari lo. Muka lo pucet benget, Ven. Lo sakit?" tanya Ayla sambil menempelkan pundak tangannya didahi Vena. Suhunya bukan panas, namun dingin.
Sedingin sikap doi ke kalian, Wkwkwk.
"Gue gapapa," balas Vena dengan senyum yang dibuat-buat.
Semenjak kejadian semalam, Vena jadi lebih pendiam. Otaknya terus berputar pada nasibnya kedepan, seluruh hartanya telah hilang sekarang, apa lagi yang ia punya? Harta terindah dalam dirinya saja tak dapat ia jaga.
"Kalau lo punya masalah, cerita sama gue, Ven." Ayla berjalan mendekati bangku Vena, ia duduk di atas meja.
"Gue gapapa Ay, serius. Gue gapapa," ucap Vena kembali menerbitkan senyum palsunya, senyum yang dibaliknya ada beribu-ribu luka, senyum yang selalu menyembunyikan pedihnya. Vena ingin menyerah pada dunia, tapi ia ingat pada janjinya sendiri, janji bahwa ia tak akan membiarkan dunia terus menginjak-injaknya.
"Ven," Ayla menyentuh bahu Vena ketika melihat pelupuk mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Detik kemudian, tangis Vena pecah. Ayla membawa tubuh rapuh Vena ke pelukannya.
"Lo kenapa Ven, kalau lo punya masalah, lo bisa cerita ke gue. Siapa tau gue bisa bantuin lo, lo gak usah sungkan, Ven. Gue sahabat lo, gue bakalan bantuin lo selagi gue bisa." ucap Ayla mencoba menenangkan. Vena masih terisak, seolah tak kuat walau hanya sekedar berucap.
"Kenapa dunia gak pernah adil sama gue, Ay, kenapa?. Kenapa semuanya ninggalin gue, apa gue seburuk itu sampai semuanya gak ada yang bisa bertahan sama gue, hiks hiks." ujar Vena ditengah isakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VenArthery X - (On Going)
Teen FictionIni bukan kisah cinta remaja yang berstatus most wanted di sekolahnya, bukan kisah cinta si badboy dan si goodgirl, ataupun perjodohan dengan seorang Ceo tampan dan kaya raya yang menjadi impian para halu-ers :v Namun ini adalah kisah seorang Arth...