Tak terasa, tiga bulan berlalu begitu saja. Baju putih abu-abu sebentar lagi menjadi sebuah kenangan berharga, mulai dari ujian sekolah hingga ujian nasional berjalan seiring waktu. Hingga kini, para siswa dan siswi putih abu-abu hanya menunggu hasil dari kerja keras mereka selama tiga tahun ini.
"Gak nyangka gue, kita udah mau lulus aja. Perasaan baru kemarin masuk Smp bareng, iya gak, Ther?" Ilham menonjok pelan Artheryx yang tengah memakan baso nya, mereka berada di kantin sekolah sejak pagi, sebenarnya kelas XII sudah bebas ingin ke sekolah atau tidak, namun tiga sejoli itu memilih untuk menghabiskan waktu bersama sebelum sibuk dengan kuliah mereka masing-masing.
"Hm," balas Artheryx singkat lalu kembali menikmati baso nya.
"Gue bingung, antara kuliah dulu atau ngurusin perusahaan papa. Menurut lo berdua, gue bagusnya gimana? Kuliah apa gimana?" ungkap Ilham yang memang dilanda kebimbangang. Ia ingin kuliah untuk menambah titel dibelakang namanya, namun papa nya terus memaksa agar dirinya sedini mungkin bisa mengurus perusahaaan, agar sewaktu-waktu jika papa nya telah dipanggil sang maha kuasa, ia sudah bisa diandalkan untuk menjadi penerus perusahaan. Eh apa-apaan ini, Ilham menggeleng cepat.
"Menurut gue, sih yaa. Lo ngurusin aja perusahaan lo itu, percuma lo kuliah mahal-mahal, jatuhnya juga pasti tetap aja ngurusin perusahaan bokap lo." saran Bagas seraya menyeruput minumannya.
"Gitu yah, kalau menurut lo, Ther?"
"Kalau menurut gue, lo kuliah aja dulu, ambil jurusan bisnis. Sambil kuliah, lo juga bisa ikut bantu-bantu bokap lo di perusahaan. Jadi kesannya lo bisa gapai minimal S1 plus pengalaman kerja juga," jelas Artheryx, Ilham berpikir sejenak.
"Nah, gue setuju sama omongan si Arther." Bagas mengangguk setuju.
"Bukannya lo tadi yang nyuruh gue buat gak usah kuliah, dasar tikus curut!" semprot Ilham pada Bagas.
"Tadi kan lo yang minta pendapat ke gue, yah gue cuma ngeluarin pendapat. Tapi gue emang setuju sama si Arther, hitung-hitung lo bisa kuliah sambil kerja,"
"Iya juga, sih." Ilham mengangguk-angguk, ia sudah mendapat jawaban pas dari masalah yang beberapa hari ini membuatnya susah untuk tidur.
"Ok, makasih yah, Bro. Atas sarannya," Ilham menepuk-nepuk bahu Artheryx, membuat Bagas yang berada di sisi lain merasa tersingkirkan.
"Lo gak mau gitu, ngucapin makasih juga ke gue." ucap Bagas, ada aroma-aroma ke-iri-hatian disana.
"Sirik aja lo!" Bagas berdecak kesal lalu menonyor jidat mulus bin putih milik Ilham.
"Eh, btw gue belum tau lo berdua mau kuliah dimana, siapa tau diantara kalian berdua ada yang langsung mau nikah," ujar Ilham melihat ke arah Bagas lalu beralih ke Artheryx.
"Kalau gue sih disuruh milih sama bapak, kuliah dulu atau nikah dulu. Nah, jelas gue pilih kuliah dulu. Yakali kan, gue milih nikah, mau dikasih makan apa anak orang, batu?" cerocos Bagas sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Enak kali, Gas. Kalau udah punya istri apa-apa ada yang nemenin. Kalau gue jadi lo, sih yaa. Gue milih nikah sambil kuliah, beuhh nikmat mana lagi yang kau dustakan." Ilham mengangkat kedua tangannya kedepan seolah mengekspresikan halu-annya agar lebih terasa gimana gitu, tapi jatuhnya malah kayak orang doa minta hujan.
"Nikmat your head!, gini yah kalau otak gak jauh-jauh dari yang namanya ambigu. Dasar tai tokek rasa stawberry," protes Bahas tak terima.
"Idihh, siapa yang ambigu. Orang gue cuma niruin suara ustadz di tv yang sering di tontongin sama nyokap gue, lo aja pikirannya selalu kemana-mana." sewot Ilham, bisa-bisa nya dirinya disebut ambigu. Ini adalah pencemaran nama baik, bisa saja Ilham melaporkan Bagas ke polisi, hanya saja, ia masih dalam mode baik hati sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VenArthery X - (On Going)
Fiksi RemajaIni bukan kisah cinta remaja yang berstatus most wanted di sekolahnya, bukan kisah cinta si badboy dan si goodgirl, ataupun perjodohan dengan seorang Ceo tampan dan kaya raya yang menjadi impian para halu-ers :v Namun ini adalah kisah seorang Arth...