9 || Kesalahan

82 13 0
                                    

Setelah Artheryx mengantar Kaysha pulang, ia melajukan mobilnya kembali ke rumahnya. Ia tak dapat membawa Kaysha seperti permintaan mamanya, Kaysha butuh istirahat. Terlebih tubuhnya melemah setelah menangis di dada Artheryx. Melihat wajah pucat gadis itu, Artheryx cepat membawanya pulang. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada bidadari cantiknya.

Artheryx melihat ke arah jam tangannya, sudah sangat sore. Ia mempercepat laju mobil, ferrari merah itu nampak begitu mewah membelah jalan. Kilatnya terlihat jelas saat terkena sinar matahari, semua yang melihat hanya berdecak kagum dan menebak-nebak siapa si pemilik mobil mewah itu.

Artheryx menginjak pedal rem begitu kuat ketika seorang wanita renta berada tepat didepannya dengan mobil Artheryx yang masih melaju kencang.

*Brughhhh

Artheryx menelan saliva nya dalam-dalam ketika berhasil menghentikan mobilnya. Namun, ia menabrak. Menabrak wanita renta tadi, bercak darah segar dikaca depan mobilnya terlihat jelas. Keringat Artheryx bercucuran bukan main, nafasnya memburu. Cowok itu memberanikan diri keluar dari mobilnya melihat keadaan sang wanita renta yang menjadi korbannya.

Syukurlah jalan itu sepi, Artheryx menggigit bibir bawahnya. Ia tak tau harus berbuat apa ketika menyaksikan korbannya berlumuran darah. Sebelum ada yang melihat, Artheryx harus membawa pergi wanita renta itu.

Ia mengangkat tubuh berlumuran darah itu lalu memasukkannya ke kursi jok belakang, tak lupa Artheryx membersihkan bekas darah yang menempel di mobilnya, lalu dengan cepat menuju rumah sakit terdekat.

Jantung Artheryx tak dapat ia kontrol sekarang, pikirannya berkecamuk. Ia tak ingin dipenjara, bagaimana jika orang tuanya atau Kaysha tau? Masih banyak harapan yang harus ia penuhi.

***

Vena memberhentikan sepedanya tepat didepan rumah, senyum gadis itu terus terukir. Tak lupa sebungkus martabak telur yang ia tenteng di tangan kirinya, gadis itu melihat ke arah martabaknya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, Vena pulang nek."

"Nenek, Vena bawa martabak nih. Ayo makan," ucap gadis itu lagi, namun nampaknya sepi.

Vena berjalan memeriksa setiap sudut rumah, tak ada orang. Ia memeriksa belakang rumahnya tempat biasa sang nenek memberi makan kambing milik tetangganya yang ia rawat, namun lagi-lagi ia tak menemukan sosok nek Ijah.

"Lohh nenek kemana?" Vena meletakkan martabaknya di atas meja, ia keluar dari rumah dan melangkah kerumah tetangga sebelah. Namanya mba Lina, wanita itu nampak memberi makan burung peliharaannya, Vena mendekat.

"Mba ngeliat nek Ijah?"

"Ohh, tadi katanya mau ke pasar dulu. Saya juga nitip beliin bawang merah tadi," jawab mba Lina yang nampak masih sibuk dengan kakatua nya.

"Ohh, tapi kok nenek belum pulang yah. Padahal udah sore banget. Mba," raut wajah Vena berubah, ia mencemaskan nek Ijah. Neneknya tak pernah pulang sesore ini, perasaan gadis itu tak enak sejak tadi. Ada yang mengganjal di hatinya.

"Iya yah, padahal perginya sekitar jam sepuluh pagi. Lama banget nenekmu itu, coba cariin. Siapa tau lupa jalan pulang, nyasar mungkin. Udah mau malam ini,"

"Iya mba," Vena berlari menuju sepedanya, ia bergegas mencari nek Ijah. Sepedanya melaju kencang seiring dengan rasa khawatir yang semakin mengganjal hatinya.

Gadis itu menyusuri pasar yang sudah nampak sepi, adzan magrib telah berkumandang namun Vena masih belum menemukan neneknya.

"Ya allah, nenek dimana?"

VenArthery X - (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang