BAB 23

4.7K 209 0
                                    

-Josephine's POV

Dengan langkah terburu-buru, aku langsung menghampiri Steph di kediamannya yang jaraknya tidak cukup jauh dari terminal bis yang kuturuni. Setelah menekan bel rumahnya berkali-kali, barulah Emma, adiknya Steph membukakan pintu.

"Jo?? Syukurlah kau sudah sampai. Steph daritadi sudah menunggumu," katanya sambil mempersilahkanku masuk.

Aku mengangguk kemudian mengikuti langkahnya yang memanduku hingga ke kamar Steph. Satu tanganku mengayunkan kenop pintu, dan sedikit demi sedikit mataku langsung terpaku pada wajah Steph yang begitu kontras bekas memar biru keunguan di area tulang pipinya, serta balutan perban di lengan kanannya yang cukup lebar hingga membuat kedua tanganku menutup mulut tak menyangka.

Separah itukah dirinya??

"Steph?! Apa yang mereka lakukan padamu??!!" Aku sedikit berlari menghampirinya. Suaraku begitu histeris dan juga marah secara bersamaan. Mereka benar-benar keterlaluan sudah membuat Steph yang tidak tahu apa-apa terbaring tidak berdaya seperti ini.

Steph langsung menarik tubuhku kepelukannya dan merebahkan wajahnya dibahuku selama beberapa detik. Aku tahu dia sedang mengalami ketakutan yang luar biasa saat ini setelah apa yang telah terjadi menimpa dirinya. Dan semua itu ... karena diriku.

"Aku sedang dalam perjalanan ke halte untuk berangkat kuliah. Tiba-tiba segerombolan orang menghampiriku dan bertanya soal dirimu. Aku tidak tahu jelas wajahnya, karena mereka memakai penutup wajah. Yang kutahu mereka semua memiliki tubuh yang tegap. Aku bilang aku tidak tahu dimana dirimu. Dan mereka mengancam akan membunuhku jika aku tidak memberitahunya. Waktu aku coba menelponmu, nasib buruk sekali karena ponselmu sedang mati. Mereka akhirnya menamparku dan mendorongku hingga tubuhku terpental di jalan," jelas Steph sambil terisak. Melihatnya seperti ini, rasanya aku ingin memaki diriku habis-habisan. Steph tidak pantas menerima ini semua.

"Dan kebetulan sekali Ethan dan juga Jace sedang lewat dan melihatku. Akhirnya mereka menolongku dan mengancam akan melaporkan orang-orang tadi ke polisi," lanjutnya kemudian menghembus napas lega.

"Ethan??" Kedua alisku bertautan tak menyangka.

"Ya. Kalau dia dan Jace tidak ada, mungkin aku sudah mati sekarang."

"A-aku minta maaf, Steph. Aku benar-benar tidak tahu akan terjadi seperti ini. Maafkan aku karena tadi pagi ponselku mati saat sedang dalam perjalanan. Aku benar-benar bersyukur karena mereka tidak sempat membunuhmu. Kalau tidak, aku akan menyesali ini seumur hidupku." Aku memohon, tanpa sadar mataku sudah bercucuran air mata.

Steph lekas-lekas menghapus jejak air mata itu dari wajahku. Bisa-bisanya aku yang lebih cengeng disaat seperti ini. "Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, Jo? Kenapa mereka berusaha mencarimu?? Kita bahkan tidak tahu siapa orang selanjutnya yang akan bernasib sama sepertiku jika tidak mengaku dimana keberadaanmu. Aku benar-benar khawatir padamu."

Aku menangkup wajahku dengan kedua tanganku untuk menghalau beban berat di otakku. Mungkin aku tidak bisa merahasiakan soal ini lagi kepada Steph. Dia berhak tahu yang sebenarnya, dan lihatlah, karena diriku dia jadi celaka seperti ini.

"Aku habis menemui Ayahku di Nashville, dan juga ditemani oleh Finn. Aku kesana karena belakangan ini Ayahku ingin sekali bertemu denganku tetapi dilarang oleh Ibuku. Itu karena-" Aku memejamkan mataku sebentar. Astaga ... mulutku rasanya tidak sanggup mengatakannya.

"Karena apa?" Tanya Steph penasaran.

"Karena Ayahku bekerja untuk seorang mafia. Dan betapa kebetulannya, kalau bos Ayahku itu adalah musuh bebuyutan Finn. Itu sebabnya bos Ayahku itu sedang mengincarku dan berencana untuk mencelakaiku supaya Finn semakin hancur. Sama seperti saat dia kehilangan orang tersayang seperti Ayah dan juga istrinya."

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang