BAB 6

9.2K 356 16
                                    

-Josephine's POV

Dalam hati aku sungguh berteriak kegirangan karena mendapatkan gaun seindah ini. Bukan hanya itu, malam ini aku akan diajak ke pesta peresmian bisnis teman Finn. Sebagai kekasihnya, kutekankan. Yang pasti banyak pengusaha-pengusaha kaya raya yang datang untuk memeriahkan acara tersebut. Fantastis, bukan?

Aku melihat pantulan diriku di cermin persegi panjang yang terpajang di sebelah pintu kamar mandi Finn sembari memutar-mutar badanku dengan riang. Gaun ini terlihat begitu pas ditubuhku. Namun aku merasa tidak nyaman sebab area dua gundukan yang menonjol di dadaku ini terlalu terekspos. Aku belum pernah memakai pakaian seterbuka ini. Entahlah. Sebaiknya kutanyakan Finn saja apakah gaun ini cocok denganku atau tidak.

Dengan bersemangat, aku ingin menunjukkan penampilanku kepada Finn lengkap dengan heels juga perhiasan yang sudah kupasang di telinga, leher, pergelangan tangan dan juga jari manisku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan bersemangat, aku ingin menunjukkan penampilanku kepada Finn lengkap dengan heels juga perhiasan yang sudah kupasang di telinga, leher, pergelangan tangan dan juga jari manisku. Saat aku sampai di depannya, dia seperti tercengang sampai-sampai matanya tidak berkedip untuk beberapa detik karena memandangku. Aku masih belum mengerti arti tatapannya itu. Apa ini bagus atau terlihat aneh baginya?

"Finn, bagaimana penampilanku?" Tanyaku mencoba memecahkan tatapannya yang begitu dalam menyorotiku.

Pria itu mulai menyadari aksinya yang berlebihan atas diriku kemudian menyambung pembicaraan diteleponnya yang sempat terjeda.

"Nanti kusambung lagi," katanya lalu mematikan teleponnya.

Finn berdeham dua kali sebelum beranjak dari kursinya dan mulai berjalan ke arahku. Kali ini tatapannya berbeda dengan yang diawal tadi, yang ini lebih kilat sekadar untuk menilai penampilanku.

"Lumayan," dia berkata dan aku mendengus kesal atas responsnya yang mematahkan semangatku.

Lumayan buruk kah maksudnya?

Aku tidak lagi menjawabnya dan berbalik secepatnya untuk mengganti pakaianku. Mungkin hanya aku yang merasa penampilanku ini cukup menakjubkan sedangkan di mata pria itu, hanya sebatas lumayan. Jawaban yang sangat ambigu.

"Kau mau kemana?" Tanyanya dan kurasakan pergelangan tangan kiriku ditarik olehnya agar aku tetap tinggal.

"Mengganti pakaianku," kataku dengan acuh.

"Aku belum selesai berbicara."

Sudut bibirku terangkat kembali membentuk senyum. Dalam hati aku yakin sekali pasti pria itu hendak mengoreksi kata-katanya tadi yang penuh gengsi untuk memuji penampilanku.

"Apa lagi?" Tanyaku pura-pura tak bergairah untuk mendengarnya.

Aku membalikkan tubuhku untuk menghadapnya kembali dan memasang kedua telingaku baik-baik untuk mendengar pernyataannya.

"Tentang perjanjian kita."

Sial! Ekspektasiku hancur total! Dia bukan ingin memujiku melainkan hendak menyinggung soal perjanjian kami.

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang