Christian Anderson beserta Roberts Anderson, kini sudah lebih dulu hadir dan tengah berbicara serius dengan pengacara mereka. Kini aku dan Nate telah duduk di kursi penonton, sembari menanti sidang dimulai. Sementara Ralph masih sibuk dengan urusan meneleponnya.
Sejak tadi kulihat Ralph memang tampak serius berbicara lewat telepon. Dia bahkan tidak menghiraukan pengacara kami yang sejak tadi memanggilinya.
"Damn it!" Umpatnya pelan usai menelepon.
"Rebecca lagi?" Seolah mengerti dengan ekspresinya, aku hanya bisa tertawa melihatnya. Tentu saja, hanya wanita itu yang bisa membuatnya murung seperti ini.
"Bisa-bisanya dia memutuskanku disaat menegangkan seperti ini!" Ralph memijat-mijat keningnya frustasi.
Aku menyipitkan mataku. "Memang, sejak kapan kau memutuskan untuk serius dengannya?"
"Kalau kujelaskan padamu juga kau pasti tidak mengerti! Hatimu kan terbuat dari batu!" Sarkasnya yang membuatku kembali terkikik di atas penderitaannya.
"Ayolah, aku serius. Bagaimana bisa aku percaya sementara kau masih sering membawa wanita berbeda disetiap harinya ke penthouse-mu!" Cicitku blak-blakan.
"Baiklah ... kalau kau memaksa. Akan kuceritakan setelah ini." Ralph akhirnya mengalah.
Aku tersenyum sembari menepuk-nepuk pundaknya. "Sudahlah, kendalikan dirimu. Matamu mulai berkaca. Kau terlihat mengerikan seperti itu!"
"Benarkah?" Tanyanya sambil meraba sudut matanya untuk menyekanya. "Aku baru tahu kalau mataku masih memproduksi air mata. Ini berkat Rebecca," tambahnya malah mengapresiasi wanita itu.
"Ya, dia sangat berjasa sudah merubah manusia robot bisa menangis." Aku mengangguk-anggukkan kepalaku setuju.
Tak lama kemudian sidang pun dimulai. Seorang perwakilan pengacara keluarga Anderson berdiri dan menyerahkan map kepada hakim. Kemudian ia membacakan isi dari map tersebut dengan keras di hadapan semua orang.
"Aku selaku perwakilan Roberts Anderson dan Christian Anderson dengan ini menyatakan, terkait kasus pembunuhan berencana yang dilakukan terhadap Jefferey Dorton dan kasus pembunuhan sadis terhadap istri dari Roberts Anderson yang juga Ibu dari Christian Anderson, sepenuhnya kami menyerahkan kasus ini untuk dijatuhkan hukuman sesuai dengan pasal yang berlaku. Dengan ini, pihak Anderson juga berharap para juri dapat mempertimbangkan hukum pidana yang akan dijatuhkan."
"What?!" Ralph menganga tak percaya.
"Mereka menyerah begitu saja?" Tanyanya lagi masih tidak menyangka.
"Aku tidak habis pikir mengapa mereka malah tidak melakukan banding," komentar Nate tak kalah heran.
"Tidak ada lagi alasan yang dapat mengubah kesaksian yang sudah kita berikan. Mengalah adalah jalan yang terbaik dari segala jalan," balasku kemudian tersenyum lega. Sejujurnya akupun tidak pernah mengira kalau Chris dan Roberts akan menyerah begitu saja. Tapi dibalik kekalahan mereka yang tanpa perlawanan ini, ada baiknya untuk tetap selalu waspada.
"That's ridiculous. Ini benar-benar seperti bukan mereka. Keputusan yang sangat menyedihkan," tambah Ralph miris.
"Baguslah. Setidaknya kita bisa tidur nyenyak mulai malam ini," gurauku yang ternyata mengundang tawa mereka.
"Sebelum tidur nyenyak, ada baiknya kita merayakan kemanangan ini dulu," sahut Nate menyeringai.
"Tentu saja. Kebetulan teman kita memang sedang membutuhkannya, bukan?" Ucapku bermaksud menggoda Ralph yang dibalas dengan senyuman liciknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Darling
RomanceJosephine Clarke, seorang mahasiswi tingkat dua yang merangkap sebagai kakak juga ibu bagi adiknya yaitu Bily Clarke. Kehidupannya tidak berjalan mulus saat keputusannya meninggalkan Nashville untuk melanjutkan pendidikannya di New York University...