Morning sickness, sekarang menjelma menjadi bagian dari rutinitasku belakangan ini. Meski demikian, sebaik mungkin aku menyembunyikan perubahan diriku saat di depan ibuku agar tidak menimbulkan kecurigaan padanya. Hari ini aku bahkan berencana untuk memeriksakan kandunganku di rumah sakit untuk pertama kalinya. Meski aku sedih karena Finn berada di luar kota sejak kemarin, akan tetapi aku tetap bersyukur karena dengan demikian, aku bisa dengan leluasa ke rumah sakit tanpa harus bersembunyi darinya. Berbicara soal Jack, pastinya aku masih menyimpan banyak akal untuk mengelabuinya.
Setelah kiranya hampir dua puluh menit aku bertatap muka dengan Finn lewat video call, barulah aku bersiap-siap untuk mandi. Aku mengamati perutku yang rata di kaca wastafel. Aku masih belum bisa membayangkan bagaimana nantinya perutku ini membesar seiring berjalannya waktu. Entah mengapa sekarang aku merasa tidak sabar menanti kehadirannya. Akankah matanya berwarna hijau seperti mataku dan Finn? Apakah rambutnya berwarna cokelat terang seperti milikku? Atau mungkin, berwarna cokelat gelap seperti Finn? Ah, membayangkannya saja sudah membuatku bahagia luar biasa.
Kali ini pilihanku jatuh pada blouse longgar berlengan panjang untuk kukenakan sebagai atasan dari rok pendek berbahan katun milikku. Aku mencoba mengenakan pakaian senyaman mungkin agar perutku tidak terlalu tertekan apalagi hingga membuatku sesak. Tak lupa pula, aku memoleskan lipbalm di bibirku agar wajahku tidak tampak terlalu pucat.
Setelah kupastikan semuanya siap, aku langsung menghampiri Jack yang telah menungguku di bawah.
••••
"Apa kau akan terus menungguku disini, Jack?" Tanyaku berharap jawabannya adalah tidak. Tapi, tentu saja itu mustahil.
"Ya, aku akan menunggumu disini, Nona."
"Ya sudah. Tapi jangan salahkan aku kalau kau akan menunggu sangat lama. Tentu saja banyak pasien yang-"
"Aku akan menunggu Anda walau selama apapun, Nona," katanya memotong ucapanku dengan tersenyum lebar.
"Ya ... ya ... ya terserahmu saja kalau kau masiha bersikeras. Oh, ya. Jangan beritahu Finn kalau aku ke rumah sakit. Kau tahu dia sedang di luar kota, bukan? Aku tidak ingin membuatnya cemas hanya karena tahu aku sedang sakit. Kau mengerti?" Ucapku sedikit beralasan lantas merangkak turun dari mobil.
Baru saja kakiku hendak melewati pintu masuk rumah sakit, tiba-tiba saja ponselku bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Finn.
"Jack sialan!!!" Pekikku mengepalkan tanganku. Bahkan aku masih melihat jelas wajahnya yang kini tersenyum lebar ke arahku meski dalam jarak sejauh ini.
Mencoba menenangkan diriku beberapa detik, akhirnya aku memutuskan mengangkat telepon tadi.
"Josephine, apa penyakitmu sebegitu parahnya hingga kau harus ke rumah sakit? Kemarin kau bilang padaku kalau kau hanya tidak enak badan dan butuh istirahat lebih. Tadi juga kau tidak bilang padaku kalau kau ingin pergi ke rumah sakit," cetusnya panjang lebar sebelum aku sempat menyapanya.
"Finn ... tenanglah. A-aku memang benar-benar sudah merasa agak baikan sekarang. Dan aku kesini hanya ingin memeriksakan ... um ... memeriksa ..." mataku berusaha mengitari sekeliling ruangan untuk kujadikan objek sebagai jawaban.
"Memeriksa apa?"
"Darah! Ya, aku rasa tubuhku sering merasa lemas karena mungkin aku terkena darah rendah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Darling
RomanceJosephine Clarke, seorang mahasiswi tingkat dua yang merangkap sebagai kakak juga ibu bagi adiknya yaitu Bily Clarke. Kehidupannya tidak berjalan mulus saat keputusannya meninggalkan Nashville untuk melanjutkan pendidikannya di New York University...