BAB 29

4K 179 8
                                    

Merebahkan tubuhku di atas sofa, akupun kembali meraih ponselku untuk mengecek notifikasi yang masuk disana. Ada beberapa pesan masuk dari Steph dan juga ibuku, tetapi bukan dari Finn yang justru sejak tadi kutunggu-tunggu. Lekas-lekas aku mengunci layarnya dan meletakkan ponselnya di atas perutku.

Lamunanku pecah seketika saat kudengar bunyi notifikasi yang baru saja masuk di ponselku. Mataku dengan jeli menatap layar saat kulihat Finn telah membalas pesanku.

Finneas
Sebentar lagi aku akan pulang. Ada beberapa pekerjaan yang terpaksa ditunda sampai besok. Tunggu aku, okay?

Senyumku langsung mengembang saat tahu Finn akan pulang lebih awal malam ini. Jujur, aku sangat merindukannya meskipun kami selalu bertemu setiap harinya. Perasaanku kadang teramat berlebihan jika menyangkut dirinya.

Josephine
Baiklah, hati-hati dijalan. Aku mencintaimu!

Kini aku sudah bangkit dari posisiku semula, dengan serta merta meraih kantung belanjaan yang tadi kuletakkan di atas meja makan. Sebelum ke apartemen, tadi aku menyempatkan diri untuk singgah ke minimarket membeli mie instan untuk mengganjal perutku malam ini.

Disaat aku sedang merebus mie-ku, kudengar seseorang telah mengetuk pintuku dari luar. Keningku berkerut cepat, apakah Finn sudah sampai secepat ini?? Ya, mungkin saja. Sebab ia memang orang yang susah ditebak.

Aku memutuskan untuk mematikan komporku sejenak sementara aku membukakan pintu. Saat berhasil membuka kuncinya, tiba-tiba saja pintuku langsung didorong hingga tubuhku terpental menabrak dinding di balik pintu.

Tubuhku langsung bergetar saat kulihat dua orang pria bertubuh tegap dengan balutan topeng di wajahnya kini mengarah padaku. Secepat mungkin aku mencoba lari untuk menghindari mereka yang bisa saja membunuhku saat ini juga. Dua lawan satu bukanlah ide yang bagus untuk mencoba melawan mereka. Dan kini mereka berdua berhasil mengepung jalanku hingga aku mati kutu, tak tahu harus meloloskan diriku ke arah mana lagi. Mereka bersama-sama bergerak menangkap tubuhku kemudian mencengkram erat kedua tanganku hingga tubuhku menabrak sofa saat aku mencoba menepis tangan kekar pria itu dari sisi pergelangan tanganku. Sementara pria yang satunya lagi menumpukan sebelah kakinya untuk menahan kedua kakiku sambil menarik daguku agar wajahku tegak lurus menatapnya.

"Beritahu kami dimana Jean berada!" Titahnya dan aku mengernyit.

Mereka mencari tahu keberadaan Ibuku? Memangnya apa lagi yang terjadi menimpa dirinya?

Aku mencoba menggelengkan kepalaku meski sulit rasanya saat ini kepalaku untuk bergerak.

"AKU TIDAK TAHU!" Teriakku.

"Baiklah jika kau bersikeras untuk menyembunyikan keberadaan Ibumu. Kau harus dengar, Ibumu telah membawa kabur uang Nyonya Baldwin sebanyak 10.000 dollar tepat disaat ia berhenti dari pekerjaannya. Bagaimanapun juga, dia harus mengembalikan uang itu dua kali lipat atau nyawanya yang akan menjadi taruhannya sekarang!" Ancamnya membuatku bergidik ngeri.

Aku memaksa diriku tertawa dalam situasi mendebarkan seperti ini. Hingga membuat mereka semakin menguatkan cengkramannya padaku.

"Terus apa hubungannya denganku? Jika kalian ingin membunuhnya, ya bunuh saja dia! Tidak perlu sampai menyakitiku dengan tangan kotor kalian!" Bentakku tajam. Walau pada akhirnya aku menyesali ucapanku yang terdengar seperti menyerahkan nyawa ibuku dengan sukarela seolah aku sangat tidak peduli padanya.

"Karena dia lari ke kota ini dan kemungkinan besar dia tinggal bersamamu! Kalau kau tidak juga mengaku, terpaksa kami akan membawamu pergi dan menggantikan posisi Ibumu dengan dirimu. Nyonya Baldwin pasti sangat senang melihatmu," balasnya sengit dan jujur itu membuatku takut.

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang