-Finneas's POV
Sudah empat hari aku menemani Jo di rumah sakit dan kondisinya semakin hari kian membaik. Apalagi dengan kehadiran Will, Bily, Steph dan juga Natalie di setiap harinya membuatnya tampak lebih bersemangat dan tidak lagi murung. Sejak kami menghadiri pemakaman ayahnya dua hari lalu, aku berusaha untuk terus menemaninya dan mengajaknya berbicara agar ia tidak terus-terusan larut dalam kesedihan. Bahkan aku sampai mengabaikan pekerjaanku beberapa hari ini hingga Stella dan Ralph harus kewalahan bersama-sama demi mengurus pekerjaan yang sebelumnya telah kudelegasikan pada mereka.
"Apa setelah pulang nanti kau akan menikah dengan Daddy-ku, Jo?"
Pertanyaan Will, spontan membuatku memelototinya lalu tertawa kaku sambil mengacak rambutnya. Entah apa yang lewat di pikirannya sehingga ia mempertanyakan soal itu disaat saat seperti ini pada Jo.
"Mengapa tiba-tiba kau bertanya begitu?" Bukan Jo yang menjawab, melainkan aku yang balik bertanya sambil menatap Jo yang kini menatapku canggung.
"Karena jika Jo sudah tinggal bersama kita, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya. Aku akan ikut membantumu menjaganya dan melindunginya sebaik mungkin," jawabnya penuh semangat.
Mendengarnya, otomatis membuat senyum di bibir Jo merekah. Seolah Will kali ini benar-benar memberi restu yang begitu besar atas hubungan kami berdua. Padahal sebelumnya ia begitu membenci Jo sejak awal pertemuan mereka.
"Tuan ... Anda benar-benar membuatku terharu," ucapnya lalu menggenggam tangan Will.
"Baiklah ... kalau begitu kita berdua bekerjasama akan menjaga dan melindunginya sebaik mungkin. Jangan sampai ada seorangpun yang berani menyentuh Jo apalagi menyakitinya," balasku tak kalah antusias. Aku mengepalkan tanganku membentuk tinju ke depan Will yang dibalas dengan tinjuannya sebagai tanda janji kami sebagai lelaki.
"Kalau begitu segeralah menikah dengannya," ujarnya kembali dengan tampang memohon padaku.
Aku menghela napas panjang kemudian menangkup wajah Will dengan kedua tanganku mencoba meyakinkannya. "Aku pasti akan menikahinya. Kau tidak perlu khawatir, son."
Will tersenyum cerah lalu berdecak kegirangan seperti habis memenangkan lotre. "Aku harap Jo akan memberikanku adik lagi nanti." Ucapannya yang begitu polos tak sengaja membuat senyum Jo perlahan memudar.
Aku berdeham dua kali lalu menutup mulut Will segera dengan sebelah tanganku. "Son, kau tidak boleh—"
"Tidak apa, Finn," potong wanita itu kini kembali tersenyum. Dia pun kembali meyakinkanku dengan menganggukan kepalanya.
"Maafkan aku, ya? Karena sudah tidak menjaga calon adikmu dengan baik." Dia berkata dengan wajahnya yang sendu. Melihatnya demikian, membuat hatiku ikut sakit mengingat apa yang telah terjadi menimpa dirinya.
Will lekas-lekas menggeleng, sebelah tangannya bergerak mengelus pipi wanita itu pelan. "Kau tidak perlu minta maaf. Melihatmu baik-baik saja sudah cukup membuatku senang. Jadi kau tidak boleh sedih lagi."
Jo mengulurkan tangannya memegang dagu Will sambil menatapnya dengan senyum terharu. "Sejak kapan seorang Will mengkhawatirkanku??"
"Tentu saja sejak kau menghilang. Kau membuat Daddy sangat panik sampai-sampai ia melupakan makannya," protes Will lalu mengerucutkan bibirnya.
"Benarkah begitu?" Dia kembali bertanya namun pandangannya mengarah padaku seolah berharap aku yang akan menjawabnya.
"Buktinya aku baik-baik saja, kan?" Jawabku sambil mengangkat kedua tanganku.
"Maafkan aku." Mata wanita itu tampak berkaca-kaca hingga ia harus mengalihkan pandangannya dariku.
"Berhenti meminta maaf. Yang terpenting sekarang kau sudah bersama kami dan kami berjanji akan selalu ada untukmu. 24 jam kapanpun kau membutuhkan kami. Bagaimana, son?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Darling
RomanceJosephine Clarke, seorang mahasiswi tingkat dua yang merangkap sebagai kakak juga ibu bagi adiknya yaitu Bily Clarke. Kehidupannya tidak berjalan mulus saat keputusannya meninggalkan Nashville untuk melanjutkan pendidikannya di New York University...