BAB 25

5.3K 215 0
                                    

(Attention : Bab ini sangat rinci secara seksual, jadi jika kalian tidak suka hal semacam itu, aku sarankan kalian melewati bab ini, ini adalah satu satunya peringatan yang paling aku tekankan untuk keseluruhan cerita, jadi kalian tau untuk adegan seks akan lebih rinci dan deskriptif. Thanks).

••••

Jo menyipitkan kedua matanya heran, sebelum kemudian dia tertawa panjang seolah yang kusampaikan barusan adalah sebuah lelucon. "Aku? Maksudmu, tidur denganmu? Kau benar-benar tidak waras!"

Tak memedulikan ucapannya yang semakin menjengkelkan itu, akhirnya aku menggotong tubuhnya ala bridal style meskipun respons tubuhnya meronta-ronta dalam dekapanku. Sebelumnya aku memang sudah melakukan reservasi kamar di hotel ini, tepat disebelah kamar yang dipesan oleh Louis dengan maksud ingin mematai mereka secara diam-diam. Namun apa daya, amarahku tadi tengah memuncak hebat hingga aku harus muncul terang-terangan dan berteriak seperti orang gila di depan pintu kamar mereka.

Saat tiba di kamar, raut wajah Jo berubah drastis menjadi murung. Guratan merah di matanya semakin terlihat jelas, pertanda sebentar lagi dia akan menangis. Kemungkinan besar penyebabnya karena tadi aku telah memperlakukannya sedikit kasar. Kini dia merebahkan pelan tubuhnya di atas kasur, meringkuk menghadap jendela dengan posisi membelakangiku.

"Hei ... baiklah, aku minta maaf. Maaf aku sudah curiga berlebihan padamu. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," ungkapku tidak enak hati. Sesungguhnya aku memang diliputi rasa bersalah terlepas apa yang telah kulakukan padanya malam ini.

"Apa kau merasakan ketakutan seperti yang kurasakan sekarang, Finn?" Suaranya masih pelan. Dia membalikkan tubuhnya untuk menatapku. Bola matanya semakin gelap, dari tatapannya dapat kusimpulkan kalau dia sedang terluka.

Baru saja aku ingin menanyakan apa maksudnya, wanita itu justru lebih dulu melanjutkan perkataannya.

"Aku tahu jawabannya pasti tidak. Kau tidak benar-benar takut kehilanganku. Kau hanya ... perlu aku untuk menyelesaikan rencanamu, bukan???" Dia tertawa miris dan aku tercengang melihatnya yang mudah berganti suasana hati seperti ini. Kurasa dia benar-benar mabuk sekali.

Aku berjalan mendekatinya, duduk di pinggiran kasur sementara dia tetap pada posisi berbaringnya. Sejujurnya aku bisa menangkap apa maksud dibalik ucapannya, namun aku tidak ingin terlalu yakin kalau itu memang benar-benar yang dia inginkan.

"Kau sangat mabuk. Istirahatlah," titahku kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Dan wanita itu malah bangkit untuk kembali duduk. Waktu terasa berhenti bergerak, saat tiba-tiba dia memeluk tubuhku dari belakang dan menyandarkan wajahnya cukup lama di punggungku. Aku segera berbalik untuk menghadapnya saat kurasakan kemejaku agak basah yang kemungkinan besar itu karena air matanya.

"Kenapa kau menangis? Apa aku menyakitimu lagi?" Tanyaku khawatir.

Dia mengangguk lemas. "Kau ... selalu menyakitiku, Finn. Kau bahkan membuatku terluka saat menyuruhku berselingkuh dengan Louis. Apa kau tidak pernah sadar kalau sebenarnya aku ... mencintaimu??? Setelah apa yang terjadi menimpa keluargaku, dan kau malah ikut mengambil andil untuk menyakitiku juga??? Sekarang aku semakin yakin kalau kau adalah pria yang tidak punya hati!" Tandasnya dengan tajam padaku sebelum akhirnya wanita itu menjatuhkan tubuhnya dan tertidur.

Aku membeku cukup lama diposisiku sambil memandanginya. Kata-kata yang spontanitas keluar dari mulutnya benar-benar membakar habis egoku selama ini. Sebenarnya aku menyadari apa yang sudah terjadi antara kami berdua, akan tetapi aku tidak yakin bahwasannya aku telah berhasil melewati fase dimana aku membuka hati untuk wanita selain Evelyn di hidupku. Ini cukup rumit dan membingungkanku. Lagi-lagi entah perasaan macam apa yang menyelimuti hatiku saat ini, rasanya aku lega sekali saat dia berani mengungkapkan soal itu padaku meski dalam keadaan setengah sadar.

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang