BAB 41

4.6K 191 9
                                    

-Josephine's POV

Aku berusaha melewati lorong rumah sakit ini dengan bantuan kursi roda untuk mencari keberadaan Finn. Perasaanku cemas tak keruan sebab pria itu justru menghilang tepat disaat aku mulai sadarkan diri. Kendati demikian, aku tetap berusaha untuk menyusulnya—menyelesaikan semua kesalahpahaman yang telah terjadi diantara aku dan dirinya. Dan aku begitu lega hingga refleks meneteskan air mataku saat kulihat Finn yang sedang berlari dengan raut panik ke arahku.

"Finn??? Syukurlah aku menemukanmu. Aku khawatir karena kau pergi meninggalkanku sendiri di tempat ini," tuturku sambil tersenyum bahagia.

"Ya. Aku kembali lagi karena kita memang harus bicara sekarang. Seharusnya aku menjelaskan padamu sejak awal," ucapnya tampak ragu.

Keningku berkerut cepat. "Soal apa??"

"Soal—"

Namun, kebahagiaanku hanya berlangsung kurang dari sepuluh detik saat kulihat sosok wanita yang berjalan di balik tubuh Finn dan langsung menggandeng lengan pria itu seperti tanpa beban. Siapa lagi kalau bukan Ronnie Si wanita tidak tahu diri.

"Kau?!" Emosiku langsung memuncak bahkan sebelum mendengarkan sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

"Ronnie sudah kukatakan padamu agar menungguku di mobil saja," tegas pria itu padanya.

Dan respons yang kusaksikan dari wanita itu justru malah menggenggam jemari Finn seolah mengisyaratkan agar pria itu agar tetap tenang.

"Finn, kenapa dia ada disini??" Aku bertanya dengan heran. Alisku yang bertautan menatap manik hijau pria itu dengan penuh selidik.

"Aku benci menyembunyikan semua ini terlalu lama. Baiklah, sekarang dengarkan aku baik-baik. Aku dan Finn akan melangsungkan pernikahan minggu depan. Setelah ini kuharap kau tidak akan lagi pernah muncul dihadapan calon suamiku. Kau mengerti?!" Katanya dengan keras memperingatiku. Ucapannya tersebut bagaikan sebuah benda tajam yang tiba-tiba menyerang dadaku hingga kurasakan sakit dan terkejut secara bersamaan.

"Menikah?" Aku masih mencoba mencerna perkataanya yang menurutku begitu mustahil untuk saat ini.

"Finn ... apa maksud wanita ini??" Aku kembali bertanya dengan kebingungan.

Pria itu menghindari kontak mata denganku, memijat-mijat pangkal hidungnya seakan ia berpikir begitu berat untuk menjawab pertanyaanku.

"Jawab aku, Finn. Setidaknya katakan pada wanita ini kalau semua itu tidaklah benar!" Desakku tidak tahan lagi.

"Apa kau tidak punya telinga? Apa perlu aku mengulangi kembali kata-kataku??" Wanita itu berjalan mendekatiku dan menatapku intens. "Kau sudah merebut Finn dariku. Kehadiranmu sejak awal sudah menghancurkan kebahagiaanku, impianku, bahkan reputasiku! Kurasa ini karma yang pas atas semua perbuatanmu," tegasnya dengan sangat menohok dan aku sekarang menangis bagikan orang bodoh di depan mereka berdua.

Kedua tanganku bergerak untuk segera menyeka air mataku. Aku menggeleng, memastikan diriku sendiri bahwasannya wanita itu hanyalah mempermainkanku dengan memancing emosiku disaat kondisiku yang masih lemah.

"Tidak!! Berhenti mengucapkan omong kosong!! Kau benar-benar sudah gila!! Finn ... katakan padanya kalau kau hanya bersandiwara padanya. Pertunangan kalian kemarin tidaklah ada artinya! Seharusnya dia mengerti kalau kau hanya ingin menjebaknya," tuntutku pada pria itu agar ia segera menyadarkan Ronnie bahwasannya wanita itu hanya sedang berhalusinasi.

"Ronnie benar," katanya tepat disaat aku selesai bicara.

"Apa???"

"Semua yang dikatakannya memanglah benar."

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang