-Finneas's POV
Aku dan Nate langsung melesat menuju sel tahanan untuk menemui Chris terlebih dahulu. Setelah mendengar informasi dari ibunya Jo bahwasannya wanita itu menghilang saat sedang pergi ke supermarket pagi tadi, aku langsung meminta bantuan Ralph untuk melacak keberadaannya secepat mungkin. Entah bagaimana caranya hanya dengan selang satu jam setelah aku menghubunginya, Ralph langsung memberikan kabar bahwasannya ayah Jo juga dikabarkan menghilang dari rumahnya dan kemungkinan besar diculik oleh anggota Chris. Perasaanku berkecamuk, entah mengapa aku begitu yakin kalau mereka adalah orang yang sama yang telah menculik Jo tepat di hari yang sama saat mereka menculik ayahnya. Yang pasti, aku harus menemui Chris untuk mencari tahu soal semua ini.
Kini aku kembali bertatap muka dengan pria yang sesungguhnya aku sudah tidak sudi menatapnya lagi meskipun dipisahkan oleh pembatas kaca. Melihatnya tersenyum lebar menyambut kedatanganku, membuat tanganku mengepal hebat sebelum akhirnya aku meraih telepon genggam yang ada di sisi kananku.
"Finneas Dorton... suatu hal langka melihatmu datang menjengukku," ucapnya lebih dulu masih dengan senyum yang tersungging lebar di bibirnya.
"Tidak perlu berbasa-basi padaku. Apalagi yang kau rencanakan sekarang?!" Tanyaku to the point.
"Oh, ayolah. Jangan terlalu panik. Apa kau tidak ingin tahu bagaimana keadaanku disini?" Balasnya yang tak lama kemudian disusul oleh tawanya.
"Brengsek!! Katakan padaku apa yang kau rencanakan sekarang!! Aku tidak akan membuatmu hidup tenang di dunia ini jika kekasihku sempat terluka sedikitpun!"
"Oh, baiklah jika kau ingin berbicara serius." Dia berdeham lalu memasang wajah serius. "Apa menurutmu, aku akan pasrah menghabiskan waktu berhargaku di penjara tanpa ada perlawanan sedikitpun?? Kau salah besar! Aku justru akan membuatmu menyesal karena telah menghancurkan hidupku! Apa dengan melenyapkan wanita itu akan cukup menghancurkan hidupmu??" Bisiknya di ujung kalimat dengan nada sengit.
"Kau benar-benar bajingan!! Katakan dimana kau menculiknya!!"
Pria itu malah semakin tertawa melihat amarahku yang semakin meledak tiap kali mendengarnya berbicara. Tentu saja itu membuatku kesal bukan main dan ingin sekali memukul wajahnya dengan kedua tanganku detik ini.
"Tempat dimana Ayahku membunuh Ibunya. Tetapi ... prediksiku sepertinya kau akan terlambat untuk melihat kekasihmu untuk yang terakhir kalinya. Jadi, semoga Tuhan masih menberkatimu."
"GO TO THE HELL, FUCKIN' CHRISTIAN!" Teriakku tanpa peduli lagi polisi disebelahku yang kini tengah melirikku dengan tajam.
"AKU SUDAH BERADA DI NERAKA, FINNEAS!"
Dengan buru-buru aku langsung meletakkan kembali teleponnya lantas berlari untuk segera keluar dari tempat ini menuju tempat yang pria itu sebutkan. Semoga saja aku masih memiliki waktu untuk menyelamatkan Jo. Sebab ini adalah tanggung jawab terbesarku untuk menyelamatkan wanita yang kucintai dan juga anakku yang ada di dalam kandungannya. Ya Tuhan ... semoga saja masih ada waktu.
Sesampainya di lokasi kejadian, aku, Nate, Ralph dan semua pengawalku terpaksa harus berjalan kaki menuju gudang yang jaraknya sekitar seratus meter dari mobil yang kami parkirkan. Tanpa berlama-lama lagi, kami pun berlari ke arah gedung itu dan tentunya dengan masing-masing senjata yang kami punya.
"Lewat sini," perintah Ralph dan aku berjalan mengikutinya menuju ke pintu belakang yang tampaknya hanya dijaga oleh dua orang pengawal mereka.
Bukannya bersembunyi, aku dan Ralph justru muncul secara terang-terangan di depan mereka dengan tangan hampa, tanpa berniat memperlihatkan senjata yang kami punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Darling
RomanceJosephine Clarke, seorang mahasiswi tingkat dua yang merangkap sebagai kakak juga ibu bagi adiknya yaitu Bily Clarke. Kehidupannya tidak berjalan mulus saat keputusannya meninggalkan Nashville untuk melanjutkan pendidikannya di New York University...