BAB 35

3.9K 168 2
                                    

-Finneas's POV

Aku berlari dengan pontang-panting dari ruanganku menuju ke halaman luar restoran untuk menemui Ralph yang sedang mendiskusikan beberapa hal kepada para pengawal acara disana. Tentu saja kehadiranku yang terlihat tergesa-gesa membuatnya mengerutkan dahi sambil menatapku heran.

"Yang terpenting jangan sampai ada penyusup yang masuk ke acara ini. Segera hubungi aku jika kalian melihat sesuatu yang mencurigakan!" Ujar Ralph kepada mereka sebelum akhirnya ia beranjak dari tempatnya untuk menemuiku.

"Ada apa? Kenapa kau seperti sedang dikejar hantu??" Tanyanya curiga.

"Sudah kukatakan ini adalah ide buruk! Josephine dan Jack sedang dalam perjalanan kemari!" Aku memberitahunya dengan frustasi. Sejak awal aku juga sudah mengira bahwasannya ide yang dicetuskan oleh Ralph ini memanglah sedikit gila. Tapi apa boleh buat, kalau dipikir-pikir sisi baiknya akan sangat amat menguntungkanku juga nantinya.

"Tenang ... tenang. Kau jangan panik dulu. Akan kusuruh Jack untuk memperlama perjalanan," ucapnya lantas mencoba menghubungi Jack lewat ponselnya.

"Sudah kukatakan padanya untuk mengulur waktu sekiranya empat puluh menit sampai kita sudah berada di puncak acara," katanya lagi setelah selesai mematikan sambungan teleponnya.

Meski demikian, sebagian dari diriku masih merasakan keraguan atas apa yang akan terjadi nantinya. Melihat keadaan yang mulai sedikit berantakan seperti ini telah membuatku putus asa. "Kau yakin ini akan berhasil?"

"Aku tidak bisa menjanjikan. Tetapi kita harus berusaha sebaik mungkin agar acara ini dapat berjalan dengan lancar," katanya menepuk pelan pundakku.

Semoga saja ...

"Terima kasih, Ralph. Kalau begitu, aku masuk dulu."

Aku kembali masuk ke restoran dan duduk di barisan keluargaku. Tampaknya sudah hampir sembilan puluh persen tamu yang kuundang telah hadir dalam acara ini. Belum lama aku duduk, kulihat Ronnie dari kejauhan kini telah datang dengan didampingi oleh ibu dan juga pamannya. Dia bahkan tidak membawa banyak pendamping di acara pertunangannya sendiri. Kini ia berjalan menghampiriku setelah menyapa seluruh keluargaku yang turut hadir di acara ini.

Tanpa ingin berlama-lama, aku langsung menggamit jemari wanita itu untuk mengajaknya naik ke atas panggung. Mengingat dentang jarum jam yang terus beputar, ada baiknya aku mempersingkat waktu agar acara malam ini segera menuju intinya. Senyum yang ia tampilkan padaku begitu sumringah, tampaknya ia begitu menantikan pertunangan ini setelah sekian lama. Melihatnya demikian, aku justru semakin gugup untuk segera melangsungkan acara pertunangan ini.

Ini bukan pertama kalinya aku berbicara menghadap ratusan tamu yang tengah fokus menatapku di atas sini. Tapi entah mengapa untuk yang kali ini perasaan gugup dengan mudahnya menjalar ke seluruh bagian diriku. Saat pandanganku tertoleh ke arah barisan keluargaku, tampak wajah ibuku yang memberikanku semangat dari bawah sana sehingga kini kepalaku dapat dengan lancar merangkai kata-kata untuk kusampaikan di depan semua orang penting disini.

"Untuk semua tamu undangan yang telah hadir, aku ucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya karena telah meluangkan waktunya," tuturku memberikan sambutan hangat kepada mereka semua.

"Malam ini, aku begitu bahagia karena akhirnya kami berdua bisa berada di atas sini untuk melangsungkan acara yang pastinya sudah di nanti-nantikan sejak tadi." Aku menoleh untuk menatap wanita itu-manik birunya semakin berbinar.

"Mungkin sebelumnya aku ingin berbagi cerita sedikit seputar kisah percintaanku. Kalian pasti tahu, aku telah kehilangan istriku tiga tahun yang lalu, dan itu sungguh membuatku hancur hingga kehilangan arah. Itu adalah masa-masa tersulitku. Kehilangan harapan serta semangat membuatku kian terpuruk setiap harinya. Sampai aku bertemu dengan seorang wanita yang begitu ambisius menjalani hidup meskipun ada banyak rintangan yang mengelilinginya. Kehadirannya membuat hatiku yang beku sedikit demi sedikit bisa mencair hingga akhirnya aku bisa menerima seseorang untuk masuk lebih jauh ke dalam hidupku. Setiap yang ia lakukan membuatku dengan mudahnya untuk tersenyum. Sekalipun ia sedang berteriak kesal padaku." Tanpa sadar aku kini tertawa kecil saat mengingatnya.

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang