Tadi malam aku telah berdiskusi dengan adikku soal pekerjaanku sebagai pengasuh anak. Awalnya dia tidak terima aku mengambil pekerjaan ini karena baginya itu terlalu merepotkan. Karena mulai hari ini aku baru boleh pulang kalau anak asuhku itu sudah tidur. Bisa dipastikan untuk anak seumur dirinya akan tidur di pukul sembilan atau sepuluh malam. Pasti akan melelahkan sekali.
Di hari pertama aku bekerja, aku memang terlihat sangat siap meskipun aku tidak tahu anak seperti apa yang akan kuhadapi. Melangkah masuk ke rumah mewah ini, kehadiranku langsung disambut hangat oleh pelayan yang berbeda dengan yang menyambutku kemarin. Ya, tampaknya di rumah ini ada banyak mengoleksi pelayan yang tidak bisa kuhitung jelas jumlahnya.
"Nona Jo, mari saya antar ke ruangan Tuan Will," kata pelayan itu setelah mempersilahkanku masuk.
Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum padanya. "Panggil aku Jo saja. Kita sama-sama bekerja di rumah ini, bukan?"
Dan pelayan tadi menanggapiku dengan tertawa pelan. "Kau sangat ramah," katanya memujiku.
Aku mengikuti langkahnya yang memanduku menuju ke kamar Will. Ini benar-benar menguras tenagaku sebab ada begitu anak tangga yang harus kulewati untuk menuju ke kamarnya. Saat pelayan di depanku mengayunkan kenop pintu, mataku langung meraba ke seisi interior kamar untuk anak seumur Will yang sangat mewah dan juga berlebihan. Ada guci besar yang tertata di sudut dinding, serta kasur king size yang lebarnya hampir sebesar ruang tengah rumahku di Nashville. Mataku terus mengitari sekeliling ruangan ini dengan penuh kagum.
"Apa sekarang sudah bisa kutinggal, Jo?"
"Ah, ya tentu. Terima kasih!" Ucapku menarik kembali pandanganku padanya.
"Tunggu dulu," panggilku lagi saat pelayan tadi sudah berbalik untuk kembali ke bawah.
"Apa ada yang tertinggal?"
"Namamu. Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Ah, ya tentu. Namaku Alice." Dia tersenyum sambil mengulurkan sebelah tangannya. "Dan sepertinya kita seumuran."
Aku membalas menjabat tangannya. "Senang bertemu denganmu Alice. Jika aku ingin bertanya sesuatu seputar pekerjaan di rumah ini, bolehkah aku bertanya padamu?" Tanyaku sekaligus bermaksud untuk menambah teman di rumah ini.
"Tentu saja. Kalau begitu, aku tinggal dulu. Selamat bekerja," pungkasnya sebelum benar-benar pergi meninggalkanku.
Aku langsung melangkah mendekat ke arah Will yang kala itu tengah asyik memainkan mobil remote-nya. Saat dia mulai menyadari kehadiranku, akupun memasang senyum hangat dan bersahabat sebelum menyapanya.
"Hai Tuan Will. Perkenalkan aku Josephine. Anda bisa memanggilku Jo. Mulai hari ini aku ditugaskan untuk menjagamu. Jadi, jika ada yang Anda butuhkan, Anda bisa segera panggil aku."
Aku bahkan belum melakukan apa-apa selain perkenalan diri padanya, namun tampaknya dia begitu sinis menatapku seperti pandangan tidak suka atau lebih tepatnya jijik.
"Lebih baik kau pergi dari sini, sebelum aku membuatmu seperti di neraka!"
Senyumku langsung luntur mendengar kata-katanya yang mengusirku secara kasar. Bocah seumurnya bahkan sudah mengerti kata-kata pedas seperti itu. Apa ayahnya tidak mendidiknya?
"Tapi, maaf Tuan Will. Aku sudah menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh Nyonya Carrol untuk bekerja di sini. Jadi, kuharap kita bisa bekerja sama."
"Dad! Kau sudah pulang???" Pandangannya kini beralih ke belakangku dan langsung berlari melewatiku tanpa memedulikan ucapanku. Ya, tentu saja di belakangku sudah ada seorang pria bertubuh tegap dengan setelan rapi yang memancarkan aura kewibawaannya, serta bentuk rahangnya begitu tegas dan ah ... dia tampan sekali! Seperti bintang film hollywood!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Darling
RomansaJosephine Clarke, seorang mahasiswi tingkat dua yang merangkap sebagai kakak juga ibu bagi adiknya yaitu Bily Clarke. Kehidupannya tidak berjalan mulus saat keputusannya meninggalkan Nashville untuk melanjutkan pendidikannya di New York University...