BAB 26

4.9K 216 19
                                    

Semenjak kami bercinta pertama kalinya kemarin malam, betapa leganya diriku saat tahu Finn sudah menjelaskan secara gamblang kepada Louis soal dirinya yang membatalkan rencana perselingkuhanku dengan pria itu. Dari situ aku menarik kesimpulan bahwa Finn memang serius denganku. Semua yang dikatakannya malam itu memang nyata adanya. Maka mulai saat itu pula aku akan bersedia menunggunya untuk meyakinkan hatinya lagi, bahwasannya akulah satu-satunya wanita yang ia cintai saat ini.

Ini bagaikan mimpi indah yang menjelma menjadi realita hidup yang kudamba-dambakan selama ini. Meskipun Finn belum sepenuhnya menyatakan cintanya padaku, akan tetapi dia sudah mulai perlahan membuka hatinya untukku. Tentu saja ini merupakan awal yang menyenangkan antara kami berdua setelah sekian lama kami menghabiskan waktu untuk saling berteriak. Hanya dalam waktu sebulan, aku benar-benar berhasil mencairkan hati Finn yang beku. Tidak sampai disitu, aku akan terus berusaha membuatnya untuk jatuh cinta padaku, sekalipun banyak rintangan yang menghadang di depan sana. Sesuatu yang dapat kuraih, tidak boleh lepas begitu saja. Apalagi untuk seseorang yang begitu berharga di hidupku.

"Kau pergi pagi sekali, Jay. Apa ada acara di rumah Dorton?" Ibuku datang menghampiriku dengan segelas susu hangat yang dia bawakan untukku.

Akupun langsung meraih segelas susu tadi dan meminumnya sampai setengah. "Pagi ini aku harus menemani Will untuk check up. Finn menyuruhku karena dia harus menghadiri rapat penting di kantornya," jelasku kemudian menegak kembali susu tadi sampai habis.

"Baiklah, apa aku sudah bisa pergi sekarang?? Oh ya, Bu. Saat kau tadi sedang di dapur, ponselmu terus berbunyi. Kau harus segera mengeceknya, siapa tahu itu penting," ingatku setelah aku bangkit dari dudukku.

"Terima kasih, Jay-jay. Kalau begitu hati-hati di jalan," ujarnya tersenyum singkat sebelum aku menutup pintu kamarku.

Untung saja pagi ini aku tidak ada kelas, jadi aku bisa dengan leluasa menghabiskan waktuku untuk menemani Will ke rumah sakit. Dan tentu saja, aku harus pergi sendiri kali ini dengan bis sebab Finn pasti sudah ada di kantornya sekarang.

Pukul tujuh hampir lewat tiga puluh, aku berhasil sampai tepat waktu di rumah Dorton. Dan saat kubuka pintu, kulihat Will sepertinya sedang menantiku di ruang tengah sambil berbincang dengan Nyonya Carol yang kini menatapku hangat.

Aku mempercepat langkahku menghampiri mereka. "Apa aku membuat Anda menunggu lama, Tuan?" Tanyaku ingin memastikan. Sebab Finn tadi malam menyuruhku untuk datang ke rumahnya sebelum pukul delapan karena jadwal check up Will ada pada pukul delapan pagi. Dan ini masih jauh dari kata terlambat.

"Tidak, Jo. Kau bahkan sampai lebih awal. Aku hanya mengajak Will mengobrol sebentar," kata Nyonya Carrol yang kemudian bangkit dari duduknya.

Aku menghela napas lega, lalu meletakkan tas ranselku di sofa sebelum akhirnya aku dan Will bergegas ke mobil.

"Tunggu sebentar, Jo," panggil wanita tadi yang otomatis membuat langkahku terhenti.

"Iya, Nyonya?"

Dia berjalan mendekatiku, lalu mendekatkan sisi wajahnya ke telingaku untuk membisikkan sesuatu.

"Setelah kalian pulang nanti, bisakah kau ke kamarku untuk berbicara sesuatu?" Pintanya yang sepertinya itu suatu hal yang tidak dapat kutolak. Jantungku berdetak kencang, akankah dia ingin menginterogasiku seputar hubunganku dengan putranya lagi? Aku benar-benar ketakutan sekarang!

"Baik ... Nyonya. Kalau begitu kami pergi dulu," balasku kemudian menyusul Will di dalam mobil.

••••

Sudah hampir setengah jam kami menanti giliran Will untuk masuk ke ruangan dokter, dan kini anak itu mulai bergumam kesal tidak sabaran.

The Billionaire's DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang