Bitter 9

2.2K 412 254
                                    

"Disini?"

"Agak ke kanan sediki-- ya, Disitu sudah pas."

Yena menempelkan plester pereda rasa nyeri di beberapa bagian punggung milik Baekhyun. Tepat ketika ia sudah menempelkan semua plester yang dibutuhkan, pria itu kembali memakai bajunya dan berbaring di sofa ruang tamu rumah mereka. Untung saja ini hari Minggu, kalau ini adalah hari berkerja mungkin Baekhyun akan berangkat ke kantor dengan bau koyok menguar di seluruh permukaan tubuhnya.

Baru saja Yena duduk santai di atas lantai dengan bersender ke sofa tempat Baekhyun terduduk di belakangnya, terdengar suara bel dengan membabi buta. Terlihat betul kalau siapapun di balik pintu sana adalah orang dengan tabiat luar biasa tidak sabaran.

Yena beranjak berdiri, tentu saja ia tidak akan mengandalkan pria renta sakit punggung di belakangnya untuk dapat membukakan pintu rumah mereka. Dan apa yang begitu mengejutkannya adalah identias si orang tidak sabaran tadi itu.

Seseorang yang kini berdiri dihadapannya menatapnya dengan luar biasa terkejut (sama seperti dirinya) sebelum wanita paruh baya itu kembali dapat menguasai diri dengan sebuah sorakan kebahagiaan. "Menantuku!!"

Ibu mertu-- maksudnya, mantan Ibu mertuanya itu memeluknya dengan raut luar biasa bahagia. "Aku sudah menduga sejak Baekhyun menjadi jarang menghubungiku, ternyata ia sedang berusaha keras mengusahakan rujuk denganmu, menantuku."

"A-apa?"

Apa yang ia dengar barusan itu tidak salah?

"Ibu jangan asal bicara!!" Terdengar suara lelaki itu yang menyahut tidak terima dari dalam rumah ketika mengetahui siapa yang datang.

Setelah pelukan hangat seperti teletubies itu, Ahn Yena baru menyadari banyak barang-barang yang perempuan paruh baya itu bawa dan banyak diantaranya adalah bahan-bahan makanan.

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah dan menata bahan-bahan makanan itu ke dapur. Baekhyun dengan cara berjalannya yang masih terseok-seok (karena punggungnya) ikut datang ke dapur. "Kenapa Ibu tidak menelepon ku dulu kalau mau datang?"

"Kau tidak akan pernah mengangkat teleponku, anakku."

"Setidaknya kirim pesan."

"Oh Ibu sudah mengirimkannya tepat ketika berdiri di depan pintu ini tadi." Baekhyun melirik ponsel di genggamannya, benar ia memang tidak memeriksa ada pesan yang baru saja masuk ke sana. "Tetap saja, Ibu sudah terlalu tua untuk berpergian dari Seoul ke Daegu."

"Apa yang terjadi dengan cara berjalanmu? Kau sakit nak?"

Lelaki itu menyenderkan punggungnya di depan kulkas dan menatap Yena lekat-lekat. "Dia menendang punggungku di kamar hot-- ADUH KAKIKU!!"

Benar sekali, Yena memang buru-buru menginjak kaki milik Baekhyun sebelum mulutnya itu mengatakan sesuatu yang dapat membuat asumsi yang tidak-tidak bagi Ibu mertu-- ralat, mantan Ibu mertuanya. "Dia jatuh dari ranjangnya sendiri tadi pagi bu, entah sedang memimpikan apa sampai bisa menyakiti punggungnya sendiri seperti itu."

"Mimpi basah."

Dan rasanya bukan hanya kakinya saja, tapi tangan Yena juga ingin sekali memukul kepala Baekhyun yang berujar sembarangan seperti itu.

Namun Baekhyun tidak repot-repot merespon tatapan melotot yang Yena berikan, ia hanya melanjutkan perkataannya dengan kelewat santai. "Aku bermimpi memeluk seorang wanita di kamar hotel dan wanita itu kemudian menendang ku dari atas ranjang. Ketika mataku terbuka, ternyata semua itu hanya mimpi. Wah, mimpi yang sangat terasa seperti kenyataan."

Bitter of Love (Byun Baekhyun)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant