Bitter 36

2.1K 365 164
                                    


Aku akan sangat menghargai dan berterima kasih kepada kalian yang bukan silent readers :)
***


"Oh, ternyata menantuku yang datang?" Pria paruh baya itu berjalan pelan dari kejauhan, sebab rumahnya memang amat luas. Baekhyun kini tidak mengerti dengan raut Oh Jiho yang bisa terlihat begitu antusias.

"Paman Jiho, aku--"

"Paman? Kau bercanda? Panggil aku Ayah! Aku ini mertuamu bukan?" Pria itu kini terduduk di sofa di hadapannya. Seorang pelayan datang dengan sebuah pemantik api dan Oh Jiho menyesap cerutunya sambil bertanya, "sudah kuduga kau akan datang kemari sendirian. Apa puteriku itu masih tidak sudi untuk melihatku?"

"Dia masih cukup terpukul dengan keputusan yang Pama-- maksudku, keputusan yang Ayah ambil."

"Soal pergi ke Indonesia?"

Baekhyun mengangguk.

"Lalu kau datang ke sini untuk berusaha agar isterimu tidak dikirim pergi ke luar negeri?"

"Ahn Yena tidak akan pergi kemanapun jika dia tidak menginginkannya. Sebagai suaminya, aku hanya ingin menegaskan soal itu."

Baekhyun cukup lama menunggu sahutan dari Oh Jiho yang justru terdiam mengamatinya. Beberapa saat kemudian barulah pria paruh baya ini kembali berucap dengan sorot takjub, "Aku tahu kalau kau adalah yang terbaik dari semua pria di dunia ini, untuk dapat bersanding dengan puteriku."

Perkataan itu lumayan tidak sesuai dengan ekspektasi Baekhyun.

"Kalian memang pernah bercerai dan saling menyakiti, namun kau sekali lagi membuktikan bahwa dirimu adalah orang yang akan selalu berada dipihaknya sekalipun ia terkadang melakukan kesalahan. Bagaimana caraku untuk mengungkapkan seluruh rasa terimakasihku padamu? karena telah membawa puteriku merasakan kehidupan yang manis walau ia hidup tanpa sosok seorang Ayah? Bahkan aku yang adalah Ayahnya sendiri tidak bisa melindunginya seperti apa yang selalu kau lakukan untuknya."

Baekhyun menelan salivanya, ia tahu kalau Oh Jiho adalah seseorang yang persis seperti ini. Dia adalah seorang Ayah yang akan membicarakan anaknya dengan mata yang berkaca-kaca dan sorot haru. Persis seperti apa yang pernah Baekhyun liat mengenai cara pria ini menumpahkan kasih sayangnya pada Sehun.

Namun melihatnya seperti itu disaat begini, terasa cukup membingungkan.

"Byun Baekhyun, aku benar-benar..... sangat berterimakasih."

"Tapi aku--"

"Kau pasti bingung dan bertanya-tanya soal keputusanku yang terdengar egois dan arogan untuk mengikut ajang politik. Aku akan menjelaskan semua alasanku padamu dan tidak akan ada yang kututupi, karena kau berhak tau."
Dan Oh Jiho, mengawali kisah panjangnya itu dengan berucap, "kau akan percaya kalau semua ini kulakukan demi puteriku yang sangat kusayangi, Yena Oh."

***

"Waktu kita hanya satu Minggu nak. Sebelum perusahaan kami mengumumkan keputusan untuk mendukung salah satu partai Minggu depan, bantu aku untuk meyakinkan isterimu agar segera angkat kaki dari Negara ini."

Begitu ia melangkahkan kakinya masuk menuju ruang tamu apartemen mereka, Baekhyun tidak mendapati isterinya berada di sana.

"HAHAHAHAHA!! HAHAHAHA!!"

Itu sudah jelas jika suara tertawa yang sangat keras itu membuatnya menjadi cukup terkejut untuk segera membawa langkahnya masuk menuju kamar, dan ia mendapati isterinya sedang berbaring sambil menatapi langit-langit berwarna putih gading di sana. "Apa yang sedang kau lakukan?"

Bitter of Love (Byun Baekhyun)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant