Bitter 39

1.5K 313 77
                                    


Tangannya dengan telaten merapihkan tatanan rambut milik suaminya, ia juga tidak pernah melewatkan untuk menyeka wajah pucat pasi yang sudah lama tidak berekspresi. Baru kali ini di dalam seumur hidupnya, Yena merasa begitu merindukan ekspresi marah yang sering Baekhyun berikan untuknya.

Tiga bulan berlalu dalam kehampaan yang begitu menyesakkan, bahkan dirinya sendiri tidak yakin apa ia masih kuat bertahan untuk menunggu sosok tercintanya itu bangun dan benar-benar memarahinya seperti apa yang sering lelaki itu lakukan.

"Jangan pegang-pegang wajahku! Aku sangat tahu kalau kau melakukan ini hanya untuk mencoba merayuku. Aku akan tetap marah Na-ya!! Bagaimana bisa kau menghabiskan uang kita hanya untuk membeli album sebuah boygroup?! Sepuluh juta won hanya untuk EXO?! Apa kau lupa kalau adalah perempuan yang sudah menikah?!"

Itu kenangan yang lucu, tapi kenapa Yena justru merasa sesak saat kembali mengingatnya?

Yena melepaskan dua kancing teratas di bajunya sendiri, "kalau kau tidak bangun juga, aku akan keluar dan menggoda laki-laki lain dengan pakaian seperti ini. Kau pasti sangat membencinya kan?"

Hening.

Tentu saja. Baekhyun yang akan terbangun hanya untuk menyentil dahinya seperti biasa, terdengar sangat mustahil. Yena kembali mengkancing bajunya dengan tatapan nanar.

"Byun Baekhyun, bolehkah aku memohon satu hal padamu?"

"...."

"Kalau kau melihat cahaya putih yang begitu terang, dan bertemu dengan Byun Sera di dalam mimpimu, tolong jangan ikuti dia... kembali ke sini saja... bersamaku. Ya?"

Perempuan itu tersenyum kecut. Berani-beraninya ia mengkhianati puterinya sendiri.

"Kau harus tahu kalau aku sangat ingin menyerah Baek. Aku ingin menyusulmu saja rasanya. Setidaknya kita akan tetap bersama walaupun bukan di sini kan?"

"Tapi bagaimana jika saat aku menyerah nanti, kau justru bangun dan merasa kesepian?"

***

Seperti hidup, tapi mati. Maksudnya raganya hidup, namun jiwanya mungkin sudah lama mati. Cho Eun Hye menatapi menantunya dengan hati yang bagai ditusuk-tusuk belati, harusnya jalan kehidupan tidak boleh jadi sebegini pahit kan? Ini tidak adil.

"Jangan dipandangi terus, itu hanya akan membuatmu semakin merasa takut, nak."

Kala perempuan itu mendongak dan mendapati mertuanya telah kembali dari toilet, Cho Eun Hye tahu kalau tidak ada lagi semangat kehidupan dari tatapan milik Ahn Yena. Sudah tiga bulan ini menantunya itu selalu berekspresi datar dan sangat sedikit berbicara.

"Saudaramu menunggumu di luar sayang, dia bilang sekarang sudah waktumu untuk makan dan minum obat di bangsalmu sendiri." Yena mengangguk dan berdiri, mulutnya bahkan tetap terbungkam ketika sosok paruh baya itu sempat memeluknya erat sebelum ia benar-benar berjalan keluar.

Sehun memang sudah menunggu di balik pintu, lelaki itu tersenyum sebelum maju dan merangkul Yena untuk membawanya kembali ke bangsal.

"Baekhyun sangat beruntung punya isteri setia sepertimu. Kalau aku jadi kau, pasti sudah lama aku pergi ke kelab malam dan mengaku lajang."

Perempuan itu tidak sedikitpun bergeming. Ahn Yena tetap naik ke atas ranjang dan menatap Sehun tanpa ekspresi.

Kini pria bertubuh tinggi itu sedang menuangkan air di gelas sebelum ikut duduk di ranjang yang sama dengan saudarinya. "Ahn Yena, kau tahu?"

Perempuan itu kembali mendongak dan menatapnya, mulutnya tetap terbungkam tanpa suara.

"Aku lebih baik melihatmu marah, menangis, menjerit, dan memukulku, daripada melihatmu hidup tanpa emosi seperti orang mati."

Bitter of Love (Byun Baekhyun)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant