Part 3

124 9 0
                                    

   Aku baru mau membunyikan bel rumah, saat pintu terbuka menampilkan ibu jae-won yang memandang ku dengan tatapan yang penuh kasih sayang.

"Aah. Putri ku tersayang. Bagaimana kabarmu Jisoo?" Tanya ibu jae-won sembari memelukku.
"Aku baik baik saja, eomma. Terima kasih sudah bertanya." Jawabku.
"Tidak. Tidak perlu berterimakasih. Aku sudah menganggap mu seperti putri ku sendiri. Aku sungguh mengkhawatirkan mu, kenapa kau tidak pernah datang ke sini lagi?" Tanya nya.
"Ah, aku.."
"Dia terlalu sibuk dengan latihannya. Dia membuang-buang waktunya di agensi itu." Kata Jae-won yang menghampiri kami setelah memarkirkan mobil di dalam garasi rumahnya.
"Kau masih berada di agensi itu? Sudah berapa tahun kau berada di sana? Bukankah lebih baik kau pindah ke agensi lain, Jisoo? Mereka menyia-nyiakan bakat mu." Kata ibu Jae-won.
"Percuma ibu bilang seperti itu padanya. Aku sudah mengatakan hal yang sama padanya berulang-ulang tapi dia tetap tidak mendengarkan ku."
"Terima kasih telah mengkhawatirkan ku. Aku sudah berbicara dengan agensi ku, dan mereka mengatakan bahwa mereka akan menyiapkan yang terbaik untukku. Jadi kalian tidak perlu khawatir." Jawabku.
"Haaah. Baiklah kalau begitu, aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Kalau begitu ayo kita langsung sarapan saja, aku tahu kalian sudah kelaparan. Ayo." Ajak ibu jae-won. Sembari mengajak kami berdua masuk ke dalam rumah.

***

"Jam berapa kau selesai latihan? Aku akan menjemputmu." Kata Jae-won kepadaku, sembari menghentikan mobilnya di depan agensi ku.
"Ah, tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Aku tidak mau merepotkan mu."
"Kenapa begitu? Aku tidak keberatan menjemputmu."
"Sudahlah tidak perlu oppa. Aku akan pergi sendiri saja. Sampai nanti oppa." Kataku, mencium pipinya lalu turun dari mobilnya.

   Ini masih hari kerja, jadi belum banyak trainee yang datang, karena sebagian besar trainee disini masih dibawah umur dan merupakan siswa. Mereka akan sekolah dulu, lalu datang latihan di siang hari.

   Aku terus berjalan menuju ruang latihan ku, sampai akhirnya seseorang memanggil ku. Suara yang sangat ku kenal. Suara manager ku.

"Jisoo." Panggil manager ku.
Aku menghentikan langkahku, dan memutar badan kearahnya.
"Ya oppa? Ada apa?" Tanya ku.
"CEO memanggil mu. Dia ingin membicarakan sesuatu. Ku rasa ini tentang debutmu. Segera pergi ke ruangannya sekarang."
"Aah, benarkah? Aku akan segera kesana. Terima kasih oppa." kata ku.

   Aku berjalan dengan hati yang sangat berdebar. Aku sungguh berharap ini lah akhirnya, dan aku akan segera debut. Trainee selama 4 bukanlah waktu yang singkat. Aku terus menyaksikan teman-teman ku debut lebih dulu dari padaku, dan sebagian lagi pergi meninggalkan agensi ini. Sedangkan aku, mereka selalu mengatakan akan menyiapkan sesuatu yang lebih besar untuk ku, jika aku bersabar. Dan begitulah aku pun bersabar menunggu waktuku.

   Aku menghentikan langkah ku, didepan sebuah pintu yang di depannya tergantung tulisan "CEO". Aku mengetuk pintu tersebut, menandakan aku berada di sana. Aku menunggu beberapa saat sampai ada sebuah suara yang meminta ku masuk.

   Aku membuka pintu, dan melihat seorang laki-laki yang berada di pertengahan umur 50, sedang duduk di belakang meja sambil menandatangani beberapa dokumen yang berada tepat di depannya.

"Selamat pagi." Kata ku memecahkan keheningan.

   Dia menghentikan sebentar pekerjaan yang dia lakukan dan mengangkat kepala nya untuk melihatku. Dan menampilkan senyum yang tidak pernah ku liat.

"Aah, Jisoo. Ayo duduk. Ada hal yang ingin ku bicarakan padamu dan mereka bertiga. Tapi tunggu sebentar ada hal yang harus ku kerjakan." Katanya sambil menunjuk sofa yang berada di depan meja kerjanya. Yang berisikan 3 trainee lainnya, yang tidak lain adalah orang yang ku kenal amat sangat baik. Rosé, Jennie, dan Lisa. Kami ini termasuk trainee yang berlatih paling lama disini. Jennie dan Lisa berlatih selama 5 tahun, Rosé berlatih selama 3 tahun, dan aku sendiri berlatih selama 4 tahun.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang