Part 25

40 4 0
                                    

"Taehyung, kau.." kalimat ku terhenti, ketika Jinyoung menarik tangan ku secara paksa dan membuatku berdiri di belakangnya

   Aksi nya membuat ku terkejut, bahkan Taehyung juga. Mata Taehyung membesar, lalu mulutnya sedikit terbuka, menandakan rasa bingungnya, dengan tingkah Jinyoung. Tapi itu tidak bertahan lama, karena setelah itu dia langsung menundukkan kepalanya dan tertawa kecil. Dan kali ini bisa kurasakan Jinyoung lah yang bingung dengan tingkah Taehyung dari genggaman tangannya yang semakin erat kepada ku.

"Kenapa kau ini lucu sekali Jinyoung?" tanya Taehyung yang sekarang berpura-pura menghapus air matanya, seakan-akan dia benar-benar mendengar sesuatu yang sangat lucu
"Apa maksudmu?" tanya Jinyoung dengan nada yang amat ketus
"Haaah, aku datang kesini hanya untuk melihat keadaan Jisoo." dia terdiam sebentar memandang kami, lalu kembali melanjutkan
"Bukan seperti yang ada di pikiran mu saat ini Jinyoung. Tadi aku sedang jalan-jalan, dan tiba-tiba aku melihat mobil grup kalian, Jisoo. Aku melihat semua member mu turun, tapi tidak dengan mu. Jadi aku berfikir mungkin kau masih berada di sini. Dan ketika tadi aku sampai aku melihat mu terdiam di sini dengan seorang laki-laki yang berdiri di depanmu, aku mengira dia seorang fans yang terobsesi dengan mu. Tapi ternyata aku salah."
"Ya, kau salah. Jadi sebaiknya kau pergi dari sini!" perintah Jinyoung
"Wooahh, tenang Mr. Park. Aku memang sudah berniat pergi sekarang. Setidaknya sekarang aku tahu Jisoo bersama dengan orang yang di kenal nya. Baiklah aku pergi. Sampai nanti Jisoo. Dan untuk mu Jinyoung, jangan membuatnya menangis, atau aku akan.." Taehyung tiba-tiba terdiam tidak melanjutkan perkataannya, seakan-akan dia baru menyadari sesuatu
"Kau akan apa? Kenapa kau tidak melanjutkan perkataan mu?" tanya Jinyoung tidak sabar
"A-aku. Aku tentu saja tidak akan melakukan apapun. Karena itu urusan kalian berdua. Begitu kan? Baiklah. Aku pergi dulu."

   Dan dengan itu Taehyung berjalan pergi meninggalkan aku dan Jinyoung dalam keadaan bingung. Jelas sekali tadi dia berbohong. Tapi jika dia memang berbohong, apa yang sebenarnya ingin dia katakan?

"Jisoo?" panggil Jinyoung membuyarkan lamunan ku
"Hm?"
"Bisakah kita pergi ke tempat lain sekarang? Hanya kita berdua. Aku takut orang akan memperhatikan kita, jika kita terus berdiri disini." katanya dengan sedikit memohon
"Ya. Ku rasa itu adalah hal yang lebih baik."


***

   Sudah lebih dari 10 menit, tapi kami hanya duduk terdiam di taman ini. Tidak ada satupun yang mengeluarkan suara, atau bahkan melihat satu sama lain. Tidak ada. Kami hanya sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

"Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu sekarang? Apapun yang ingin kau katakan. Ini sudah malam, aku ingin istirahat." kata ku memecahkan keheningan

   Aku menatapnya, tapi dia tetap terdiam. Kepalanya tetap menunduk dan dia terus memainkan jari-jarinya, menandakan bahwa dia gugup. Tapi untuk apa dia mengajak bertemu, jika memang tidak mengatakan apapun? Aku pun segera berdiri dari bangku taman ini dan melangkah maju, ingin pergi meninggalkannya. Tapi lalu dia berbicara.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

   Aku hanya diam. Menunggu Jinyoung melanjutkan perkataannya.

"Aku.. Juga tidak ingin melakukan ini. Aku sudah menolaknya. Tapi mereka memaksa ku. Mereka sudah membuat kesepakatan tentang kerja sama ini." kata Jinyoung dengan suara yang bergetar

"Mereka mengatakan... Jika aku tidak mau melakukan kerja sama ini mereka akan rugi besar, dan bisa menerima banyak tuntutan. Itu.. Juga akan mempengaruhi karir ku. Aku sungguh minta maaf Jisoo. Ini bukan berarti aku lebih mementingkan karir ku dari pada dirimu, hanya saja.."
"Aku mengerti." sela ku

   Dia mengangkat kepalanya, menatap ku dengan matanya yang berkaca-kaca. Sungguh melihatnya seperti ini membuat hatiku hancur. Aku tidak suka melihatnya bersedih.

"Tidak apa Jinyoung. Aku mengerti." kata ku yang kini berada di depannya, mengelus pipinya yang kini dipenuhi dengan air mata.
"Aku mengerti jika kau harus melakukan ini demi pekerjaan mu, aku tidak akan marah hanya karena itu. Aku percaya padamu."

   Dia menatap ku, tangannya menggenggam tanganku, mengelusnya.

"Terima kasih. Aku berjanji padamu Jisoo. Ini hanya sebatas pekerjaan. Aku tidak memiliki perasaan apapun lagi untuknya. Sekarang kau lah satu-satunya orang yang ada di hatiku. Aku hanya mencintaimu."

   Dengan itu dia bangkit dari tempat duduknya. Mendekatkan wajahnya dengan ku, lalu mencium ku.

***

   Sejak hari itu, tidak pernah sehari pun dia tidak menghubungi. Ketika aku membuka mata di pagi hari, dialah orang pertama yang menghubungi ku, mengucapkan selamat pagi dan mengatakan seberapa besar dia mencintaiku. Dia membuatku semakin yakin, bahwa kerjasama nya dengan Irene bukanlah apa-apa. Itu tidak akan mengganggu hubungan kami sama sekali, malah karena kerja sama itu, kami jadi semakin dekat dan aku jadi semakin merasakan kasih sayangnya. Setidaknya itulah yang ku pikirkan saat ini.

"Eonniiii... Sudah lah berhenti memainkan ponsel mu. Kau membuatku cemburu." Kata Lisa dengan wajah imutnya
"Ku pikir hanya aku saja yang berfikir seperti itu. Melihat tingkah Jisoo eonni, membuatku ingin memiliki pacar juga." kata Jennie menyetujui perkataan Lisa
"Astaga kalian, berhenti menggoda Jisoo eonni, lihat sekarang wajahnya sangat memerah seperti kepiting rebus." kata Rosé sembari mencubit pipi ku, membuat semua member ku tertawa

"Tapi sungguh eonni, kau terlalu sering memainkan ponsel mu. Aku tidak masalah jika kau memainkannya di rumah, karena kami sudah biasa dengan itu. Tapi jika kau memainkannya di tempat umum, khususnya di sini. Itu akan terlihat jelas bahwa kau sedang menghubungi kekasih mu." jelas Jennie
"Iya, aku tahu. Hanya saja. Aku ingin segera membalas pesannya, aku tidak ingin dia menunggu lama. Karena aku juga tidak ingin di perlakukan seperti itu." jawab ku
"Kalau begitu, sekarang lebih berhati-hati lah. Ku rasa manager mulai curiga dengan mu." katanya sembari menatap manager kami yang sedang sibuk menerima panggilan di ponselnya

   Sudah 1 minggu semenjak berita itu keluar, sudah 1 minggu sejak pertemuan ku dengan Jinyoung, sudah 1 minggu sejak kami duduk di taman itu dan dia menyatakan semua perasaannya padaku. Betapa takutnya dia, jika aku marah padanya. Betapa khawatirnya dan kecewanya dia, ketika dia melihat ku bersama dengan Taehyung di hari itu. Tentang betapa merasa bersalahnya dia padaku, karena menyakiti ku.

   Semenjak itu dia benar-benar bersikap sangat manis. Seperti yang ku katakan tadi, dia selalu menghubungi ku setiap dia punya kesempatan. Selalu saja membuat ku tersenyum.

   Dan beberapa waktu lalu, aku baru mengetahui tentang waktu promosi Jinyoung dan Irene bersamaan dengan comeback ku. Bahkan ada beberapa jadwal music show yang akan kami hadiri bersama, dan Jinyoung mengatakan mungkin saja di sela-sela promosi nanti kami bisa bertemu sebentar. Ini membuat ku menjadi semakin semangat dengan comeback kali ini.

   Jika kalian berfikir aku sudah tidak merasa cemburu atas kerja sama mereka berdua, kalian salah. Sangat salah. Karena tentu saja aku masih tidak menerima kenyataan bahwa kekasih ku bekerja sama dengan mantan kekasihnya. Ini masih terasa menyesakkan setiap kali aku memikirkan itu. Hanya saja tingkah Jinyoung dan dukungan dari Taehyung membuat ku tenang.

   Ya, kalian memang tidak salah membacanya. Taehyung memang mengambil peran untuk semakin menenangkan perasaan ku. Setiap kali Irene dan Jinyoung harus bertemu untuk mengerjakan project itu, dia selalu saja mencari alasan agar bisa bersama dengan mereka. Dia juga selalu mengirimi ku foto-foto Jinyoung yang dia ambil secara diam-diam, sebagai bukti bahwa memang Jinyoung dan Irene tidak melakukan apapun selain bekerja untuk project itu. Taehyung juga selalu mengatakan, setiap kali Jinyoung menyelesaikan bagiannya untuk project itu, dia langsung pergi meninggalkan Irene. Sungguh, bantuan Taehyung membuat ku semakin percaya bahwa Jinyoung memang tidak memperdulikan Irene lagi.

°°°

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang