Part 7

73 7 2
                                    

"Apa kau benar Park Jinyoung?" Tanya ku.
"Apa maksudmu? Tentu saja aku Park Jinyoung. Semua orang juga tahu itu."
"Tidak. Bukan itu. Maksudku. Apa kau benar Park Jinyoung? Teman masa kecilku?"
"Tentu saja. Aku sudah menceritakan semuanya padamu kan. Dan lagi, sudah jelas terlihat kan dari kalung ini." Katanya menunjuk kalung yang tergantung di lehernya.
"Aku hanya tidak percaya. Mungkin saja kau tidak sengaja membeli kalung yang serupa denganku."
"Lalu apa? Aku tidak sengaja membeli kalung yang serupa denganmu, lalu mendatangimu dan mengaku sebagai teman masa kecilmu? Apa untungnya bagiku melakukan itu? Lagi pula bagaimana juga aku tahu semua cerita kita, jika aku bukan Park Jinyoung, teman masa kecilmu."

   Aku menatap nya, terdiam, tak membalas kata-katanya. Masih tidak percaya dengan semua kenyataan ini. Apa ini nyata?

"Masih tidak percaya?" Tanyanya.

   Aku mengangguk kan kepalaku.

"Bukankah dulu pernah ku sampaikan padamu? Aku bukannya membeli kalung sembarangan, tapi aku memesannya. Kalung ini hanya ada sepasang di dunia. Dan itu milik kita berdua."

   Itu benar. Dia menjelaskan hal itu saat ia akan memberikan ku kalung ini. Sekarang aku mengingatnya.

"Sudah ingat kan?" Tanyanya.

   Aku menganggukkan kepalaku lagi. Aku membuka mulutku, ingin mengeluarkan semua pertanyaan yang muncul memenuhi pikiran ku selama ini. Tentang dirinya. Bagaimana kabarnya. Apa saja yang telah ia lakukan selama ini. Apa dia juga masih memikirkan ku selama ini. Aku ingin menanyakan itu semua.

   Tapi belum sempat aku mengeluarkan kata-kata dari mulutku. Aku mendengar sebuah suara yang memanggil namaku. Manager ku. Membuat kami berdua seketika menolehkan kepala ke arah datangnya suara.

"Ku rasa kau sudah harus pergi, mereka sudah mencari mu. Pergilah. Aku juga harus segera pergi, sebenarnya aku melarikan diri saat latihan untuk bisa menemui mu disini. Ku rasa managerku juga sudah mencari-cari keberadaan ku." Katanya dengan senyuman di bibirnya.
"Tidak. Tunggu. Ada yang ingin ku tanyakan padamu, banyak hal yang ingin ku..."
"Tidak masalah. Kita bisa membicarakannya nanti. Kita masih memiliki banyak waktu. Ini barulah permulaan kita. Kita akan bertemu lagi."
"Tapi.."
"Percayalah Jisoo. Kita pasti akan bertemu lagi, dan di pertemuan itu kita akan membicarakan semuanya. Kau tidak perlu khawatir. Kemanapun kau pergi, aku pasti akan menemukan mu lagi. Percayalah padaku. Aku berjanji padamu." Katanya, menggenggam tanganku.

   Managerku kembali memanggil namaku. Membuat kami berdua kembali menolehkan kepala ke sumber suara. Tapi aku tidak bergerak. Aku tetap diam di tempat menggenggam tangannya. Takut jika aku melepaskannya, aku tidak bisa lagi menggenggam nya. Orang yang ku tunggu selama 13 tahun ini. Cinta pertama ku.

"Sekarang pergilah." Katanya, membuat ku kembali menolehkan kepalaku, menatap mata indahnya.

   Aku tidak ingin pergi. Tapi aku tidak bisa mengatakan tidak. Jadi aku hanya mengangguk kan kepalaku. Melepas genggaman tangannya. Dan berjalan pergi.

   Aku membalikkan badanku lagi, melihatnya. Dia masih tetap di sana. Melihatku juga. Dan tersenyum ke arahku. Membuatku juga tersenyum, membalasnya.

***

"Eonni, dari mana saja kau? Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Jennie begitu aku memasuki mobil.
"Ya. Terjadi sesuatu." Kataku dengan volume yang amat kecil, hampir terdengar seperti bisikan, tidak mau manager kami mendengar pembicaraan ini.
"Apa itu? Apa sesuatu yang buruk?"
"Tidak. Ini malah kebalikan dari itu. Sesuatu yang baik. Sangat baik. Aku akan menceritakannya nanti." Kata ku dengan sedikit melirik kearah managerku.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang