Part 8

55 5 0
                                    

   Sudah 3 bulan sejak aku mengetahui kebenaran itu, tentang aku dan Jinyoung. Dan semenjak itu, kami belum pernah bertemu lagi. Membuat ku bertanya tanya, apa yang dia lakukan sekarang? Kenapa dia tidak pernah menemui ku lagi? Apa dia sesibuk itu? Atau apakah dia juga memikirkan ku seperti aku memikirkannya?

   Tapi karena itu pula, aku jadi bersemangat setiap harinya. Hal yang membuatku tersenyum setiap kali membuka mata. Memikirkan kapan kami akan bertemu lagi.

   Dan untuk grup kami. Kami masih belum melakukan apapun setelah promosi debut selesai. Belum ada persiapan comeback, hanya saja terkadang kami tampil menghadiri undangan acara televisi. Selain itu. Kami hanya berlatih seperti biasa.

   Lalu biasanya setelah latihan selesai, aku dan Jennie akan tinggal lebih lama untuk menciptakan lagu. Menulis lirik, dan sebagainya. Agar comeback kami bisa dilakukan lebih cepat.

   Ya seperti itulah, untungnya agensi kami memperbolehkan artisnya memproduksi musik sendiri, dan bahkan bisa dibilang di wajibkan untuk memproduksi musik sendiri. Lalu setelah kami selesai menciptakan suatu lagu, kami akan mengirimkannya kepada CEO kami, dan akhirnya dia akan memutuskan apakah lagu tersebut layak di masukkan ke dalam album atau tidak. Dan itu termasuk salah satu hal yang sangat ku sukai dari agensi ku ini.

   Kami baru saja selesai latihan, dan syukurnya hari ini latihan selesai lebih cepat. Aku melihat jam yang tergantung di dinding ruang latihan kami, di sana menunjukkan pukul 04.54.

'Masih sore hari' pikir ku.

   Kami tidak biasanya selesai secepat ini. Biasa nya kami akan selesai latihan di malam hari, setidaknya paling cepat latihan akan selesai pukul 08.30. Tapi hari ini berbeda, karena salah satu pelatih kami tidak bisa hadir, jadi kami diizinkan untuk pulang lebih dulu. Kami beruntung hari ini.

"Eonni. Benarkah kita sudah tidak ada jadwal latihan lagi hari ini?" Tanya Lisa
"Iya, sudah tidak ada. Kenapa?" Tanya Jennie
"Jika memang sudah selesai, ayo kita pulang. Aku ingin tidur lebih cepat. Kapan lagi kita bisa pulang pada sore hari seperti ini? Jadi ayo kita manfaatkan untuk beristirahat."
"Lisa benar, ayo kita pulang sekarang. Ayo eonni." Bujuk Rosé
"Yasudah kalau begitu, ayo pul..." Kata Jennie
"Kalian pulang lah lebih dulu." Potong ku
"Kau tidak pulang bersama kami? Kenapa?" Tanya Jennie
"Aku mau mengerjakan musik ku dulu. Aku harus menyelesaikannya hari ini. Jika terlalu diundur bisa-bisa musik nya jadi berantakan. Kalian pulang saja jangan menunggu ku."
"Apa kau yakin?" Tanya Lisa
"Tentu saja. Sudah pulang lah jangan khawatirkan aku. Aku akan pulang sendiri saja nanti."
"Pulang sendiri bagaimana, eonni kau bukan orang biasa, bagaimana jika seseorang melihat mu. Bisa-bisa mereka mengerubungi mu." Kata Jennie yang hampir terdengar seperti orang marah
"Aku bisa menggunakan masker dan topi. Orang tidak akan mengenaliku semudah itu. Sudah jangan khawatir. Pulang lah."
"Apa kau yakin? Bagaimana jika.."
"Sudah sudah pergi lah. Aku juga akan ke studio ku sekarang. Sampai nanti." Kata ku memotong kata-katanya, lalu melambaikan tangan ku dan pergi meninggalkan ruang latihan kami.

***

   Aku baru saja selesai mengerjakan laguku. Dan berencana pulang secepatnya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.25, belum terlalu malam, tapi aku tidak ingin terlalu berlama-lama di studio ku. Mengingat aku harus pulang sendirian. Jika terlalu malam, takutnya aku tidak akan berani berjalan sendirian.

   Aku sudah selesai membereskan semua barang ku. Memasukkannya kedalam tas, dan bergegas ke luar studio. Tapi, baru saja aku melangkahkan kaki sekitar 3 meter dari gedung agensi, aku mendengar seseorang bersiul ke arah ku.

   Siapa itu? Apa dia memang bersiul ke arah ku? Apa dia mengenali ku? Aku merasa sedikit ketakutan. Membuatku mempercepat langkah, segera meninggalkan tempat itu.

   Tapi, aku malah mendengar suara jejak kaki yang berada di belakang ku. Suara nya semakin dekat. Apa dia mengikuti ku? Apa dia orang jahat? Kenapa dia berani sekali melakukan ini padaku, sedangkan hari juga belum terlalu malam. Aku berusaha mempercepat langkah ku. Sedikit lagi, di persimpangan itu sudah jalan raya. Pasti akan ada banyak orang dan dia tidak akan berani lagi mengikuti ku.

   Hanya sekitar 5 meter lagi. Lalu aku akan sampai di sana. Perasaan ku sudah mulai tenang. Tapi dia berjalan lebih cepat dariku. Sebelum aku sampai di sana, dia sudah ada di depan ku. Menghentikan langkah ku. Membuat ku terkejut, dan hampir jatuh ke belakang. Tapi untungnya orang ini menangkap ku. Apakah aku memang beruntung, atau bernasib sial karena dia berhasil menangkap ku?

"Awas." Kata nya sembari mengulurkan tangan dan menangkap ku, membantu ku kembali berdiri dengan tegak
"Lepaskan aku." Kata ku mencoba melepaskan diri dari genggaman nya
"Baiklah, baiklah. Pelan-pelan, nanti kau jatuh lagi." Katanya dan melepaskan ku

   Aku berjalan mundur, menjauhi nya. Tapi dia tetap tidak bergerak selangkah pun. Tetap berada di sana, menatap ku. Aku pun melakukan yang sama. Menatapnya. Melihat sosoknya dari atas rambut sampai ujung kaki.

   Dia menggunakan kaos berwarna putih yang di padukan dengan celana olahraga. Dan di luarnya dia menggunakan jaket berbulu berwarna hitam yang terlihat mahal. Lalu wajahnya tertutup oleh masker dan ia menggunakan sebuah topi untuk menutupi rambutnya.

   Tapi walaupun aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, aku tetap mengenali nya. Seorang pria yang berdiri di depan ku. Tidak lain adalah orang yang sangat ku nanti-nanti kedatangan nya. Park Jinyoung.

"Park Jinyoung?" Tanya ku
"Ya ini aku. Jisoo, kenapa kau selalu melarikan diri setiap kali aku memanggil mu? Lihat, kau membuat ku berkeringat." Katanya sembari membuka jaket nya, menampilkan kaos yang ia gunakan sudah dipenuhi oleh keringat
"Tadinya aku merasa sangat kedinginan karena menunggumu berjam-jam di depan gedung agensi mu. Tapi sekarang panas sekali." Lanjutnya
"Maaf. Aku ketakutan. Kau juga kenapa selalu datang seperti itu? Seperti stalker." Kata ku
"Kau memanggilku apa?" Tanya nya merasa terganggu
"Ti-tidak. Tidak ada." Kata ku tergagap

   Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tapi bisa ku pastikan, dia tersenyum setelah mendengar jawab dari ku. Membuat ku tanpa sadar, melakukan hal yang sama.

"Apa yang lakukan disini?" Tanya ku
"Kenapa kau harus bertanya lagi? Bukankah sudah jelas? Aku ingin bertemu dengan mu." Dia terdiam sebentar, berjalan mendekat ke arah ku, lalu kembali berbicara
"Ayo kita berkencan."
"Ha?"
"Aku bilang ayo kita pergi berkencan hari ini. Kau tidak memiliki jadwal kan malam ini? aku juga tidak. Jadi ayo kita pergi."
"Tapi bagaimana jika ada orang yang melihat kita berdua. Akan ada berita yang..."
"Aku tidak perduli. Aku tidak perduli jika ada yang melihat kita. Aku sudah menunggu sangat lama untuk saat ini. Aku tidak akan membuang waktu lagi." Katanya memotong kata-kata ku

   Aku hanya terdiam. Tidak tahu harus melakukan apa. Satu sisi di hatiku mengatakan bahwa aku harus menerima ajakan nya, tapi sisi lain mengatakan untuk menolaknya karena ini terlalu beresiko.

"Kau tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang mengenali kita. Dan kali ini aku akan mentraktir mu, seperti janji ku saat itu, kau ingat kan? Jadi ku mohon katakan iya." Katanya meyakinkan ku
"Apa kau yakin ini tidak akan membawa masalah?" Tanya ku
"Tentu saja. Jadi kau mau kan?"

   Aku hanya mengangguk kan kepala ku. Sebagai tanda bahwa aku menyetujui nya. Membuat nya tersenyum lebar.

   Tidak membuang waktu lagi. Dia meraih tangan kanan ku dan mengaitkannya di tangan nya. Menggenggam tangan ku dengan amat erat. Membuat ku menundukkan kepala, dan memasang senyuman malu di balik masker ku.

"Aku hanya tidak ingin kau kehilangan jejak ku di jalanan nanti. Jadi jangan bertingkah seperti itu." Katanya mencari alasan
"Aku tahu." Kata ku, tapi tetap tidak menghilangkan senyuman indah yang terlukis di bibir ku

°°°

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang