Chapter 2
Formulir Pengajuan"Stop!!!" teriak Lu, "Lo kalau mau bicara. Ya ... Ngomong aja. Jangan terlalu aneh-aneh."
Lu langsung memotong pembicaraan. Rasanya aneh. Jika mendengar orang lain bertengkar hanya karena dirinya.
"Lo mau bahas soal Akaishi, Kan? Kita bicara aja di pojok."
Lu segera melangkah ke arah koridor. Mencoba untuk sedikit menjauh dari Arsenal dan Dexa.
Menyadari hal tersebut Naell pun segera menyusul. Naell mendekat dan Lu langsung mencercanya habis.
"Ada apa? Lo mau bicara apa?"
"Gak ada."
"Hah?! Maksud lo?"
"Gue cuma mau makan berdua aja sama lo. Akaishi dan masalah Servamp hanya bualan gue semata."
"Ck." desis Lu
"Gak usah marah-marah. Lagian gue hanya mencoba untuk mengenal lo lebih dekat. Kalau ada dua makhluk itu gue gak bisa fokus."
"Gak bisa fokus gimana? Justru kalau lebih banyak orang itu. Lebih ramai."
"Malas aja. Pokoknya gue cuma mau bilang. Lo kalau ada perlu apa-apa. Panggil gue aja." Naell tersenyum kecil.
"Gimana caranya?"
"Cukup panggil nama gue dalam hati dan bayangin wajah gue. Maka, gue akan segera hadir di saat lo membutuhkan."
"Hmm."
"Gak perlu risau. Gue tahu kalau gue ganteng. Tapi coba fokus aja saat nyebutin nama gue."
"Ck," Lu memutar bola mata dengan malas, "Lo lama-lama jadi mirip Dexa. Sok kegantengan."
Netra Arsenal dan Dexa terus memandang ke arah Lu dan Naell. Melihat bagaimana ekspresi Lu dari jauh. Keduanya merasa, sepertinya tidak ada hal yang perlu di cemaskan.
"Dexa." lirih Arsenal. Yang di panggil pun menoleh.
"Apa?" sahutnya ketus
"Sudah berapa elemen?"
Biasanya di tingkat 2. Seorang anak di klan Clasimira minimal sudah menguasai 2-3 elemen sekaligus.
"Baru dua. Kenapa? Lo mau bandingkan diri gue dengan orang lain?"
"Tidak, gue cuma bertanya. Clasimira dan Biranda memiliki power yang sangat gue kagumi."
Alis Dexa bertaut. Dia agak bingung. Sekaligus terheran mendengar Arsenal memuji asrama lain. Padahal dasarnya, mereka yang berada di Lazuardi memiliki tingkat kesombongan di atas langit ke tujuh.
"Gue cabut duluan. Sepertinya Lu dan Naell bakal bicara cukup lama."
Arsenal melangkah pergi. Berbelok ke arah kiri. Dexa terus mengedarkan matanya. Mengikuti punggung Arsenal yang kian menjauh.
"Dexa."
Dexa menoleh, saat pundaknya di tepuk pelan oleh Lu.
"Makan siang bareng yuk." ajak Lu.
"Clasimira dan Biranda berada pada meja berbeda."
Lu sedikit tertengun
"Gak apa kan? Sekarang kan masih makan siang. Kalau makan malam kita baru makan di meja masing-masing."
Dexa melempar pandangan ke balik punggung Lu. Di sana, berdiri Naell dengan menyeringai lebar.
"Nafsu makan gue hilang." ucapnya ketus. Lalu mulai berjalan pergi meninggalkan Lu yang menatapnya penuh keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDELRA (Season 2 Penyihir Diwangka) End
FantasySeason 2 Penyihir Diwangka DI HARAPKAN MEMBACA PENYIHIR DIWANGKA TERLEBIH DAHULU. Jangan lupa menyetel lagu EXO Next Door saat membaca kisah ini. Lucy dkk lulus dengan gelar Mage. Tapi ini belum akhir. Petualangan menjadi seorang penyihir di SMA Di...