Chapter 16
Pesta Ulang TahunTiga hari yang sangat menyusahkan bagi Lu. Tante Mala terus saja membebaninya dengan segala pekerjaan rumah.
Lu selalu berharap waktu berjalan lebih cepat. Di tambah, Lu harus berusaha mengarang cerita tentang Diwangka ketika Vivian terus menanyai nya sepanjang waktu.
Gadis itu benar-benar merindukan semua pelajaran yang ada disana. Terlebih mengkhawatirkan sahabatnya, Mia. Ingin rasanya Lu menghubungi salah seorang dari rekan-rekannya.
Sayang, hingga detik ini. Lu belum bisa memiliki smartphone masa kini. Dia tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya. Kalau pun Lu punya cukup uang. Dia harus menabungnya.
"Lu." panggil Vivian saat Lu tengah sibuk mencuci piring kotor di sore hari.
"Cowok-cowok di sana pada ganteng gak?"
"Ehem." gumam Lu seraya menggangukkan kepala.
"Lo gak ada dekat sama salah satu dari mereka?" tanya Vivian kembali
"Gue kenal beberapa." tukas Lu
"Seberapa kenal? Jadi penggangum rahasia dari jauh? Lo punya kontak line atau WA mereka gitu? Ah, maaf. Gue lupa. Lo kan gak punya hape. Hahaha." tawa Vivian dengan jahat.
Lu merasa tidak terlalu ambil pusing. Baginya lebih baik memberikan jawaban yang di harapkan Vivian ketimbang jawaban yang membuatnya kesal.
Sudah beberapa hari, Lu penasaran dengan situasi di Diwangka. Apa semuanya berjalan baik atau tidak. Lagi pula, penyerangan itu di maksudkan untuk dirinya. Lu jadi merasa bersalah pada mereka yang terluka.
"Lucy!" panggil Vivian saat Lu telah menyelesaikan kegiatan cuci piring nya.
"Apa?"
"Jangan lupa seragam gue lo setrika sampai licin. Terus kamar gue tolong lo sapu dan pel dengan bersih."
"Iya, iya. Bakal gue kerjakan."
"By the way. Lo ada pacaran dengan salah satu anak di Diwangka gak?"
"Kenapa?" tanya Lu masam
"Gak ada. Hanya penasaran saja. Tipe cowok kayak gimana yang mau dekat sama lo."
"Gue punya empat."
"Hah?! Jangan ngacoh." ungkap Vivian tidak percaya.
"Mereka teman dekat gue."
"Gue gak percaya. Gak mungkin banget. Mereka mau sama anak barbar kayak lo."
"Terserah lo dech. Gue mau nyalain lampu depan dulu."
Lu pun melangkah pergi meninggalkan dapur. Di ikuti pandangan curiga dari Vivian.
"Lu pasti berbohong," gumam Vivian, "Mana mungkin ada cowok yang mau dekat dengannya. Paling tampangnya sebelas- dua belas dengan Preman gang di depan rumah."
Vivian tertawa terbahak-bahak membayangkan tampang cowok yang mengelilingi Lu.
Hari terus berputar. Detik demi detik berlalu. Kehidupan Lu tetap sama seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Dia tidak punya banyak waktu untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDELRA (Season 2 Penyihir Diwangka) End
FantasySeason 2 Penyihir Diwangka DI HARAPKAN MEMBACA PENYIHIR DIWANGKA TERLEBIH DAHULU. Jangan lupa menyetel lagu EXO Next Door saat membaca kisah ini. Lucy dkk lulus dengan gelar Mage. Tapi ini belum akhir. Petualangan menjadi seorang penyihir di SMA Di...