Chapter 6- Kebencian Lazuardi

675 99 59
                                    

Chapter 6
Kebencian Lazuardi

"Attackio Icendio!!"

Dinding es yang dibuat oleh Dexa sebelumnya. Kini telah hancur saat sulur-sulur yang dibuat Lu menembus nya.

Sulur-sulur mawar tersebut kini membeku dan membentuk sebuah ujung jarum yang sangat tajam.

Pupil mata Ragil membulat lebar. Dengan sangat cepat. Dia segera bergerak menghindar. Baru saja kakinya berpijak.

Dexa menyemburkan api yang menjalar melalui rumput di atas tanah.

"Ck!" umpat Ragil. Dia segera mengerahkan kekuatan udaranya agar menyokong tubuhnya ke atas.

CrasHh

Arsenal kembali melancarkan serangannya. Seberkas cahaya kebiruan menyeruak keluar dari ujung tongkatnya. Bagaikan rangkaian benang yang menjalar dan melingkup Ragil dari atas kepalanya.

Naell terkekeh melihat Ragil mulai kewalahan menghadapi Lu dan yang lainnya.

Lu, Dexa dan Arsenal secara kompak melancarkan seragam gabungan mereka. Lalu secara perlahan-lahan. Dexa dan Arsenal mulai berjalan melingkar. Lu masih tetap di posisinya.

Sekarang, Ragil berada di tengah-tengah. Dengan Dexa, Arsenal dan Lu berdiri mengelilingi. Perlahan-lahan. Lu mulai melebarkan efek serangannya.

Melalui udara yang berada di sekitarnya. Ia mulai memfokuskan diri menyerap mana Ragil.

Ragil yang menyadari hal tersebut. Di buat tercengang dengan serangan Lu yang secara mendadak tersebut. Bahkan efeknya pun mulai berimbas pada Arsenal, Dexa dan Naell. Bahu mereka sedikit bergetar. Saat sesuatu seolah menarik keluar paksa mana mereka.

Lu menyadari hal tersebut. Ada aliran mana yang di dalam dirinya terasa berbeda. Ia kembali memfokuskan pikirannya. Agar hanya tertuju pada Ragil.

Mana Ragil kembali di serap. Ini sebuah pertarungan yang menarik. Ragil tersenyum tipis. Melihat kemampuan Lu dkk. Dan dengan gerakan cepat. Ragil melompat ke udara. Kedua tangannya bergerak melingkar ke arah bawah. Menghasilkan cahaya yang menyilaukan mata.

"ArGHhh!!"

Semua orang menutup mata. Silaunya cahaya yang di keluarkan oleh Ragil. Bisa membutakan mata.

"Terpedo."

Tongkat sihir Arsenal mengayun. Saat telapak kaki Ragil mendarat di atas tanah. Akibatnya, tubuh ketua Kapel tersebut limbung dan hampir menyentuh tanah. Jika saja, tidak ada angin kecil yang berpusar di depan wajahnya. Agar menjaga agar Ragil tidak mencium tanah.

"Hufftt," Ragil menghela napas lega. Setelah dia dapat berdiri dengan posisi tegak, "Kalian bertiga ingin membunuhku?" ujarnya.

"Lo duluan yang melakukan itu pada kami." sahut Dexa

"Kombinasi serangan yang luar biasa Lucy." puji Ragil. Mengabaikan jawaban Dexa.

Lu tersenyum kecil, "Terima kasih."

"Gue rasa cukup sampai disini,"Ragil menjelaskan, "Sekarang mendekat. Gue bakal kasih arahan buat tes antar tim minggu depan."

ARDELRA (Season 2 Penyihir Diwangka) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang