Chapter 17- Persahabatan

618 99 88
                                    

Chapter 17
Persahabatan

Vivian rasa dia salah dengar. Rasanya mustahil jika para cowok itu bisa mengenali Lu. Dan apa? Mereka adalah cowoknya Lu? Itu mustahil dan tidak mungkin terjadi.

"ArggHhhHh!!" Vivian menjerit kesakitan saat Naell meremukkan tulang tangannya.

Tangan Vivian terkulai. Gadis itu meraung-raung kesakitan. Rasanya ada tulang yang patah.

Naell hanya tersenyum tipis memandang rendah Vivian. Tidak ada yang mampu mendekati Naell. Bahkan beberapa orang mulai berjalan jauh.

"Kalian bertiga menghancurkan pestaku!!" teriak Jessica

"Pesta? Pesta macam apa yang lo maksud? Dengan menyakiti tuan putri gue?" cecar Naell, "Wah ... Lo cari gara-gara. Kalau lo bilang iya."

"Ini pesta ulang tahun gue!!!" marah Jessica, "Jadi, suka-suka gue dong. Gue mau buat apa."

"Dan suka-suka gue dong. Kalau gue mau patahin tangan lo semua."

"Kalian dari Diwangka?" tanya seorang cowok dari dalam kerumunan. Mata Naell langsung memincing tajam.

"Menurut lo?"

"Kalian akan berurusan dengan kami. Jika kalian menyakiti Lucy." terang Arsenal dengan dalam.

Vivian bisa melihat. Bagaimana Lu tengah menangis dalam pelukan Dexa. Gadis itu ingin memaki Lu habis. Pasalnya, Lu tidak pernah cerita kalau dia memiliki teman cowok seperti Naell cs.

"Kalian ... Sungguh temannya Lu?

"Ya!!" jawab Naell, "Gue bakal bikin tulang tangan lo jadi serbuk. Jika lo masih saja membully Lu."

"Gue bakal melaporkan hal ini pada polisi!"

"Oh, lakukan saja. Gue bakal lapor balik pada mereka. Gue juga punya bukti tindakan pembullyan yang kalian lakukan."

Bibir Vivian terkatup rapat. Dia tidak dapat berbicara apapun. Perkataan Naell benar. Di satu sisi, dia juga salah. Tapi disisi lain. Vivian sungguh tidak menerima hal ini terjadi.

"Naell." lirih Lu. Maka yang di panggil pun menoleh.

Lu tengah berdiri di sisi Dexa. Wajahnya sembab penuh air mata dan dengan langkah cepat. Naell segera berjalan menghampiri Lu dan menariknya kasar dalam pelukan.

Pupil mata Lu hanya membulat dengan besar. Saat Naell semakin mempererat pelukannya.

"Gue sudah bilang. Kalau ada apa-apa. Lo mesti sebut nama gue." wangi Melon dari pelukan Naell langsung menyenangkan hatinya.

"Tapi lo selalu datang. Sebelum gue sempat berbicara." tukas Lu

"Itu karena gue bisa merasakannya. Gue bisa merasakan ketika diri lo dalam bahaya."

Lu hanya bisa tersenyum. Seraya membalas balik pelukan Naell.

"Terima kasih. Terima kasih karena lo udah mau peduli sama gue." ucap Lu terharu.

Naell pun melepaskan pelukannya.

"Lo gak perlu ngucapin terima kasih. Itu sudah jadi tugas gue sebagai guardian lo."

ARDELRA (Season 2 Penyihir Diwangka) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang