Chapter 14- Ketahuan

640 92 27
                                    

Chapter 14
Ketahuan

Kegiatan malam itu di bubarkan. Semua tim berkumpul di depan Kastil. Bahkan beberapa siswa-siswi harus di bawa ke ruang pengobatan dengan luka serius.

Bisik-bisik dan rumor pun mulai terdengar.

"Mereka mencari seseorang."

"Mereka mengatakannya Pandora."

"Tidak, mereka membicarakan tentang Servamp."

"Itu mustahil."

"Ada Servamp yang menyamar."

"Seorang siswa di Diwangka menjadi Akaishi."

"Lexio fortana tidak mungkin masih hidup."

"Tidak, itu tidak benar."

"Ada yang mencurigakan. Gue sudah mencurigai sesuatu."

Berpuluh-puluh mata tertuju pada tim Ardelra. Tidak, lebih tepatnya ke arah Lucy Ishani Fx. Mereka menghujani Lu dengan tatapan penuh kebencian dan sakit hati.

"Tidak mungkin gadis itu."

"Tak seorang pun dari mereka memperlihatkan keberadaan Servamp."

"Mustahil gadis itu adalah Akaishi."

"Semua orang terlalu menjaganya."

"Bukannya dia yang membuat Dexa dan Arsenal terlibat sidang di kementrian?"

"Gadis jahat."

"Gadis picik."

"Menjijikan."

"Semua orang terluka karena mencari dia."

"Aku tidak suka ini."

"Harusnya dia di keluar setelah pagi menjelang."

"Orang tuanya penghianat. Bukankah penghianat harus berada di Zaratas?"

Lu tidak mengerti. Mengapa semua orang tengah membicarakannya. Hatinya terasa sakit. Rasanya ia ingin menangis begitu mendengar ujaran-ujaran kebencian yang tertuju padanya.

Apalagi mendengar nama orangtuanya di sebutkan. Penghianat? Lu yakin itu tidak mungkin.

"Arsenal," lirih Ragil tanpa menoleh, "Bawa Lu dan Dexa ke dalam."

Arsenal mengganguk patuh. Lalu menatap Lu dan Dexa secara bergantian.

"Ayo masuk."

Lu menurut. Dia berjalan menuju kastil dengan kepala tertutup. Di ikuti Dexa dan Arsenal dari belakang. Sedangkan keberadaan Naell sudah ada di dalam tas dengan wujud kucingnya.

Mereka memilih untuk duduk di teras koridor yang memiliki kursi kayu panjang. Naell langsung melompat keluar dari dalam tas begitu saja.

"Siapa yang buat Lu menangis?!" tatapnya penuh amarah pada Dexa dan Arsenal.

Pasalnya, walau terdiam. Pipi Lu telah basah oleh air mata. Cacian dan hinaan membuatnya meneteskan air mata.

ARDELRA (Season 2 Penyihir Diwangka) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang