Chapter 11- Telur Sleepys

682 95 32
                                    

Chapter 11
Telur Sleepys

"Ada tempat yang lebih luas untuk berkelahi," seru Ragil datar, "Tapi tidak disini. Kalian berdua hampir membuat rekan kalian celaka."

Dexa tertunduk lesu. Ia mengaku salah. Tapi Naell tidak, matanya justru berkilat emosi pada rangkulan Arsenal pada Lu.

"Naell," seru Ragil kembali, "Lo bisa jadi tetap seperti itu di dalam kemah. Tapi diluar ... Lo harus kembali menjadi kucing."

Naell hanya bergumam kasar. Lu menatap mereka denga sorot mata ketakutan bercampur kesal.

"Gue akan istirahat dulu di kamar."

Lu berjalan pergi dari rangkulan Arsenal. Cowok Lazuardi itu tidak menahan Lu. Di biarkan gadis itu untuk  pergi beristirahat.

Netra Ragil kembali memincing tajam pada Arsenal, Dexa dan Naell.

"Ketua kelompok Ardelra adalah Lu. Dan selama gue gak ada. Kalian bertiga harus tunduk dengan apa yang di katakannya," tak ada sahutan, "Gue anggap kalian setuju dan sekarang istirahatlah. Kita akan memulai pencarian nanti sore."

Bayangan Ragil kembali menghilang di luar kemah. Dexa dan Naell saling melempar pandangan tajam.

"Sekali lagi. Lo ikat gue kayak tadi," telunjuk Naell mengarah ke wajah Dexa, "Gue pastikan wajah tampan lo akan bonyok jadi perkedel kentang."

Naell beringsut masuk ke dalam bilik. Di ikuti Dexa dari belakang yang entah sedang menggumankan apa.

Arsenal sendiri hanya bisa menghela napas berat. Lalu ikut menghilang di dalam biliknya untuk istirahat.

Seperti yang di janjikan Ragil sebelumnya. Mereka memulai pencarian ketika langit berubah senja. Makan malam sedikit di majukan. Mengingat aktifitas mereka tidak akan memungkinkan untuk pulang ke kemah. Jika hanya ingin pulang guna makan malam.

Kemah lain di sekitar mereka telah sepi. Sepertinya beberapa orang sejalan dengan Ardelra. Untuk membangun perkemahan di dekat sumber air.

"Telur Sleepys," seru Ragil, "Akan jauh lebih mudah di temukan saat malam hari. Saat cahaya bulan menerpa. Cangkang telur itu dapat bersinar."

"Tapi sulit untuk menemukannya," sela Lu, "Telur itu di sembunyikan di tempat-tempat tidak terduga."

"Makanya, gue menyuruh kalian mencarinya saat malam. Kita hanya perlu mengumpulkan 5 butir." Ragil menunjukkan telapak tangannya.

"Kenapa?" tanya Dexa, "Semua orang berusaha untuk mendapatkannya sebanyak mungkin."

"Lo akan tahu nanti."

Dexa berdecak kesal saat mendengarnya.

"Naell?" tanya Ragil kembali

"Ada dalam tas." sahut Dexa malas.

"Lo gak ikat dia lagi kan?" tanya Lu khawatir.

"Tidak."

"Syukurlah kalau begitu." Lu bernapas lega.

"Baiklah, ayo jalan!"

Langit malam gelap tanpa bintang. Hanya cahaya bulan sabit yang menyinari langkah kaki mereka. Di tambah cahaya dari ujung tongkat milik Arsenal.

ARDELRA (Season 2 Penyihir Diwangka) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang