[Warning! Chapter ini berisi unsur yg 'sangat' dewasa, bijaklah dalam menyikapi bacaan anda. Terima kasih]
•
•
•
•
•"Masuk Ren... Aku akan mengantarmu.." Tegurku saat ia hendak berjalan pulang.
"Tidak perlu..."
Aku sudah menduga jawabannya. Aku menghentikan mobilku dan keluar dari mobil. "Apa yg kau lakukan, pulang saja sana!" Ucap Ren saat melihatku turun dari mobil.
Aku tak menanggapinya dan menarik tangannya untuk masuk. "Lepaskan!" Tepisnya.
"Aku mohon.. Biarkan aku mengantarmu pulang..." Sekarang aku mengerti kenapa dia pulang jalan kaki, mengetahui jarak rumahnya, sekolah lumayan jauh... Selama ini Kukira Ren hanya memarkirkan kendaraannya diluar sekolah seperti yg ku lakukan, tapi ternyata tidak.
"Aku tidak butuh tumpanganmu!" Bentak Ren.
"Aku sudah tau semuanya, dan aku tidak mungkin membiarkanmu berjalan lagi seperti ini, aku mohon naiklah.. Rumahmu jauh Ren."
"Aku... Sudah biasa seperti ini." Ucapnya dan menunduk dan berbalik.
Aku kembali menarik tangannya. Tapi seperti biasa, ia selalu menepis tanganku, bahkan menginjak kakiku. Aku sedikit meringis.
"Kenapa kau sangat keras kepala? Tidak bisakah kau Hiraukan saja aku seperti saat kita pertama bertemu.. Tolong, kau pulanglah..."
"Tidak!"
"Kau mau ku pukul?!" Bentaknya.
Aku menunduk dan mendekatkan wajahku ke arahnya. "Silahkan... Pukul saja aku... Tapi setelah itu kau harus masuk ke mobil.." Ucapku tersenyum simpul.
Aku melihat pipinya yg merona, ia mendengus dan memalingkan wajahnya. Sekarang, aku tidak peduli dan tidak akan takut pada Ren. Aku rela jika harus dipukul atau diinjak olehnya asalkan ia mau menurutiku.. Aku hanya tidak ingin membiarkannya kesulitan, setidaknya aku bisa melakukan sesuatu untuknya, mengantarnya pulang hanya hal kecil. Aku tidak bisa hanya diam saat tau semua masalah yg ia punya.
"Baiklah... Ayo masuk.." Aku langsung menggendongnya ala bridal style.
"Lepaskan! Reiji, ku bilang lepaskan!" Rontanya. Aku tak mengubrisnya dan menurunkannya ke mobilku.
Tepat setelah itu aku langsung menguncinya agar ia tak bisa keluar. "Apa yg kau lakukan Reiji, aku tidak butuh tumpanganmu!"
Aku meraih kedua tangannya yg sibuk membuka pintu mobil dan menggenggamnya dgn erat. "Ku mohon... Setidaknya ada hal kecil yg bisa ku lakukan untukmu... Sekarang kan kita adalah teman yg saling berbagi cerita.. Aku hanya ingin membantu." Kalo saja aku bisa jadi lebih dari temanmu Ren, aku pasti akan melindungimu dengan segenap jiwaku.
Ren terdiam menatap manik mataku. Ia menarik tangannya dan menunduk diam. "Terima kasih sudah membiarkanku mengantarmu..." Ucapku tersenyum simpul.
"Tidak... Seharusnya aku yg berterima kasih, kau sudah banyak membantuku... Aku selalu menyusahkanmu Rei, maafkan aku." Oh tidak, Ren mulai terisak.
"Ah Ren.. Jangan menangis lagi.. Kau sudah cukup banyak menangis hari ini... Ku mohon.."
"Maafkan aku... Akhir-akhir ini aku sangat sensitif..." *hiks
"Baiklah, keluarkan semua isi hatimu... Kau bisa menangis sekencang-kencangnya disini, tidak akan ada orang kelas yg melihatmu.." Aku menarik tisu dan memberikannya pada Ren.
Ia terus menangis, mendengar isak tangisnya membuatku ingin sekali memeluknya tapi aku sedang fokus menyetir. Sedikit lucu melihat sisi gadis preman yg lemah ini... Aahh andai aku bisa terus berada di sampingnya. Dia punya sifat kasar, dan hati yg rapuh. Dia butuh seorang pelindung yg bisa menjadi tempatnya bersandar, aku ingin sekali mengisi posisi kosong itu, Ren~
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)
Romance‼️[Sequel of 'My Boyfriend is a Ghost?']‼️ "Konnichiwa~! Aku Reiji, seorang anak indigo yg lahir dari pernikahan manusia dan mantan hantu. Ya, ayahku dulunya seorang hantu yg berhasil hidup untuk kedua kalinya, raga yg sekarang ia gunakan adalah rag...