Chapter 11: Teman Lama

905 33 0
                                    





Tok tok tok

"Reiji.. Bangunlah... Kumohon..."

Tok tok tok!

"Aduhh.. Reiji... Bangun!"

Tessss 💧

Aku mengerjapkan mataku saat setetes air jatuh tepat dimata kananku. "Akhirnya... Cepat bangun, ayahmu mengetok daritadi..."

Aku mengucek mataku, perlahan aku melihat sepasang mata merah dan rambut panjang yg basah, sekujur tubuhnya basah kuyup. Ah Liya, sangat senang melihatnya lagi di pagi hari. Aku tersenyum menatap wajah cantiknya sedangkan ia hanya menaikkan alisnya bingung. Sedang asiknya memandangi wajahnya hingga ketokan pintu mengejutkanku.

"Kau mau sekolah atau tidak Reiji?!"

Tok tok tok

Ah ya ampun. Itu suara ayah. Aku memijat dahiku dan menghela nafas. "Aku membangunkanmu dari tadi, tapi sekarang kau sangat sulit untuk bangun pagi. Tidak seperti dulu." Ucap Liya, ia berdiri di samping kasurku, aku yakin dia tidak mau kasurku ikut basah gara-gara tubuhnya, padahal itu hanya Ilusi, air itu tidak nyata.

"Hey Reiji! Ayah harus segera berangkat kerja! Setidaknya jawab ayah kalo kau sudah bangun, ayah takut kau bisa terlambat kalo ayah berangkat duluan!"

Ck. Aku terpaksa beranjak dari kasur, dengan malas berjalan gontai untuk meraih gagang pintuku hingga Liya menerguku. "Apa yg kau lakukan?" Bisiknya terlihat cemas.

Aku sempat bengong sampai aku sadar, Liya masih disini. Aku menghentikkan langkahku dan mengangguk padanya. "Aku sudah bangun ayah, berangkatlah duluan!" Jawabku.

"Ooh? Baru bangun? Apa kau tidak lihat sudah jam berapa sekarang?! Dari tadi ayah teriak seperti orang bodoh disini, buka pintunya!"

"Tidak mau! Ayah berangkat sana!"

"Ada apa denganmu?! Kau tidak pernah mengunci pintumu, akhir-akhir ini kau jadi sering seperti ini.. Apa yg kau sembuyikan?!"

Seketika mataku melotot, begitu pun Liya yg terlihat panik. Aishh.. Kenapa ayah selalu tau apapun yg ku lakukan. "Tidak ada. Aku hanya tidak mau melihat ayah, aku tidak mau mood pagi hariku rusak karna pada akhirnya kita akan bertengkar!"

"Itu tidak akan terjadi jika kau berhenti membahas soal hantu itu lagi!"

"Sudah ku bilang, aku tidak akan pernah berhenti sampai ayah menerimanya!"

"Reiji ini bukan saat yg tepat, buka saja pintunya!"

"Tuhkan.. Ayah tidak mau mendengarkanku. Aku bangun dengan perasaan marah dipagi hari, ditambah dengan ayah yg sekarang merusak Mood-ku... Tolong... Sekali saja.. Bisakah ayah biarkan aku sendiri? Urus saja urusan ayah dan pergilah bekerja, saat ini aku sangat tidak ingin bertemu dengan ayah!"

Aku tak mendengar apapun setelah itu. Aku melirik Liya, ia menunduk dan memeluk tangannya, wajahnya terlihat sedih. Beberapa detik kemudian aku mendegar ayah lagi, kali ini suaranya kembali merendah dan terdengar lemah.

"Ba-baiklah.. Maafkan ayah, pastikan kau memakan sarapanmu dan berangkat sekolah tepat waktu..  A-ayah akan berangkat duluan, jangan lupa.. Kunci pintu keluar." Ucapnya rendah, dan suara langkah kakinya semakin menjauh.

Jujur aku merasa bersalah, sepertinya ucapanku menyakiti ayah, tapi... Aku tidak punya pilihan lain. Aku hanya bisa terdiam dibalik pintuku dengan kepala yg tertunduk, memikirkan perkataanku sendiri.

Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang