Chapter 8: Memergoki Ayah

1.3K 38 0
                                    





Aku melambaikan tangan dari kaca mobil setelah Ren keluar. Ia melemparkan senyuman dan berbalik untuk pulang. Seperti biasa, aku melihat Ibunya yg memakai pakaian seksi dgn ponsel ditangannya, menatap Ren dengan alis yg diturunkan. Yah, aku rasa Ren akan dimarahi lagi karna tak mengangkat telponnya atau pulang terlambat. Entahlah, hanya Ren yg tau. Aku memilih untuk segera pergi sebelum ibunya menyadari mobilku yg mengamatinya.

Aku menghela nafas. Hari ini benar-benar melelahkan. Hatiku masih merasa gelisah, aku masih khawatir dengan Liya. Saat ini dia pasti sangat sedih dan kecewa, rasanya aku ingin memaki Ren karna sudah ngomong ceplas ceplos dgn Liya ttg Logo itu. Tapi aku tak seberani itu. Harusnya Ren bisa lebih memikirkan perasaan orang lain sebelum bicara, yah.. Walaupun Liya adalah hantu, tapi dia masih punya hati. Sudahlah, biarkan itu berlalu. Yg jelas aku harus kembali besok dan menenangkan Liya dari omongan Ren, aku tidak mau kami berhenti berteman.

***

Aku berjalan pelan menuju pintu Apartemen kami. Aku sangat lelah dan lapar, aku harap ayah sudah memasak makan malam. Perlahan aku memasukkan kata sandi untuk membuka pintu, yah.. Kami tak menggunakan kunci, gembok, atau kartu untuk masuk, perusahaan ayah mendesain setiap pintu ruangan/kamar di apartemen ini dgn password, agar lebih aman katanya. Entahlah, teknologi perusahaan game memang canggih.

Begitu suara 'Bip' sudah terdengar, aku meraih gagang pintunya dan membukanya perlahan.

Ceklek

"Ta-tante Alice?!" Ucapku terkejut. Aku mematung di ambang pintu saat mendapati ayah dan tante Alice sedang berpelukan dan berciuman mesra di sofa tamu. Jantungku berdetak kencang dan aku gemetar menyaksikannya, walau aku pernah melakukan hal yg sama... Tapi, aku tak pernah membayangkan ayah akan melakukannya.. Dengan tante Alice pula.

Mereka langsung berdiri dan merapikan penampilan. Aku bisa melihat ayah tersenyum rengkuh padaku dan menggeleng. "Eeh.. Reiji... Ini tidak seperti yg kau bayangkan.." Ucap tante Alice. Pipinya benar-benar memerah, dan samar-samar aku bisa melihat Kissmark kebiru-biruan dilehernya, aku yakin itu ulah ayah, wow.. Aku tidak tau kalo ayah sekasar itu.

"Ohh tidak apa... Tidak apa, ehm.. Ma-maaf sudah menganggu waktu kalian... Aku akan.. Pergi ke kamarku." Ucapku dan menunduk, berjalan dengan langkah yg cepat menuju kamarku.

Namun hampir saja aku meraih gagang pintu kamarku, ayah menarik jas seragamku. "Tunggu sebentar... Apa meminjam buku di rumah temanmu selama ini?" Ucap ayah, menatapku serius.

"Iya, rumahnya jauh." Jawabku datar. Ayah hanya menaikkan alisnya sebelah, seolah meminta penjelasan yg lebih akurat. "Ehm.. Aku... Aku tidak jadi meminjamnya, aku langsung menyalinnya saat itu juga dirumahnya, lalu langsung pulang, sungguh." Ucapku lagi.

Ayah menghela nafas dan melepaskan jasku. Aku melirik tante Alice yg hanya tersenyum rengkuh sembari menunduk. "Bersihkan dirimu dan langsung ke meja makan, ayah dan tante Alice sudah memasak makan malam untukmu." Ucapnya.

Aku tersentak. "Untukku? Kenapa?"

"Yah.. Tidak ada. Tante Alice kebetulan datang untuk berkunjung saat ayah sedang memasak, sembari menunggu kau pulang dia membantu ayah.. Kau pulangnya lama sekali, makanannya hampir dingin.."

Sekali lagi aku melirik tante Alice yg hanya menunduk, aku rasa masih malu karna tertangkap basah olehku tadi, sedangkan ayah? Dia sangat pintar mengendalikan ekspresi, seolah tak terjadi apa-apa. Cih, sebenarnya aku masih marah, aku sudah memutuskan untuk bicara dgnnya sebelum ayah menerima Liya, tapi dia selalu punya banyak cara untuk membuatku bicara.

Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang