1

399 43 55
                                    

"kita mungkin punya 1.000 alasan untuk tetap hidup. salahkah jika saya hanya memilih satu diantara ke seribu alasan tersebut? bukankah hidup itu pilihan?"

- Amela

Amela Anasthasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amela Anasthasya. Gadis tanpa senyum serta memiliki tingkat kepedulian sosial yang rendah. begitulah dirinya di mata banyak orang yang tidak mengenalnya.

Gadis cantik yang dipaksa untuk bersikap dan berpikir dewasa sebelum waktunya. Gadis mungil yang dengan berlapang dada mengorbankan waktu mainnya, untuk duduk di kamar dan belajar sepanjang hari. Gadis yang melewatkan masa indah di bangku SMP-nya agar bisa lebih cepat masuk ke SMA.

Gadis dengan segudang prestasi akademik sekaligus Designer muda yang kini sudah menjabat sebagai seorang CEO di sebuah perusahaan yang menyediakan jasa desain baik desain busana, desain tata ruang serta instruksi bangunan.

Kebahagiaannya bukanlah tujuannya melakukan berbagai hal yang membuatnya harus mengorbankan banyak hal berharga yang bahkan tidak dapat diulangnya.

Tujuan hidupnya sedikit berbeda dengan beberapa orang. mungkin membahagiakan keluarga bukanlah hal yang baru bagi banyak orang,semua orang pastinya ingin membahagiakan keluarga mereka masing-masing. namun, yang dimaksud Amela tentang kebahagiaan orangtuanya adalah dengan menjadi tulng punggung keluarga serta menjadi seseorang yang harus selalu siap menanggung penderitaan keluarganya. sederhananya, mereka hanya perlu merasakan kebahagiaan, sedangkan soal penderitaan, itu merupakan bagian yang akan dirasakan olehnya.

Suara tawa serta ekspresi bahagia adalah pemandangan pertama yang dilihat oleh Amela ketika gadis itu hendak sarapan. tanpa senyum atau sepatah kata yang keluar dari mulutnya, gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu mengambil sekotak bekal yang telah disediakan di atas meja makan kemudian beranjak dari tempat itu setelah sebelumnya mengisi bekal tersebut ke dalam tasnya.

Jika kalian bertanya mengapa gadis itu tidak bergabung untuk sarapan bersama kedua orangtua serta adik angkatnya, maka gadis itu akan menjawab "saya nggak mau ngerusak suasana bahagia mereka. saya sadar posisi" .

Rutinitas pagi tersebut sudah berjalan sejak gadis itu duduk di bangku SD. ia selalu hidup bak makhluk tak kasat mata yang akan diperlakukan bak anak kesayangan ketika mendapatkan penghargaan yang disorot oleh banyak media. yang hanya diajak berbicara ketika bertemu kolega baru dan yang akan dibangga-banggakan di hadapan keluarga jika ada acara keluarga.

Karena hal itulah, Amela enggan peduli dengan hal-hal yang terjadi disekitarnya. bukan karena ia juga ingin sekejam orangtua serta adik angkatnya, tapi karena ia tidak ingin identitasnya yang sebenarnya terbongkar. biarlah ia hidup dengan mendapat berbagai cemoohan daripada harus hidup dengan dikelilingi oleh manusia-manusia bertopeng yang hanya mengejar harta dan ketenarannya.

Kelas masih sepi ketika Amela mendudukan dirinya di bangku miliknya kemudian mulai sarapan.

"Pagi Mel Mel kuh," kata Rika, gadis periang yang sudah menjadi sahabat serta satu-satunya teman yang dimiliki Amela. gadis imut yang baru saja duduk di sampingnya mendengus karema hanya mendapatkan deheman sebagai jawaban untuk sapaannya.

(HWARANG'S 2) Amela's world (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang