"Masalah itu bagaikan sebuah ujian. Kamu hanya perlu belajar lebih giat dan berusaha lebih keras lagi, agar bisa menyelesaikan setiap potongan soalnya"
- Arya
Typo bertebaran gengs🙏
Happy reading 😚💜Amela terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Dengan langkah pelan, gadis itu beranjak menuju kamar mandi.
Ia menatap kosong pantulan dirinya di cermin. Kantung mata yang menghitam, rambut acak-acakan, serta wajah yang pucat.
Setelah menggosok gigi dan mandi, gadis itu kembali ke kamarnya untuk mengganti baju dengan pakaian santai.
Tidak ada buku di meja belajarnya. Hanya ada laptop, ipad serta buku gambar miliknya. Terdapat juga beberapa peralatan menggambarnya.
Sudah satu minggu sejak dia dikeluarkan dari sekolah. Ia sama sekali tidak makan apapun kecuali minum air dan makan sebuah apel.
Ia juga tidak keluar kamar selama berhari-hari. Bahkan, ia tidak pernah mengizinkan seorangpun untuk masuk ke kamarnya.
Yang ia lakukan hanyalah duduk di balkon, sambil menatap kosong dan melamun di sana.
Rutinitasnya selalu seperti itu. Amela yang sangat menghargai waktunya, kini sudah berubah menjadi sosok lain. Sosok yang berbeda dari dirinya yang dulu.
Ia memang tidak punya mimpi yang jelas. Impiannya adalah orangtua dan adiknya selalu hidup bahagia dan berkecukupan.
Ia bukan juga seseorang yang sekuat itu. Sikapnya dingin, namun ia juga punya sisi lemah di dalam dirinya. Dirinya yang rapuh dan menyedihkan. Inilah dirinya yang sekarang.
Tok... tok... tok...
Ketukan pintu, tidak membuat Amela beranjak dari tempatnya. Hawa dingin karena hujan yang turun di pagi ini, tidak membuatnya beranjak dari sana. Tubuhnya seakan mati rasa.
Suara gagang pintu yang disusul dengan terbukanya pintu kamar Amela, tidak juga mengalihkan perhatian gadis itu.
Sampai, sebuah selimut menyelimuti tubuhnya. Barulah gadis itu menoleh ke samping. Dapat ia lihat dengan jelas, Putri. Ibu angkatnya sedang duduk di sampingnya. Wanita paruh baya itu, merapikan letak selimut agar dapat menutupi tubuhnya.
"Kamu nggak kedinginan mel?" Tanyanya yang membuat Amela mendongkak.
Sejak duduk di bangku SMP, Amela tidak pernah berbicara dengan Ibu angkatnya. Sampai pada saat ini, kali pertama Putri masuk ke kamarnya dan bahkan berbicara dengannya.
Amela hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Ia masih sangat canggung, jika harus berbicara dengan ibunya.
"Udah lama banget yah, mel? Kita nggak pernah ngobrol berdua. Entah mama yang terlalu sibuk, atau kamu yang selalu menghindar. Mama nggak nyangka lho, kamu udah sebesar ini. Waktu itu nggak kerasa yah?" Putri masih berceloteh. Amela ingin sekali menjawabnya. Namun, gadis itu masih merasa canggung.
"Mama tau, mungkin selama ini kamu nggak pernah diajak ngobrol sama mama dan papa. Tapi, bukan berarti kita nggak sayang sama kamu. Fakta bahwa kamu bukan anak kandung kami pun bukan alasan kami nggak mau ngobrol sama kamu. Dulu, saat SD. Kamu selalu dapat rangking, menang lomba dan berprestasi. Itu alasan kenapa mama sama papa masukin kamu ke jalur akselerasi pas SMP. Iya, itu mmeberatkan kamu. Itu mengganggu kamu, karena kamu orangnya perfectionis dan menghargai waktu, kamu jadi menghabiskan semua itu dengan les dan belajar. Mama nggak tega. Tapi, mama bisa apa kalau itu udah jadi kemauan kamu." Jelas putri yang membuat Amela mulai sadar akan apa yang selama ini ia lewatkan. Bukan orangtuanya yang salah, tapi karena anggapannya yang membuat gadis itu seolah menutup komunikasi dari orangtuanya.
***
Ayyo! Up again
Siap " 3 notif lagi guys😚💜💜
Jgn lupa voment part ini yah😉💜
See u next update😉
Purple you always💜💜
Tertanda
Hldgrd
KAMU SEDANG MEMBACA
(HWARANG'S 2) Amela's world (END)
Teen FictionCinta itu boros. Boros waktu, uang dan banyak hal. Cinta juga nggak bisa buat gue bahagia, jadi mending lo ngelakuin hal yg lebih berfaedah dari ngejar sesuatu yg nggk bakalan lo dapat! Buang-buang tenaga!- Amela Bisakah Arya dan Arka menghilangkan...