3

119 33 19
                                    

"Cinta itu anugrah dari sang pencipta, kamu mungkin bisa berkata jika kamu tak butuh cinta. Tapi, tanpa kamu sadari, kamu terlahir karena adanya cinta."
- Arya

Amela masih merutuki kesalahannya beberapa saat yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amela masih merutuki kesalahannya beberapa saat yang lalu. Meskipun ia jarang peduli dengan keadaan sekitarnya, entah kenapa, ia merasa tidak nyaman setelah melakukan hal yang sebenarnya adalah sebuah kesalahpahaman.

"Kamu masih SMA yah, La?" tanya Arya yang membuat Amela menatapnya. Bukan karena pertanyaan tadi, melainkan karena panggilannya yang sangat berbeda dengan orang-orang kebanyakan. 

"Iya, Pak," jawab gadis itu sekenanya.

"Jangan panggil pak, dong. Panggil nama saya aja yah? Kalo dipanggil pak, berasa tua banget sayanya," kata Arya yang sesekali menatap Amela kemudian kembali fokus menyetir.

"Mmmm kalo boleh tahu, umur kamu berapa?" tanya Amela berusaha menghilangkan kegugupannya. 

Entahlah, setelah sekian lama diam. Ia mendadak ingin bertanya mengenai hal itu, apalagi ketika menatap Arya yang sedang menyetir dari samping. Rahangnya yang tegas, tubuhnya yang proporsional dan hidung mancung-nya. 'Tampan'. Hanya itu yang terlintas di otaknya.

"Emang umur kamu berapa?" jawab Arya balik bertanya, kali ini dengan senyum tipisnya.
"Ditanyain malah balik nanya" gerutu Amela yang masih bisa didengar oleh Arya. Hal itu sempat membuat cowok itu tertawa pelan. Lagi-lagi pemandangan Arya yang sedang tertawa membuat Amela kembali menegang dengan jantung yang berdegup kencang.

"Enam belas" jawab Amela membuat Arya terbatuk sebentar.

"bohong" protesnya membuat Amela mengercutkan bibirnya kesal

"iya, tujuh belas" jelas Amela membuat Arya kembali terbatuk.

"Minum dulu deh," kata gadis itu sambil menyodorkan sebotol air mineral yang baru saja ia buka tutup botolnya.

"Kalo kamu nggak enak badan, mending kita pulang aja deh," tambah Amela ketika Arya sedang sibuk meminum airnya.

Lagi, Arya dibuat tersendak akibat perkataan Amela barusan.

"Nggak, saya baik-baik aja. Saya tadi batuk karena kaget kalo umir kamu baru segitu. Padahal, tadi saya udah kepedean bilang umur kita cuman beda tiga tahun aja," jelas Arya membuat gadis itu terkekeh.

Arya masih setia menatap Amela. Jujur saja, selama mereka berbicara. Gadis itu tidak pernah menampilkan senyumnya. Dan sekarang, akhirnya ia bisa melihat gadis itu tersenyum kemudian terkekeh. 'Dia nggak hanya pintar dan berwibawa, dia juga cantik' batin Arya.

Amela menatap heran sebuah penthouse yang sangat tidak asing untuknya. Yah, ini adalah satu diantara beberapa penthouse yang dibangun dan di design oleh perusahaannya.

Namun, bukan hal itu yang membuatnya heran, melainkan alasan mengapa Arya membawanya kemari.

Masih dengan kebingungan, Amela keluar dari mobil setelah pintu penumpang dibukakan oleh Arya untuknya.

Gadis itu kembali menegang dengan jantung yang kembalo berdegup kencang ketika Arya menggenggam tangannya. 'Jantung gue mulai nggak beres nih. Kayaknya, gue harus minta Sarah buat ngatur jadwal konsultasi ke dokter' batin Amela sambil memegang dadanya.

"Kenapa?" tanya Arya begitu mendapati gadis di sampingnya itu tengah memegang dadanya.
"Nggak papa" jawab Amela disertai senyuman tipis miliknya. Namun, itu hanya bertahan sbeberapa detik saja. Gadis itu kembali menampilkan ekspresi andalannya 'datar'.

Hal pertama yang dilihat Amela begitu Arya membawanya masuk ke rumah tersebut, adalah suasana harmonis khas keluarga.

Pemandangan yang selama ini sangat ingin ia lihat dan rasakan. Sepertinya Ini adalah acara kumpul keluarga besar Arya.

Arya menatap Amela yang kembali tersenyum saat menyaksikan betapa ramainya suasana meja makan yanh sudah dipenuhi oleh sanak saudaranya.

Hari ini memang bukan hari ulang tahunnya, namun, karena hari ini adalah hari peringatan kematian kedua orangtua serta hari dimana adik laki-lakinya menghilang. Maka malam ini ia mengadakan makan malam bersama.

Alasannya, karena ia tidak ingin melihat Raya adiknya menangis dan akhirnya membuatnya juga ikut menangis.
***

Hola, hari ini saya double up yah
Karena beberapa hari yang lalu nggak sempat up
Semoga kalian pada suka dan betah yah baca cerita ini
Jgn lupa voment😉
I purple u
See u next update, hwarang's💜💜

(HWARANG'S 2) Amela's world (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang