"Yang dingin itu bukan es, tapi kamu"
- ArkaAmela menatap kaget seorang cowok yang kini tengah menatapnya juga.
Gadis yang sedang menikmati makan siangnya itu harus menahan umpatan yang sedari tadi sudah ingin ia keluarkan.
Seorang Arka Wijaya yang kini tengah duduk dihadapannya membuat seluruh penghuni kantin menatap ke arahnya.
Entah apa mau cowok itu, ia benar-benar sudah mengganggu ketenangan Amela.
Dengan memasang tampang paling datarnya, Amela mulai beranjak dari tempat itu setelah kedatangan Rika.
Kedua cewek itu memang sudah berniat untuk kembali ke kelas. Amela masih menikmati batagor terakhirnya sambil menunggu Rika ketika Arka datang menghampirinya.
Dengan sekali hentakan, Arka berhasil menghentikan langkah Amela yang hendak beranjak dari kantin.
Perlakuannya itu membuat semua mata memandangnya, tak terkecuali Amela.
Gadis itu sedari tadi sudah memasang wajah kesalnya. Namun, sepertinya hal itu tidak dipedulikan oleh cowok yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Amela masih menatap tajam Arka yang masih setia mencekal tangannya. Gadis itu sudah berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan cekalan tangan tersebut.
Namun, nihil. Kekuatan seorang Arka Wijaya benar-benar kuat.
"Apa?" tanya Amela dengan ekpresi datarnya.
Bukan menjawab, Arka malah tersenyum sambil mengusap punggung tangannya.
Amela memanfaatkan situasi itu, gadis itu dengan cepat manarik tangannya dari genggaman Arka kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke kelas yang tadi sempat terhenti.
Amela benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan gila Arka tadi.
Cowok itu sudah menjerumuskan dirinya sendiri dalam daftar orang yang harus dihindari oleh Amela.
Amela sangat benci menjadi pusat perhatian. Tapi, sepertinya kejadian tadi akan membuatnya terganggu.
Lemparan bantal mengenai wajah Amela. Jangan tanya siapa pelakunya, yang pasti itu adalah ulah Rika.
Saat ini mereka sedang berada di rumah Rika, lebih tepatnya di kamar gadis itu.
Amela yang memintanya, karena gadis itu sedang malas pulang ke rumah. Apalagi, mereka dipulangkan lebih awal karena usai istirahat tadi, guru-guru sedang mengadakan rapat.
"Apa?" tanya Amela dengan nada biasa saja. Gadis itu memang jarang sekali menunjukkan kekesalannya pada siapapun termasuk Rika.
"Lo tuh yah, gue tanyain dari tadi malah diem aja!" jawab Rika dengan ekspresi kesal miliknya.
"Emang lo lagi ngomong?" tanya Amela yang berhasil membuat kekesalan Rika makin menjadi-jadi.
Jujur saja, Amela ini tipikal orang yang irit ngoming dan pelit ekpresi.
Tapi, sekalinya ngomong akan membuat si lawan bicara kesal setengah mati."Lo mau ngelakuin apa supaya si Arka itu nggak ganggu lo? Lo tau kan dia siapa?" tanya Rika setelah hening beberapa saat.
Gadis itu masih menenangkan dirinya karena ulah sang sahabat.
"Gue juga nggak tau. Dan yang pasti, gue nggak mau nyewa bodygurd karena itu bakalan memperburuk suasana," jelas Amela dakhiri helaan nafas kasar.
"Berurusan sama dia emang bakalan buat lo jadi pusat perhatian dan topik utama sekolah. Selain karena dia anak hwarang, dia juga jarang nunjukin hal-hal yang kayak tadi," kata Rika sambil menatap prihatin sahabatnya yang kini sedang berpikir keras.
"Kalo boleh jujur yah, Ka. Gue lebih seneng dia digosipin homo atau meme dari pada digosipin sama gue," jawab Amela yang membuat Rika melongo kemudian tertawa ngakak setelahnya.
Sahabatnya , bisa gila juga ternyata.***
Hey guys, long time no see...
Gimana kabarnya?
Sorry uodatenya telat...
Author belakangan ini lagi sibuk banget...Jgn lupa vote and coment part ini yah..
See you next update
Purple u always,
Hwarang's
KAMU SEDANG MEMBACA
(HWARANG'S 2) Amela's world (END)
Genç KurguCinta itu boros. Boros waktu, uang dan banyak hal. Cinta juga nggak bisa buat gue bahagia, jadi mending lo ngelakuin hal yg lebih berfaedah dari ngejar sesuatu yg nggk bakalan lo dapat! Buang-buang tenaga!- Amela Bisakah Arya dan Arka menghilangkan...