23

33 8 1
                                    

"Semuanya akan baik-baik saja. Anggap saja, kita sedang berada di level medium dalam sebuah game. Kita hanya perlu bermain dengan lebih baik agar bisa melewatinya."

-Arya

Typo bertebaran gengs🙏

Happy reading😚💜

"Justru lebih menyedihkan anda. Yang memanfaatkan situasi ini untuk menindas siswa, apakah anda mencari uang dengan cara yang seperti ini? Miris!"

Suara barusan, membuat bu Gita, bu Stefy dan Amela terdiam dan sontak menoleh ke arah pintu.

Di sana, sudah berdiri seorang pria dengan stelan jas kantor dan tatapan tajamnya.

'Arya' lirih Amela yang nyaris tidak terdengar.

Yah, pria itu tiba-tiba saja langsung masuk begitu mendengar penghinaan yang terlontar dari mulut kedua guru BK tersebut.

"Setau saya, guru BK adalah mereka yang mengerti dengan kondisi psikis seorang siswa. Dari gelarnya saja, S. Psi, sudah bisa diketahui. Seharusnya, guru BK menyelesaikan masalah dengan bijaksana. Tapi, sepertinya sekolah ini salah memilih guru BK. Alih-alih menyelesaikannya dengan bijaksana, anda berdua justru melontarkan kata-kata kasar yang justru lebih mengarah ke menindas murid yang bermasalah. Ck ck ck" pria itu kembali bersuara, setelah sudah berada di samping Amela.

Amela mencoba memberikan kode pada Arya, dengan meremas tangan pria itu. Sepertinya, pria itu tidak memperdulikannya. Terbukti dengan semakin eratnya ia menggenggam tangan Amela.

"Siapa anda? Lancang sekali masuk le ruang BK dan berbicara sembarangan" kali ini, bu Gita yang bersuara.

Bu Stefy hanya terdiam sambil menunduk di tempatnya. Mungkin mulai takut, Entahlah.

"Saya Arya, Pria yang kalian anggap sebagai pelanggan Amela. Saya di sini ingin mengklarifikasi tentang isu tidak benar yang beredar di sekolah ini. Tentang Amela yang katanya sedang hamil dan difitnah. Saya ingin mengklarifikasi semuanya" Arya menjawab dengan lantang dan tak terbantahkan.

Bu Gita sempat membelalakan matanya.  Berbeda dengan bu Stefy yang kembali bersuara.

"Ada baiknya, kita menghubungi orangtua murid untuk datang ke sini. Kita akan menyelesaikan masalahnya hari ini juga"  ujarnya kemudian mulai mengetik sesuatu di handphonrnya.

Amela berani bertaruh, bahwa bu Stefy tengah menelpon orangtuanya.

"Bu, saya mohon. Jangan telepon orangtua saya. Silahkan hukum saya, saya siap menerima hukumannya. Seberat apapun itu" pintanya sambil beranjak memegang lengan bu Stefy.

Namun, usahanya gagal. Bu Stefy menghempas tangannya, kemudian beranjak ke luar ruangan untuk menelpon orangtua Amela.

Amela hendak menyusulnya, namun Arya dengan sigap menahannya kemudian membawa gadis itu di dalam dekapannya.

"Lepasin!" Bentak gadis itu kemudian mendorong Arya dengan kasar.

Ia hendak menghampiri bu Stefy, namun nihil. Guru tersebut sudah kembali dengan senyum kemenangan miliknya.

"Silahkan duduk, sambil menunggu kedatangan orangtua Amela." Kata-kata bu Stefy barusan, membuat Amela terdiam di tempatnya. Seluruh tubuhnya sangat lemas, ia benar-benar ingin menghilang saja sejarang.

Seseorang, tolong bangunkan Amela dari mimpi buruk ini.

Arya menuntun Amela untuk duduk di sofa yang ada di sudut ruangan, bersamanya. Dapat ia rasakan, bagaimana Amela hanya terdiam dengan tatapan kosongnya. Dan bagaimana gadis itu terlihat sangat lemas.

Mereka duduk berdampingan tanpa bicara. Arya bingung, harus memulai pembicaraan seperti apa.

Ia hanya menatap gadis yang duduk di sampingnya itu dengan tatapan khawatir. Hingga matanya menangkap tangan gemetar Amela yang membuatnya menggenggam tangan gadis itu. Mencoba memberikan kekuatan, agar gadis itu tidak ketakutan lagi.

***

Ayyo! Double up kali ini guys😁

Mungkin akan ada notif update lagi setelah ini. Tunggu aja yah😉😁

Jgn lupa vote and conent part inj yah😚💜

See u next update

Purple u 💜

Tertanda
Hldgrd

(HWARANG'S 2) Amela's world (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang